Mohon tunggu...
21_Komang Bino yasepa
21_Komang Bino yasepa Mohon Tunggu... Editor - mahasiswa

hallo saya bino

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menulusuri Arti dalam Bhagavad Gita pada Sloka 7:21

30 Maret 2023   08:42 Diperbarui: 30 Maret 2023   08:46 1773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bhagavad Gita atau Veda Kelima yang berarti nyanyian suci, merupakan kitab yang menempati posisi penting dalam tradisi Hindu. Ajaran universal Bhagavad Gita adalah untuk semua umat manusia, untuk semua waktu. Sloka tersebut memiliki banyak arti kehidupan yang mulia, salah satunya pada ayat 7:21 yang  berbunyi" Yo-yo y- y tanu bhakta raddhayrcitum icchati, asya tasy cal radd tm eva vidadhmy aham" yang di terjemahkan: Kepercayaan apa pun yang ingin dipeluk seseorang, Aku perlakukan mereka sama dan Ku-berikan berkah yang setimpal supaya ia lebih mantap".Isi di dalam sloka memberikan penegasan ulang terhadap sloka sebelumnya dan bersifat universal. Setiap umat Hindu memiliki bentuk pemujaan terhadap Tuhan yang berbeda-beda.

Ada pepatah yang mengatakan bahwa "rumput tetangga lebih hijau daripada milikmu". Jadi, orang beragama tidak boleh melihat agama lain sebagai keindahan, sehingga mereka tertarik untuk bergabung dengannya. Karena sebenarnya agama yang kita anut sekarang ini, jika kita meyakini ajarannya dan mengamalkannya, sebenarnya sama saja dengan agama lain, tetapi bentuk dan caranya berbeda. Tuhan tidak pernah membeda-bedakan umat-Nya. Kebhinekaan ini bisa kita jadikan sebagai cermin universalitas dan fleksibilitas agama Hindu. Mari kita lihat beberapa contoh persembahan sederhana kami seperti Canang Sari. Setiap daerah berbeda bentuk dan ukurannya, ada yang segitiga, ada yang bulat, ada yang persegi panjang. Lalu ada yang berisi reringitan, ada juga yang polos.Dari sini kita dapat melihat bahwa perbedaan ini disebabkan oleh seni dan keindahan yang melingkupi manusia untuk mengekspresikan bentuk pengorbanan. Sehingga bisa juga menjadi milik masing-masing daerah. Perbedaan ini sah-sah saja, namun sebenarnya memiliki inti dan tujuan yang sama.

Sri Krishna memberi tahu umat manusia bahwa akan ada lebih dari satu agama di dunia ini dan Tuhan membiarkan orang memilih mana yang akan menjadi dasar keyakinan mereka. Dan setiap agama diajarkan bagaimana berdoa, berdoa, mantra, pujian yang mengarah kepada Tuhan. Sloka ini juga mengajarkan kita untuk menghormati dan menghargai perbedaan yang ada. Jangan saling menghina, membanggakan agama. Karena semua agama bisa eksis di dunia ini adalah kehendak Tuhan. Jika ada orang yang menghina atau melecehkan agama lain. Padahal, orang ini memang tidak terlalu memahami keberadaan agamanya sendiri.

Kita semua hidup dan tinggal di negara yang kaya akan keragaman suku, ras, agama, budaya, bahasa, dan banyak lagi. Ada potensi besar untuk memadukan keragaman ini menjadi harmoni yang begitu indah, namun tentunya dengan keragaman tersebut kita juga memiliki tantangan yang harus kita hadapi. Beberapa individu menggunakan agama sebagai kedok ekstremisme kekerasan, yang dapat merusak sendi-sendi kebangsaan yang majemuk.

Keanekaragaman selalu berhasil. Perbedaan dalam bidang apa pun dapat menyebabkan konflik. Jika tidak ditangani dengan benar, dapat menyebabkan pengaturan ekstrim yang selalu menjamin opsi terbatas. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan suatu solusi yang dapat membawa kedamaian dan kebahagiaan dalam kehidupan beragama. Inilah peran moderasi beragama, yang diyakini mampu menghargai keragaman pilihan dan melindungi kita dari ekstremisme, intoleransi, dan kekerasan. Pada dasarnya semua agama mengajarkan moderasi, termasuk agama Hindu. Kesederhanaan adalah pertanyaan tentang cara kita menjadi religius secara moderat, atau tentang sifat agama itu sendiri.

Moderasi beragama dalam agama Hindu berarti menjalankan agama Hindu dalam moderasi. Moderasi Hindu harus terus kita perkuat. Moderasi agama Hindu tidak boleh dibawa ke bentuk pemahaman dan praktik yang ekstrim atau berlebihan. Karena agama Hindu pada dasarnya moderat. Tentu saja, jika berlebihan, itu di luar inti ajaran agama Hindu.

Oleh karena itu, umat Hindu berkewajiban untuk mengembalikan segala bentuk pemahaman dan praktik keagamaan secara moderat. Untuk itu, kita harus mengajak kaum milenial memahami sikap moderasi beragama. Sebab, sikap tersebut merupakan formula ampuh untuk menghadapi dinamika zaman, di mana intoleransi, ekstremisme, dan fanatisme berlebihan sering terjadi, yang dapat mengganggu kerukunan umat beragama di Indonesia. Temperance dapat memberikan pengertian bagaimana seharusnya kita hidup damai dan saling menghormati dan berdampingan serta bertoleransi terhadap sesama. Di sini pentingnya moderasi beragama dibangun di atas filosofi universal hubungan sosial manusia. Seperti yang kita ketahui bersama, agama Hindu mengandung banyak ajaran kebenaran yang dapat kita jadikan pedoman dan pedoman dalam kehidupan. Salah satu kitab yang kita kenal adalah Bhagawadgita. Kitab yang ditulis oleh Rsi Vyasa ini bersifat universal dan ditujukan untuk semua orang setiap saat. Buku ini berisi pesan untuk mengetahui rahasia hidup sejati di dunia ini agar terbebas dari kesengsaraan dunia dan akhirat. Umat Hindu percaya bahwa Bhagawadgita adalah ilmu yang abadi, artinya sudah ada sebelum manusia menulis sejarahnya dan ajarannya tidak dapat dihancurkan. Ketika dikaitkan dengan moderasi Bhagawadgita, tentu memiliki keterikatan yang begitu kuat. Bhagawadgita dapat dijadikan pedoman untuk merangkul keberagaman di nusantara tercinta.

Setiap agama pasti mengajarkan sesuatu tentang kebaikan atau dharma, tidak hanya untuk sesama manusia tetapi untuk semua ciptaan-Nya "Sarwa Prani Hitankara". Umat Sedharma, tidak ada dalam ajaran agama yang dapat menyesatkan atau merugikan manusia. Namun, terkadang orang tidak sepenuhnya memahami ajaran agama ini. Disinilah tugas kita sebagai orang yang berakal untuk dapat mengembangkan rasa percaya diri. Orang-orang Sedharma yang berbahagia. Keragaman ini memungkinkan Anda untuk bertukar pikiran dan tidak saling mengecewakan. Padahal, kita sama di hadapan Tuhan. Sebagai umat beragama, kita harus mampu membawa angin segar bagi pluralitas dan keragaman. Agama Hindu sangat mengajarkan pluralisme agama, beragama secara moderat, tidak beragama secara ekstrim, dan intoleransi terhadap perbedaan dalam ritual atau peristiwa keagamaan. Berdasarkan ayat Bhagawadgita di atas, Tuhan tidak membeda-bedakan umatnya berdasarkan ras, selera, agama, bahasa, budaya atau sebagainya. Menyembah dan menghormati pelayanan tanpa pamrih, tulus dalam pengorbanan, adalah yang paling penting di hadapan-Nya. Jika negara kita satu, jika bangsa kita satu, maka sesungguhnya kita semua bersaudara dalam satu kesatuan negara-bangsa. Dan memang kita satu dan bersaudara kita semua bersaudara "Vasudhaiva Kutumbakam" saling menjaga saling menghormati saling menyayangi saling mendidik saling mencintai saling menyayangi "Paros Sarpanaya Terbaik" menciptakan keharmonisan Shanti jagadhita .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun