Mohon tunggu...
hanazahira20
hanazahira20 Mohon Tunggu... Mahasiswa

Only for assignment activities

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelaku Usaha Cendramata di Huta Siallagan Hadapi Dinamika Pasang Surut Wisatawan

20 Mei 2025   00:03 Diperbarui: 19 Mei 2025   21:30 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Area atau Lapak Jual Beli Cendramata di situs Huta Siallagan (sumber: dokumen pribadi)

Medan, 19 Mei 2025 - Kawasan wisata Huta Siallagan di Desa Ambarita, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, masih menjadi salah satu tujuan favorit wisatawan yang ingin mengenal sejarah dan budaya Batak Toba. Namun di balik keramaian musiman itu, para pelaku usaha cendera mata di sekitar situs bersejarah ini menghadapi dinamika yang tidak menentu.

Para penjual pakaian tradisional, kain ulos, ukiran kayu, gelang, serta aksesori Batak lainnya, menyampaikan bahwa jumlah wisatawan yang datang sangat berfluktuasi, bergantung pada musim liburan atau agenda budaya tertentu. “Kalau lagi sepi, kadang sehari cuma ada dua sampai tiga pembeli. Tapi kalau ada rombongan sekolah seperti kalian ini atau acara adat, bisa laku banyak,” ujar salah satu penjual suvenir yang telah berdagang di sana selama lebih dari delapan tahun.

Kondisi ini diperparah oleh persaingan yang semakin ketat antar pedagang dan belum optimalnya dukungan promosi dari pemerintah daerah. Beberapa pelaku usaha juga mengeluhkan kurangnya pelatihan pemasaran digital yang dapat membantu mereka menjangkau pasar lebih luas, terutama wisatawan mancanegara.

Padahal, Huta Siallagan menyimpan nilai sejarah dan budaya yang tinggi. Situs ini merupakan perkampungan tradisional kuno milik marga Siallagan, yang dikenal sebagai salah satu keturunan raja-raja Batak Toba. Di dalam huta (kawasan berpagar batu) ini masih berdiri deretan rumah adat Bolon yang telah berusia ratusan tahun, serta batu persidangan — tempat raja-raja zaman dahulu mengadili pelanggar hukum adat.

Menurut sejarah lisan, Raja Siallagan pertama dikenal sebagai tokoh pemimpin yang bijaksana, namun tegas dalam menegakkan hukum. Di batu persidangan itulah para penjahat, termasuk pelaku kanibalisme, diadili dan dihukum. Ritual pemenggalan kepala sebagai bagian dari penghukuman terhadap pelanggar hukum juga tercatat sebagai salah satu bagian dari sejarah kelam yang kini menjadi daya tarik wisata edukatif.

Souvenir dan Gelang (sumber: dokumen pribadi)
Souvenir dan Gelang (sumber: dokumen pribadi)

Meski memiliki kekayaan budaya dan sejarah yang unik, para pelaku usaha berharap pemerintah tidak hanya fokus pada pelestarian fisik situs, tetapi juga membina ekonomi masyarakat lokal yang menggantungkan hidup dari aktivitas wisata. “Kami ingin agar pengunjung makin banyak, tapi juga bisa belanja lebih banyak. Kalau hanya foto-foto saja, kami susah berkembang,” ujar seorang ibu rumah tangga yang menjual gelang dan gantungan kunci Batak.

Para pelaku UMKM di Huta Siallagan berharap adanya pelatihan, penataan kios yang lebih representatif, serta dukungan promosi dari pemerintah daerah maupun pelaku industri pariwisata agar mereka bisa berkembang seiring meningkatnya kunjungan wisata ke Pulau Samosir, khususnya di kawasan Danau Toba yang telah ditetapkan sebagai salah satu Destinasi Pariwisata Super Prioritas oleh pemerintah pusat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun