Kota Medan merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Utara, yang dikenal sebagai kota multikultural. Nama Medan berasal dari kata Tamil Maidhan atau Maidhanam, yang berarti tanah lapang atau tempat luas. Kota medan berdiri pada tahun 1590, ketika Guru Patimus Sembiring Pelawi membuka sebuah perkampungan yang bernama Medan Putri.
Kota Medan menjadi pelabuhan transit yang sangat penting karena terletak dipertemuan sungai-sungai yang menjadi jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai, karena daerah tersebut dulunya jalur lalu lintas perdagangan sehingga mereka membuat bangunan-bangunan yang akan mereka tinggali saat berada di daerah tersebut dan beberapa bangunan bersejarah dan arsitektur yang menarik, seperti Istana Maimun, Masjid Raya Al Mashun, dan Balai Kota Medan.
Kota Medan menjadi tujuan wisata lokal dan asing karena banyak bangunan bersejarah dan arsitektur menarik. Wisatawan dapat menikmati potensi bangunan bersejarah yang menyimpan banyak kisah.
Balai Kota Medan
Beberapa bangunan yang ada di  Kota Medan merupakan bangunan bersejarah ada bangunan cagar budaya, sebagai ikon pusat pasar kuliner dan lain sebagainya. Salah satunya bangunan bersejarah ialah Gedung Balai Kota Medan yang berada di Jalan Balai Kota Medan, Medan, Sumatera Utara dan sekarang berada di jantung kota tepatnya di Jl. Balai Kota No. 1 dan bisa di akses dengan cara berjalan kaki sekitar 80 meter dari Lapangan Merdeka. Balai Kota Medan merupakan bangunan bersejarah yang dibangun pada masa Pemerintahan kolonial Belanda pada tahun 1908 oleh Hulswit dan Fermont yang tidak lagi digunakan sebagai kantor pemerintahan, dan diperbarui pada tahun 1923 oleh Eduard Cuypers. Awalnya, gedung ini dibangun untuk De Javasche Bank, tetapi karena desain awal yang dianggap jelek, maka bangunan tersebut digunakan untuk Balai Kota Medan.
Kota Medan merupakan saksi sibuknya kota ini sebagai kota dagang se-Asia Tenggara. Gedung ini juga menampilkan sisa-sisa arsitektur kolonial yang didominasi warna putih.
Perbedaan Gedung Balai Kota Lama dan Baru Kota Medan
Pada tahun 1913, saudagar Tiongkok Tjong A Fie menyumbang menara lonceng untuk Balai Kota Medan. Kemudian saat Jepang menduduki Indonesia, bangunan diambil alih menjadi Gunseikan Buatau gedung pemerintahan stafmili terpusat.