Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jokowi: PBB Bukan Sekadar Gedung di New York

23 September 2020   22:00 Diperbarui: 23 September 2020   22:20 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pidato Sambutan Presiden RI Joko Widodo di depan SU ke-75 PBB (Foto: news.un.urg)

"Tidak ada artinya sebuah kemenangan dirayakan di tengah kehancuran." -- Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia

Begitulah kalimat pembuka pidato Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, Rabu (23/9/2020), di depan Sidang Umum ke-75 PBB. Pertama kali Jokowi berpidato di lembaga kerja sama antarbangsa dan pidatonya langsung menghiasi halaman utama news.un.org.

Pada pembukaan pidato tersebut dapat kita lihat hasrat besar Presiden RI dalam menanggapi satu kemenangan. Ya, tiada untungnya sebuah kemenangan dirayakan di tengah kehancuran. Saya setuju. Sungguh sangat setuju. Presiden ke-7 RI sepertinya sedang mengirim isyarat akan menunda pesta demokrasi Pilkada 2020 yang marak diajukan oleh pelbagai kalangan.

Kode keras itu, yang disampaikan di depan Sidang Umum PBB itu, seakan-akan menjawab keresahan dan kecemasan banyak pihak. Memang tidak diungkap secara blak-blakan, langsung, atau terang-terangan, tetapi setidaknya Jokowi sudah mengirim sinyal penundaan.

Dalam pidato yang disampaikan pukul 06.33 WIB tersebut, Jokowi juga menekankan pentingnya bersatu padu dengan pendekatan semua menang (win-win) pada hubungan antarnegara yang saling menguntungkan. 

Dengan begitu, baik negara berkembang maupun negara maju seyogianya berada dalam posisi setara dan setanding. Sungguh imbauan yang meneduhkan.

Bukan rahasia lagi, dominasi satu negara atas negara lain sangat kentara dalam seluruh tataran hubungan internasional. Ada satu negara yang nyaris menguasai seluruh sektor kehidupan. Karena sudah bukan rahasia, tentu saja kita semua tahu nama negara itu. Sebut saja, Paman Sam.

Sebagai negara adikuasa, AS memang cukup dominan dalam hubungan ekonomi, perdagangan, dan keamanan. Cina belakangan tampil terdepan sebagai petanding dan pembanding. Perang dagang dua negara tersebut sangat kentara dalam satu dekade terakhir.

Tidak hanya itu, Jokowi juga menyoroti keberadaan PBB. Beliau mengatakan bahwa PBB harus segera membuktikan keseriusannya memperkokoh kepemimpinan global dan mendorong kerja sama dalam penanganan pandemi korona. Tentu saja, termasuk dampak ekonomi atas pandemi itu.

Sorotan itu jelas merupakan kritik atas kinerja PBB selama masa pagebluk. Tiap-tiap negara seakan-akan bergerak sendiri menangani korona. Masing-masing berlomba menemukan vaksin, misalnya. 

Tidak ada ikatan kerja sama yang kokoh dan kukuh. Penanganan korona menjadi tarung gengsi dalam sisi siapa yang paling terdepan dan terbaik dalam menangani pandemi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun