Mohon tunggu...
Izatin Nisa
Izatin Nisa Mohon Tunggu... Sarjana Farmasi

Mahasiswi S1 farmasi yang hobby menulis, membagikan tips dan trik kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Trend Obat Herbal : Antara Harapan Dan Kesalahfahaman

25 Juni 2025   12:00 Diperbarui: 25 Juni 2025   03:12 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : Indonesia.go.id

Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan obat herbal di Indonesia makin meningkat. Mulai dari jamu kunyit asam, rebusan daun-daunan, sampai kapsul herbal modern yang dijual di e-commerce. Masyarakat kian tertarik karena dianggap alami, minim efek samping, dan harganya lebih terjangkau dibanding obat kimia. Tapi sayangnya, tren ini juga dibarengi dengan kesalahpahaman yang bisa berdampak buruk pada kesehatan.

Herbal Naik Daun di Tengah Ketidakpercayaan

Tingginya minat terhadap pengobatan herbal tak lepas dari rasa skeptis sebagian masyarakat terhadap obat medis. Berbagai isu tentang efek samping obat dokter, ketergantungan, hingga pengalaman pribadi yang mengecewakan membuat banyak orang beralih ke jalur "alami".

Di sisi lain, promosi yang gencar di media sosial ikut menyuburkan tren ini. Influencer dan penjual online sering kali mempromosikan produk herbal sebagai "obat ajaib" untuk segala macam penyakit, dari asam lambung, diabetes, hingga kanker. Padahal, tidak semua klaim tersebut bisa dibuktikan secara ilmiah.

Antara Khasiat dan Bahaya

Tidak semua herbal itu buruk. Banyak tanaman Indonesia yang memang memiliki kandungan senyawa aktif dengan efek farmakologis nyata. Misalnya:

  • Daun sambiloto untuk daya tahan tubuh

  • Jahe sebagai anti-inflamasi dan pereda mual

  • Temulawak untuk kesehatan hati

Namun, masalah muncul ketika pengguna tidak memperhatikan dosis, durasi, dan interaksi dengan obat lain. Sebagai contoh, konsumsi sambiloto secara berlebihan bisa memengaruhi tekanan darah. Begitu juga dengan daun sirsak, yang kerap diklaim bisa mengobati kanker, ternyata memiliki potensi toksik bila digunakan jangka panjang tanpa pengawasan medis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun