Pada masa kolonial, tepatnya pada tahun 1913 sampai 1935, daerah di sekitar Esplanade merupakan daerah yang memiliki banyak ruang terbuka hijau. Bangunan seperti Balai Kota dan de Javasche Bank terlihat memiliki ruang terbuka yang sangat luas dan menyatu sehingga kedua bangunan ini berdiri pada satu tapak.
Perbedaan yang signifikan dapat dilihat pada masa sekarang, dimana sebagian besar ruang terbuka sudah hilang dan hanya menyisakan lapangan Merdeka (Esplanade) sebagai satu-satunya yang bertahan sejak masa kolonial. Sebagian dari tapak bangunan diambil untuk perluasan jalan, terutama tapak Balai Kota dan de Javasche Bank atau sekarang dikenal sebagai gedung Bank Indonesia. Apabila dibandingkan dengan kondisi terdahulu, terdapat beberapa perubahan yang terjadi pada tapak Balai Kota, hilangnya ruang terbuka yang meluas sampai ke batas sebelah barat yaitu sungai Deli, yang digantikan dengan berdirinya Hotel Grand Aston City Hall bangunan Balai Kota dan de Javasche Bank yang tidak lagi terletak dalam satu site/tapak menyempitnya garis sempadan bangunan akibat perluasan jalan di sekeliling Esplanade.
Properti sejarah yang sekarang dijadikan hotel Grand Aston City Hall sebagai D'heritage restaurant itu adalah gedung balai Kota lama Medan. Adapun bangunannya yang berada di perempatan jalan Raden Saleh tersebut merupakan hasil rancangan Eduard Cuypers. Bangunan ini masih tetap tertjaga seperti aslinya, tetapi telah mengalami perubahan pada bagian eksterior, seperti pada jendela dan tangga beranda depan. Perubahan tersebut mengikuti perubahan pada menara jam terlihat di bagian atap bangunan
Rancangan bangunan dibuat dengan gaya khas Eropa dan di dominasi warna putih. Motif Eropa juga tampak dari keberadaan menara di puncak bangunan. Pilar yang ada di samping pintu masuk di buat tinggi ala Yunani. Sementara jendelanya dibentuk melengkung seperti gaya bangunan Romawi. Ada juga menara jam yang mengingatkan pada bangunan Eropa, hingga saat ini masih bekerja dengan baik.
Lokasinya yang sudah strategis sejak tempo dulu melatarbelakangi Belanda memilih lahan di jalan Balai Kota sebagai tempat untuk mendirikan kompleks perbankan bernama Gemeente-Huis. Pada masanya, daerah ini memang memiliki nilai tersendiri karena dikenal sebagai pusat bisnis dan ekonomi. Walaupun tidak terlalu tinggi bangunan yang pernah digunakan walikota Medan untuk kantor pemerintahan ini sama memegahnya jika dibandingkan dengan Gedung Lonsum desainnya benar-benar menonjol dan memukau masih hanya dilihat dari jalan raya. Gedung dengan lantai 1 ini mengadaptasi desain interior klasik bahkan ketika berada di dalamnya seisi ruangan menyajikan atmosfer ala Eropa. Meski minimalis tapi ruangannya bergaya abad ke-19 tersebut sudah menerapkan sirkulasi udara yang mumpuni.
Medan Sejak awal berdirinya, gedung Balai Kota telah mengalami beberapa kali perubahan karena renovasi yaitu pada tahun 1913 dan 1925. kusen pada jendela bangunan yang diganti setelah renovasi pada tahun 1925, kemudian mengalami perubahan pada tahun 2000an, dan perubahan terakhir ketika dibangunnya Hotel Grand Aston hingga sekarang. Perubahan-perubahan tersebut diantaranya adalah voorgalerij yang mengalami perubahan pada saat renovasi tahun 1925 dan bertahan hingga sekarang, dengan penggantian pintu menjadi pintu kaca serta penambahan vegetasi pada saat pembangunan Hotel Grand Aston achtergalerij yang disatukan dengan Hotel Grand Aston dan menjadi akses utama untuk masuk ke dalam Balai Kota menara jam yang baru dipasang pada tahun 1913 dan pada awalnya memiliki jendela/ventilasi yang tertutup dengan kayu, kemudian digantikan dengan kaca pada saat pembangunan Hotel Grand Aston ruang terbuka yang bertahan sejak awal berdirinya Balai Kota sampai tahun 2000an dan kemudian dibangun Hotel Grand Aston pada ruang terbuka tersebut.
Secara keseluruhan, perubahan yang terjadi pada ruang terbuka, bukaan, fasad, dan elemen khusus dari Balai Kota dapat dilihat pada tabel di samping. Balai Kota diketahui telah mengalami beberapa kali proses perubahan pada bagian eksterior maupun interior. Pada interiornya sendiri, perubahan fungsi ruang dan beberapa elemen interior Balai Kota dilakukan untuk menyesuaikan ruang dengan fungsinya yang baru yaitu restoran.
Pembukaan salah satu ruang untuk digunakan sebagai dapur serta pemberian sirkulasi baru diterapkan untuk mempermudah proses mengantar makanan dari dapur menuju area makan. Penghilangan pintu yang menghubungkan achtergalerij dan middengalerij juga dilakukan dengan alasan yang sama, karena adanya pintu besar di tengah-tengah sirkulasi tersebut akan menghambat kegiatan yang terjadi di sebuah restoran.
Maka dari itu kita sebagai generasi muda kita harus melestarikan peninggalan-peninggalan yang bisa kita lihat dan sekarang ini, kita bisa berkunjung ke tempat tersebut dan belajar hal-hal baru disana dengan melihat beberapa peninggalan yang ada di Balai Kota Medan yang lama atau sekedar nongkrong menikmati suasana Kota Medan yang menjadi saksi bisu perubahan Tanah Air yang kita cintai ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI