Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tiga Jurus Tokcer Mengarang Novel

20 Maret 2021   20:48 Diperbarui: 21 Maret 2021   10:03 1571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mencintai buku, mencintai karya (Foto: Dokumentasi pribadi)

***

Jurus Mabuk Kepayang

Nah, inilah tahap terakhir. Karena kerangka sudah tertulis di kertas dan terekam di kepala, saya tahu betul pulau yang ingin saya tuju. Perjalanan menuju pulau itulah yang tidak terencana. Ya, saya biarkan mengalir apa adanya. Sekali waktu berjalan, pada saat lain berenang.

Namanya juga mabuk kepayang, saya menjalani bagian akhir ini sepenuh cinta. Kepala saya, sebagai pusat kreativitas, seperti gelas yang setengah isi setengah kosong. Saya punya arah, tetapi liar dalam menjalani tualang imaji.

Pada saat menulis novel, saya biarkan kepala saya menjadi seperti kapal penjelajah yang berlayar mengarungi samudra lepas. Saya tembus terra incognita atau tanah tak dikenal. Saya biarkan angan memasuki ranah tak terjangkau.

Saya biarkan begitu. Terus mengetik. Tidak berhenti sejenak pun demi melihat kompas. Mengetik saja. Kapan waktu saya berhenti untuk mengedit apa yang telah saya tulis, potensu serendipitas akan sirna. Saya tidak akan menemukan saat-saat berkelimpahan.

Jika lama tidak melihat bayangan pulau di kejauhan, saya tunggu malam untuk membaca letak bintang. Mata angin, bau ombak, dan gelisah batin karena bingung menentukan hendak ke mana saya taut-pautkan. Itulah kompas kreatif saya.

Karena jurus ini bernama Mabuk Kepayang, saya terima limpahan imajinasi sepenuh cinta. Tidak ada laku penolakan. Semua saya terima. Persis gentong setengah kosong. Jika kepenuhan, air yang tidak perlu saya tumpahkan. Terus meluap, terus begitu.

***

Setelah pulau yang saya tuju sudah terlihat, setelah perahu bersandar di dermaga, setelah pelaut tiba di terminal akhir, barulah saya kembali ke langkah pertama, lalu saya sunting pelan-pelan. Begitu pelannya sampai saya merasa berjalan lebih lamban dibanding siput yang kelelahan.

Begitulah, Kawan. Saya tuliskan jurus ini dengan berbagai kembangannya. Semuanya saya tuang ke dalam kalimat. Imajinasi Anda biarlah membayangkan dan mengonstruksinya sendiri. Tinggal seberapa mau Anda membayangkannya dan seberapa ingin Anda mencobanya.

Namun perlu saya tekankan, menulis bukanlah cetakan seragam yang cocok dipakai semua insan. Anda akan menemukan sendiri jurus termoncer. Hanya saja, hal itu baru akan terbukti apabila Anda sudah mulai mencoba.

Jadi, rencanakan apa yang ingin Anda tulis dan tulis apa yang telah Anda rencanakan. Sisanya, biarkan Tuhan bekerja. [kp]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun