Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

SBY Kualat, Moeldoko Bengal: Haruskah AHY Bengong?

6 Maret 2021   07:40 Diperbarui: 6 Maret 2021   08:09 1996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Moeldoko tersenyum semringah (Foto: Antara/M Risyal Hidayat)

Drama kudeta Demokrat benar-benar memikat. Sinetron Tersanjung lewat. Drama Korea kalah dramatis. Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat sungguh-sungguh terjadi. Di tengah babak belur bangsa menghadapi pandemi. Deli Serdang menjadi saksi sejarah. Satu lagi partai politik pecah. Terbelah. Benar-benar kongres yang luar biasa.

Syahdan, menilik pernyataan Andi Arief di Twitter, petinggi Partai Demokrat di kubu Cikeas tidak terima. Malahan, SBY akan melakukan unjuk prihatin di Istana Negara. Jika itu sungguh terjadi, rakyat kembali disuguhi episode dramatik. Mantan presiden mendemonstrasi presiden. Kapan lagi kita semua menyaksikan peristiwa langka seperti itu?

Kata Andi Arief di Twitter:

"Pemerintah lakukan pembiaran jika KLB ilegal terjadi. Jokowi harusnya bisa bertindak, terlalu lembek bela demokrasi. Soal etika, hargai mantan presiden (SBY) yang lakukan kebenaran juga beku hatinya. Jangan salahkan jika mantan presiden demonstrasi di Istana dengan standar prokes."

Cuitan yang dikicaukan pada Jumat (5/3/2021) itu dengan jernih menyatakan ada potensi mantan presiden berunjuk rasa di Istana Negara. Tentu saja dengan mematuhi protokol kesehatan. Jika dilihat sepintas lalu, tampak benar pihak Partai Demokrat kubu Cikeas merasa dizalimi.

Saking sakitnya, sampai-sampai Presiden ke-6 RI akan berdemonstrasi. Kurang hebat apa lagi? Mantan presiden mendemo presiden. Lupakan dulu kecemasan akan pandemi korona. Ini ada peristiwa unik yang naga-naganya menarik.

Di sisi lain, Andi Arief tampaknya lupa ingatan. Ia meraung-raung tentang presiden yang diam dan lembek. Ia menjerit-jerit tentang mantan presiden yang tengah terluka. Ia lupa bahwa si mantan presiden sendiri yang mengatakan bahwa Pak Presiden tidak tahu-menahu soal kudeta.

Dengan begitu, setidaknya ada dua isyarat menarik yang muncul dari pernyataan Andi Arief.

Pertama, SBY kena karma. Ketika SBY menjabat Kepala Staf Kodam Jaya, terjadi peristiwa luar biasa di percaturan politik Indonesia. Peristiwa itu dikenal dengan Kudatuli. Laporan Komnas HAM, dikutip Tempo.co, menyebutkan tentang rapat yang dipimpin SBY terkait penyerbuan Kantor DPP PDI.

Kepala Staf Umum ABRI, Letjen Soeyono, juga menyatakan bahwa SBY berada di lokasi pada 27 Juli 1996 ketika penyerbuan Kantor DPP PDI terjadi. Sekalipun memimpin rapat penyerbuan, kata Letjen Soeyono, SBY hanya melaksanakan perintah Panglima Kodam Jaya saat itu (Sutiyoso).

Dengan demikian, ada fakta yang mengungkap keberadaan SBY di lokasi penyerbuan. Fakta itu bermuara pada temuan Komnas HAM dan pernyataan Kasum ABRI. Jika sekarang SBY ingin berlari ke Istana Negara untuk mendemo Jokowi, jadilah beliau sebagai politikus cemen.

Selain itu, peristiwa dualisme di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) juga terjadi pada masa SBY-JK duduk di tampuk tertinggi pemerintahan. Sikap SBY terhadap konflik yang melibatkan Gus Dur dan Cak Imin saat itu, jika kita mau menyatakan apa adanya, diam seribu bahasa.

Jadi, amat cetek jika SBY merasa terluka hanya gara-gara partainyaa terbelah dan terpecah. Tegar dan tegak saja. Purnawirawan jenderal tidak layak menjadi cengeng dan cemen. Salah-salah dituding kualat oleh warganet.

Kedua, AHY boneka belaka. Catat ini. Agus Harimurti Yudhoyono adalah Ketua Umum Partai Demokrat. Itu betul. Bukan Susilo Bambang Yudhoyono. Jika kader Partai Demokrat terus-terusan menyeret SBY dan mengabaikan AHY, kapan AHY akan matang selaku politikus?

Seandainya benar pihak Partai Demokrat ingin mengadakan unjuk rasa di Istana Negara, cukup AHY yang pimpin. Loh, jangan salah sangka. AHY itu mantan tentara. Ia pernah memimpin kompi. Masak iya pimpin demonstrasi saja harus ditangani mantan presiden.

Ada cara yang lebih elegan. Apabila KLB Deli Serdang dianggap liar atau ilegal, segera laporkan ke pengadilan. Jangan sibuk memakai media sosial sebagai corong bersedih-sedih. Giring semua inisiator KLB Deli Serdang ke pengadilan. Termasuk Moeldoko yang bandel itu. Semuanya.

Kenapa demikian? Itu untuk menjaga citra partai. Jika membela nasib partai saja cengeng nian, apa lagi membela nasib rakyat. Tanggapan sedemikian tidak boleh mencuat ke permukaan. Andi Arief dan kader Demokrat harus berjuang mati-matian. Tentu saja di bawah komando AHY. Bukan SBY. Sedikit-sedikit SBY, apa-apa SBY. Kapan AHY lepas dari bayang-bayang SBY?

Dua alamat itu, dalam hemat saya, akan menjadi bumerang apabila terus-menerus dilakukan oleh Andi Arief. Publik saat ini tengah menungguh kedewasaan AHY. Jika ia berhasil mengatasi konflik internal PD, namanya akan berkibar. Hal itu lebih murah dibanding pasang ratusan baliho.

Gelombang simpati rakyat mengalun dengan indah apabila seorang mayor sukses menjinakkan seorang jenderal. Bayangkan: AHY yang ganteng menaklukkan Moeldoko yang bengal. Daya pikatnya jauh lebih menjanjikan dibanding terus merengek laksana korban.

Langkah yang mesti diambil AHY tidak rumit. Mudah. Sederhana. Laporkan inisiator KLB ilegal. Lengkapi laporan dengan data dan fakta yang sukar disangkal. Tidak berat. Tidak ruwet. Jikalau terus-terusan bergaduh di media sosial, asumsi publik justru berpotensi negatif.

AHY tinggal susun konsep tuntutan.: "Pak Hakim dan Pak Jaksa, izinkan saya memohon keadilan. Moeldoko bandel sekali. Partai saya diobok-obok. Mau-maunya ia menjadi Ketum Gadungan. Ini data dan fakta pendukung laporan saya. Sekian dan terima kasih, Pak Hakim dan Pak Jaksa." [kp]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun