Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jika Aku Disebut Penulis Sampah

13 Agustus 2021   15:56 Diperbarui: 13 Agustus 2021   16:00 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menulis saja. Sudah! (Gambar: englishlive.ef.com)

Jika ada di antara kalian yang menyebut aku sebagai seorang penulis sampah, biarkan saja. Aku tidak akan mencak-mencak, apalagi sampai marah-marah. Itu buang-buang energi dan menyita waktu. Lebih baik kusibukkan benakku menata imajinasi agar inspirasi terus mengalir.

Aku tidak akan membiarkan hatiku larut dalam "pergelutan sia-sia" dengan menanggapi tudingan itu. Seribu kali pun kalian menyebut aku sebagai "penulis sampah" tidak akan memengaruhi hati dan pikiranku. Tidak ada ruang dalam diriku yang kusediakan bagi orang lain untuk merisak atau menentukan perasaanku.

Tanggapanku juga sederhana. Kalau "jeweran" kalian benar, tiada guna aku marah. Mending introspeksi. Akan kuanggap itu masukan untuk memperbaiki diri. Cukup. Begitu saja. Kalau "cubitan" kalian keliru, tiada guna juga aku marah. Toh tudingan itu tidak benar, buat apa kubuang waktu dan tenaga untuk menanggapinya? Mending menulis. Titik. Tanda seru!

Suatu ketika aku menulis risalah hati. Isinya tulisan pendek yang mengulas perasaan. Kata orang, menyek-menyek. Masa bodoh. Buku itu memang aku anggit buat anak-anak baru puber yang sedang kegirangan seusai meninggalkan masa bocah dan memasuki dunia remaja.

Hasilnya lumayan. Banyak remaja yang merasa terbantu. Cinta yang Diacuhkan. Begitu judul buku yang kutata secara alfabetis. Muatannya psikologi remaja yang kubabar dengan amat sederhana. Ringan dan renyah. Ya, menyek-menyek bagi mereka yang sudah melewati "masa alay". Namun, permata bagi remaja yang baru mencecap asam garam kehidupan.

Apakah sikap yang kupilih di atas adalah pengabaian atas harga diri yang terluka? O, tunggu dulu. Aku tidak merasa terluka, jadi harga diriku tidak tergores sedikit pun. Aku memilih melihat dari sudut pandang lain. Tidak mungkin kupuaskan hati semua pembaca. Pasti ada pihak yang tidak puas. Ya, biarkan saja.

Ambil contoh begini: aku menulis analisis dan bocoran drama Korea. Bagi yang benci drakor pasti akan mencibir. Berbeda dengan mereka yang penyuka drakor garis keras, bisa jadi tulisanku bak emas yang dipungut di comberan. Aku tidak akan menghabiskan waktu untuk membujuk para pembenci agar menjadi pencinta. Buang-buang waktu, Kawan!

Jadi kalau ada orang yang sebegitu getol menamai aku sebagai penulis sampah, ya, aku cuek bebek. Paling banter aku bilang bahwa itu hak orang lain untuk menyebutku dengan sebutan apa pun yang melintas di benaknya. Mustahil aku masuk ke benak semua orang dan mengatur-atur apa yang boleh atau tidak boleh mereka pikirkan.

Bahkan seandainya ada yang memuji-muji isi dan gaya tulisanku, menganggap ada faedah yang dapat mereka petik dari buah pikiranku, menyebut aku sebagai penulis brilian, ya, aku biasa-biasa saja. Aku tidak akan terbang karena gelontoran pujian. 

Bagiku, pujian hanyalah "ujian" yang diawali oleh huruf "p". Itu saja. Tidak lebih, tidak kurang. [kp]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun