Mohon tunggu...
NoviaMonica123
NoviaMonica123 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mengejar Impian

10 Juni 2022   07:49 Diperbarui: 10 Juni 2022   07:51 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

        Di sebuah desa yang bernama Porsea ada seorang gadis yang cantik, pejuang, dan pantang menyerah. Dia bernama Monika Sinta Uli Manurung. Monika adalah anak yang tangguh, mandiri, dan pekerja keras. Hal itu dapat dilihat dari kehidupannya sehari-hari yang selalu membantu kedua orang tuanya membersihkan rumah, memanen padi dan sayur-sayuran milik mereka. Monika sudah terbiasa hidup di desa dengan kehidupan yang sederhana dan mungkin sering mengalami kekurangan perekonomian.

       Hingga suatu saat Monika memberanikan diri untuk merantau ke kota Medan. Dia memiliki cita-cita sebagai pengusaha yang bergerak di bidang pertanian yang biasa disebut agribisnis. Bermodal tekad dan keberanian, kini Monika telah merintis bisnisnya mulai dari nol. Monika sadar bahwa dia adalah anak satu-satunya yang dapat diandalkan oleh kedua orang tuanya. "Aku adalah Monika, tidak ada kata menyerah di dalam kamus hidupku, aku yakin aku pasti bisa" ucap Monika.

       Monika dan pegawainya berada di rumah Monika untuk melakukan pemindahan bibit cabai, bawang dan mentimun dari traypot ke dalam polybag. "Oke, pertama-tama kita harus menyiapkan media tanam di dalam polybag, seperti kompos, tanah, dan sekam bakar" ucap Monika. "Baik Bu" ucap pegawai Monika. Monika memiliki 5 orang pegawai yang bernama Dinda, Putri, Rina, Hana, dan Clara. Mereka mempunyai tujuan yang sama dengan Monika yakni ingin sukses di dalam dunia bisnis pertanian. Namun, Monika sama sekali tidak menganggap mereka sebagai pegawai justru menganggap mereka sebagai sahabat.

      "Selanjutnya kita ambil bibit cabai yang ada di dalam traypot lalu pindahkan ke dalam polybag tersebut, namun harus dilakukan dengan hati-hati, oke girls" ucap Monika. "Baik Bu" ucap Dinda. "Hah! Kalian masih aja manggil aku dengan kata Bu! Sebel banget deh panggil Monika aja tau, aku gak mau berasa tua aja gitu padahal kita kan seumuran" ucap Monika. "Baik Mon" ucap Clara secara tegas. "Nah gitu dong, kalian ini bukanlah pegawai ku, tetapi sahabat-sahabatku,oke" ucap Monika. Mereka kembali melanjutkan tugas mereka memindahkan bibit cabai, bawang, dan mentimun ke dalam polybag.

      Kegiatan yang mereka lakukanpun telah selesai dan saatnya Dinda, Putri, Rina, Hana, dan Clara pamit untuk pulang dari rumah Monika. "Mon, kami pulang dulu ya, besok kita atur lagi cara menanam bibit yang baik dan benar sekalian pemberian nutrisi pada tumbuhan" ucap Dinda. "Oke girls, see you again" ucap Monika. Monika mahir berbahasa Inggris sejak dia kursus selama 2 tahun di Medan. Dia merasa bahwa bahasa Inggris sangat penting untuk dipelajari karena jika dia punya proyek di luar negeri, dia pasti dituntut untuk berbahasa Inggris nantinya di sana. "Bye Monika" ucap ke 5 pegawainya.

    

      Malam pun tiba, Monika lagi-lagi harus tinggal sendirian di rumahnya. Namun adalah gadis pemberani yang tidak takut akan apapun kecuali Tuhan. Baginya bahwa seorang wanita itu wajib berani menghadapi apapun itu, tidak boleh lemah, dan harus siap akan apapun keadaannya. Monika pergi ke teras rumahnya untuk menghirup udara segar di luar. Saat dia sedang memandang segala arah di sekitarnya, dia melihat ada seorang pria yang ingin memanjat pagar tetangganya. Sontak Monika menghampirinya dan bertanya kepada pria tersebut apa yang ingin dia lakukan. "Hei, kamu siapa? Mau ngapain di sini pakai manjat-manjat segala lagi" ucap Monika. "Ini tuh bukan urusan lo!" ucap pria tersebut. "Kamu maling ya? Oke aku teriak ya, maling!!! maling!!!" ucap Monika. "Ini cewek udah gak tau sotoy lagi" ucap pria tersebut. "Jadi, kamu siapa kalau bukan maling?" ucap Monika dengan lantang. "Aku ini anak pemilik rumah ini, aku baru pulang dari luar negeri tapi aku lihat rumahku sepi dan gak ada satpam sama sekali makanya aku manjat tadi" ucap pria di hadapan Monika. "Ouh, maaf deh kalau begitu hehehe" ucap Monika. "Udah salah tuduh orang malah ketawa lagi" ucap pria tersebut.

     Beberapa saat kemudian ada sebuah mobil yang melintas ke arah rumah tetangga Monika dan ternyata orang di dalam mobil tersebut adalah tetangga Monika. Mereka turun dari mobil dan menghampiri pria yang berbicara dengan Monika. "Sayang, kamu udah balik ke rumah? Kapan" ucap tetangga Monika. "Sejak tadi ma, tapi aku lihat gak ada mama di sini dan gak ada satpam sama sekali" ucap pria tersebut. "Iya nak, perusahaan kita bangkrut nak dan sekarang mama mau menjual rumah kita ini, semua satpam dan pembantu sudah mama pecat nak" ucap tetangga Monika. "Hah! Jadi kita bangkrut ma?" ucap pria tersebut. "Iya nak, yang sabar ya nak kalau rezeki pasti gak akan ke mana" ucap tetangga Monika.

    "Bu, perkenalkan nama saya Monika Sinta Uli Manurung, saya tetangga baru ibu" ucap Monika. "Iya nak, perkenalkan nama ibu Marcella Carla Gultom" ucap tetangga Monika. "Salam kenal ya bu" ucap Monika. "Salam kenal juga nak" ucap bu Gultom. "Maaf, tadi saya dengar perusahaan ibu lagi bangkrut, kebetulan saya sedang merintis usaha pertanian bu, apakah ibu bersedia bergabung bersama saya dan mulai bangkit dari keadaan terpuruk?" ucap Monika. "Oh gitu nak, ibu sebenarnya mau nak tapi gak tau deh sama anak ibu yang satu ini" ucap bu Gultom. "Eh kita belum kenalan" ucap pria tersebut kepada Monika. "Oke, namaku Monika Sinta Uli Manurung, kalau nama kamu?" ucap Monika. "Namaku Adhitya Putera Silaban" ucap Adit. "Ouh, aku manggil Adit kalau gitu" ucap Monika. "Ya terserah" ucap Adit. "Oke, kamu mau gak kerja sama dengan aku dalam usaha pertanian?" ucap Monika. "Uangnya berapa dulu ini, kalau kecil sih gue gak mau" ucap Adit. "Tenang aja, kalau usaha ini sukses pastinya akan ada komisi 10% bagi pegawai terbaik kok" ucap Monika. "Oke kalau gitu, gue mau" ucap Adit.

     Keesokan paginya Adit, Dinda, Putri, Rina, Hana, dan Clara pergi ke rumah Monika untuk merancang usaha mereka. "Oke girls, kali ini kita akan memberikan pupuk nutrisi untuk tanaman" ucap Monika. "Hhmm, jadi cuma yang girls doang nih yang diajak untuk usaha terus apalah gunanya gue di sini" ucap Adit. "Guna kamu di sini tuh ya lihatin kita di sini supaya kamu tau caranya memberi pupuk nutrisi kepada tanaman, nanti kalau udah paham baru deh kamu yang berikan pupuknya" ucap Monika dengan tegas. "Oke kalau gitu, silahkan dicontohkan nona-nona yang manis" ucap Adit.

       "Mon, ada telepon nih tapi kayaknya bukan nomor dari Indonesia deh" ucap Rina. "Yaudah angkat aja Rin" ucap Monika. "Oke Mon" ucap Rina. Rinapun mengangkat teleponnya yang sudah lama berdering. Setelah mengangkat teleponnya, Rina tersenyum senang dan menunjukkan raut wajah yang gembira. "Kamu kenapa Rin?" ucap Hana. "Iya nih kok senyum-senyum sendiri sih dari tadi awas stress lho nanti" ucap Dinda. "Guys aku ada berita gembira, coba tebak deh!" ucap Rina. "Apaan sih Rin, bikin penasaran aja deh" ucap Monika. Rina akan memberitakan bahwa mereka mendapatkan proyek dari luar negeri, yaitu di Belgia. "Oke, aku mau bilang kalau kita..... dapat proyek dari luar negeri!!!" ucap Rina. "Hah!!! Seriusan Rin, kamu gak bohong kan?" ucap Monika. "Jangan bercanda deh Rin, emangnya beneran?" ucap Hana. "Sumpah guys, ini beneran tadi telepon itu dari orang luar negeri dia mau kita bekerja sama dengan perusahaannya" ucap Rina. "Terimakasih ya Tuhan akhirnya cita-citaku menjadi nyata, I love You, God" ucap Monika. "Thanks God, ini semua karena berkat dan kasih karuniaMu ya Tuhan" ucap Hana. "Berarti cair dong kita, asyik akhirnya gue gak jadi orang miskin" ucap Adit. "Guys, Tuhan itu baik banget ya sama kita dan terimakasih buat kamu Mon yang sudah mengajak aku ikutan agribisnis" ucap Dinda. "Sama-sama Din, aku hanyalah berusaha untuk mengejar impianku, mewujudkan cita-citaku dan aku hanya melakukan apa yang bisa aku lakukan, berawal dari anak desa yang gak tau apa-apa, akhirnya merantau ke Medan dan merintis usaha pertanian atau agribisnis itu adalah perjalanan yang tidak mudah, tetapi aku percaya bahwa Tuhan itu baik, Dia sangat baik bagiku" ucap Monika.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun