Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pada Sebuah Puisi, Fahri Hamzah Titipkan Solo kepada Gibran

28 Maret 2021   11:42 Diperbarui: 28 Maret 2021   11:47 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gibran Rakabuming Raka, Wali Kota Surakarta, memberikan keterangan pers setelah menerima kedatangan Fahri Hamzah di rumah dinasnya (Foto: Twitter/Fahri Hamzah)

Semua bisa cebong pada waktunya. Begitu seloroh netizen melihat Fahri Hamzah merapat ke Solo. Seloroh yang menohok dan menonjok. Maklum, mantan pentolan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu pernah sangat getol mengkritik Jokowi. Sekarang tidak lagi.

Fahri Hamzah membelot dari PKS. Bersama Anis Matta, ia membangun partai baru. Partai Gelora. Fahri tentu berpikir keras menggalang suara bagi partai besutannya. Ia mesti menempuh segala cara demi mengatrol citra Partai Gelora. Salah satu cara, ya, merapat ke kubu Istana Negara.

Dapat dibayangkan alur ceritanya. Seseorang yang sebelumnya demam sekali mengritik Jokowi, ujuk-ujuk mendekat. Gibran mendadak seperti gula yang memikat banyak semut. Putra sulung Jokowi itu kontan dirubungi banyak pihak setelah terpilih menjadi Wali Kota Surakarta.

Pada satu sisi, langkah Fahri patut mendapat acungan jempol. Ia jeli memanfaatkan peluang. Ia pintar melihat dan menggunakan kesempatan. Cukup sowan ke Solo, nama Partai Gelora seketika mengemuka. Gebrakan yang brilian.

Pada sisi lain, langkah Fahri menuai kontroversi. Pihak yang selama ini berdiri di belakangnya sontak menggerutu. Mereka kecele. Muncullah perasaan dikhianati. Rasa kecewa berkelindan di dasar kalbu. Gebrakan Fahri bisa saja menggerus simpati para simpatisannya.

Belum lagi jikalau kita melihat dampaknya bagi pendukung setia Jokowi. Kedatangan Fahri ke Solo dianggap sebatas langkah politis. Mereka kadung tidak percaya. Belum tentu mereka dapat menerima kehadiran Fahri. Limpahan suara dari fan berat Jokowi tampaknya susah terebut.

Fahri tentu sudah menghitung posibilitas itu. Ia bermain pada dua kemungkinan saja: merapat atau menjauh. Ia pilih merapat. Konsekuensinya berat. Ia bisa kehilangan suara dari kantong yang selama ini mendukungnya. Punai di tangan dilepas.

Dalam pertemuannya dengan Fahri, Gibran menyatakan kekagumannya kepada Fahri Hamzah (Foto: Twitter/Fahri Hamzah)
Dalam pertemuannya dengan Fahri, Gibran menyatakan kekagumannya kepada Fahri Hamzah (Foto: Twitter/Fahri Hamzah)
Namun, ada yang lebih mencengangkan. Lucu juga melihat Fahri tiba-tiba menggubah puisi untuk Gibran. Bingkai gagasannya sangat kentara. Titip Solo kepada Gibran. O, bisa begitu? Orang Lombok menitipkan Solo kepada orang Solo? Bisa saja. Namanya juga politik.

"Aku titipkan kota ini kepadamu, Gibran," kata Fahri di Twitter mengakhiri puisinya untuk Gibran.

Puisi gubahan Fahri seketika dimamah warganet. Para pengagum mendadak berang. Singa yang dulu garang di podium mengkritik pemerintah, kini seperti macan ompong yang kehilangan aum. Pendukung kuciwa. Kuciwa sekali.

Padahal, pengagum Fahri seharusnya tidak perlu kecewa. Politik memang lentur, tiada berbeda dengan karet gelang. Dulu lawan sekarang kawan. Sebaliknya juga begitu. Syahwat politik bisa membuat yang berbeda pilihan menjadi sehaluan.

Justru parah kalau simpatisan baperan. Fahri pernah getol mengkritik pemerintah karena ia ada di parlemen. Ia memang digaji oleh rakyat untuk mengkritik kebijakan pemerintah. Tidak ada yang salah dari kebiasaan mengkritik itu. Ia bertanggung jawab menyambung lidah rakyat.

Sekarang Fahri bukan lagi wakil rakyat di Senayan. Ia tengah sibuk membangun jalan menuju Senayan. Maka dari itu, harap dimaklumi harap dimaklumi jikalau ia berubah haluan. Sowan dan puisi untuk Gibran hanyalah salah satu dari sekian ikhtiar yang tengah dijalani oleh Fahri.

Fahri Hamzah, Waketum Partai Gelora, tengah bercakap-cakap dengan Gibran (Foto: Twitter/Fahri Hamzah)
Fahri Hamzah, Waketum Partai Gelora, tengah bercakap-cakap dengan Gibran (Foto: Twitter/Fahri Hamzah)
Meski begitu, ada pertanyaan menarik yang mendekam di tempurung kepala saya. Ada agenda apa gerangan sehingga Fahri sampai sowan dan bikin puisi? Hampir sejam Fahri bertamu di rumah dinas Wali Kota Surakarta (Sabtu, 27/3/2021). Pasti banyak hal yang mereka bincangkan.

Tiba-tiba ubun-ubun saya berdenyut. Mendadak pikiran konyol melintas di benak saya. Saya kepikiran ujung puisi Fahri berubah: Aku titipkan Partai Gelora kepadamu, Gibran?

Tabik, Khrisna Pabichara (Twitter/IG: @1bichara)

Baca juga:

  1. Bung Hatta, Buku dengan Halaman Terbuka yang Tak Kunjung Kelar Dieja
  2. Sindir Gibran di Instagram, Warga Slawi Diciduk Polisi Virtual

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun