Mohon tunggu...
Rodiyah Ummil Muminin
Rodiyah Ummil Muminin Mohon Tunggu... Mahasiswa Aktif Universitas PGRI Kanjuruhan Malang

berimajinasi

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Sejarah Perkembangan Drama

4 Oktober 2025   05:34 Diperbarui: 4 Oktober 2025   05:34 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Drama, yang berasal dari bahasa Yunani 'dran' yang berarti berbuat atau bertindak, adalah seni pertunjukan yang menampilkan tiruan kehidupan manusia di atas panggung. Perjalanan drama telah melewati berbagai era besar

1. Zaman Yunani Kuno (Abad ke-6 hingga ke-5 SM)

Drama lahir di Athena, Yunani Kuno, bukan sebagai hiburan, melainkan sebagai bagian dari ritual keagamaan untuk memuja Dewa Dionysus (dewa anggur dan kesuburan). Awalnya hanya berupa nyanyian paduan suara (Dithyramb) dan tarian. Seiring waktu, muncul seorang aktor (yang pertama adalah Thespis) yang berdialog dengan paduan suara. Genre Utama: Lahirlah dua genre besar: Tragedi (bercerita tentang perjuangan manusia melawan takdir, sering berakhir sedih, seperti karya Sophocles dan Aeschylus) dan Komedi (berupa sindiran sosial yang lucu, seperti karya Aristophanes).Pertunjukan digelar di amfiteater terbuka yang besar, dan para aktor menggunakan topeng.

2. Zaman Romawi Kuno

Bangsa Romawi mengambil alih dan mengadaptasi drama Yunani. Drama Romawi lebih menekankan pada hiburan massa yang spektakuler dan megah. Tragedi kurang diminati; yang populer adalah komedi ringan, pantomim, dan pertunjukan arena. Meskipun kurang orisinal, bangsa Romawi berperan penting dalam melestarikan naskah-naskah Yunani dan memengaruhi perkembangan drama Eropa di masa depan.

3. Abad Pertengahan

Setelah kekaisaran Romawi runtuh, teater sempat meredup. Drama kemudian dihidupkan kembali oleh Gereja Katolik. Drama beralih dari mitologi pagan menjadi cerita-cerita Alkitab dan kisah para orang suci (Drama Liturgi, Drama Misteri, Drama Moral). Tujuannya adalah pendidikan moral dan penyebaran agama. Pementasan sering dilakukan di dalam gereja atau di alun-alun kota.

4. Renaisans (Zaman Elizabeth di Inggris)

Drama kembali ke tema sekuler dan mencapai puncak kejayaannya sebagai seni profesional, terutama di Inggris pada masa Ratu Elizabeth I. Tokoh Kunci Lahir dramawan abadi seperti William Shakespeare. Didirikan gedung teater khusus (seperti The Globe), menggunakan bahasa yang indah dan kaya metafora, serta mulai menampilkan karakter manusia yang kompleks.

5. Zaman Modern (Abad ke-19 hingga Sekarang)

Drama modern ditandai dengan munculnya aliran Realisme. Realisme Drama mulai meninggalkan tema mitologi atau kerajaan dan berfokus pada permasalahan sehari-hari masyarakat kelas menengah. Tujuannya adalah untuk menjadi cermin kehidupan yang sebenarnya. Tokoh Kunci Henrik Ibsen dari Norwegia sering disebut sebagai Bapak Drama Modern karena karyanya yang sangat realistis (A Doll's House).Perkembangan Lanjut: Kemudian muncul aliran-aliran lain seperti Absurdisme (drama yang menggambarkan kegilaan dan ketidakbermaknaan hidup) dan drama semakin terintegrasi dengan media baru (film, TV, digital). Secara garis besar, drama berevolusi dari ritual agama menjadi tontonan hiburan, pendidikan moral, kritik sosial, hingga menjadi refleksi mendalam tentang kondisi psikologis manusia modern.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun