Mohon tunggu...
Sofiyatul Muna
Sofiyatul Muna Mohon Tunggu... Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hobi sya bersi-bersih rumah dan memasak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dakwah Politik al-Farabi

10 Juni 2025   09:35 Diperbarui: 10 Juni 2025   09:35 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh: Syamsul Yakin (Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dan Sofiyatul Muna (Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Dakwah Politik al-Farabi

Al-Farabi, yang wafat pada tahun 950 M, belajar di bawah bimbingan seorang Kristen Nestorian bernama Yuhanna Ibn Haylan, seorang ahli logika terkenal. Namun, guru utamanya adalah Abu Bishr Mattu Ibn Yunus, seorang filsuf dan penerjemah dari mazhab Aristotelian Kristen di Baghdad. Dari sanalah al-Farabi mendalami ilmu filsafat, logika, matematika, fisika, astronomi, dan musik.

Di dunia Barat, al-Farabi dikenal dengan nama Alfarabius atau Avennaser dan dijuluki sebagai "guru kedua" ("al-mu'allim al-tsani") setelah Aristoteles, karena kontribusinya dalam mengulas dan mengomentari karya-karya filsuf Yunani tersebut.

Al-Farabi lebih banyak menghabiskan hidupnya untuk menulis dan mengembangkan ilmu pengetahuan daripada berhubungan dengan para penguasa. Ia menghasilkan banyak karya, terutama dalam bidang filsafat, etika, dan sosial-politik. Beberapa karya pentingnya yang membahas filsafat politik antara lain: "al-Siyasah al-Madaniyah", "Ara Ahl al-Madinah al-Fadhilah", "Tahsil al-Sa'adah", dan "Ihsa al-Ulum". Dua karya pertama paling banyak membahas tentang pemerintahan.

Dalam bukunya "Ara Ahl al-Madinah al-Fadhilah", al-Farabi menjelaskan konsep tentang masyarakat ideal. Kota yang ideal menurutnya adalah kota yang dipimpin oleh pemimpin bijak yang memimpin rakyatnya untuk meraih kebahagiaan sejati. Kebahagiaan ini hanya bisa dicapai melalui kerja sama dalam komunitas yang sempurna. Negara utama adalah negara yang terdiri dari kota-kota yang saling membantu untuk tujuan tersebut.

Seperti halnya Ibn Sina, al-Farabi terpengaruh oleh pemikiran Plato dan Aristoteles. Ia berpendapat bahwa manusia secara alami ingin hidup dalam kelompok karena tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendirian. Dari sini, masyarakat terbentuk, lalu berkembang menjadi komunitas atau "ummah/jama'ah".

Al-Farabi juga membagi tipe-tipe negara menjadi tiga, yaitu:

1. Negara utama (al-Madinah al-Fadhilah)-- dipimpin oleh orang bijak dan bertujuan mencapai kebahagiaan sejati.

2. Negara bodoh (al-Madinah al-Jahilah)-- masyarakatnya hanya mengejar kesenangan duniawi.

3. Negara rusak (al-Madinah al-Fasiqah) -- masyarakatnya mengetahui kebenaran tapi enggan menjalankannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun