Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Menyusur 4 Rahasia "Slide" Presentasi yang Mengesankan

22 September 2020   18:29 Diperbarui: 16 Juli 2021   07:09 2186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang belakangan ini akrab dengan "slide" PowerPoint? Siapa yang selama ini sering mamakai "slide" PowerPoint untuk menerangkan, menguraikan, atau menjelaskan sesuatu? Silakan angkat tangan atau sekalian tunggu pertanyaan terakhir. Siapa yang sering membuat "slide" dengan prinsip asal kelar?

Hening. Senyap. Batal mengacungkan telunjuk. Tidak apa-apa. Dalam hal kekurangan, biasanya tiap manusia mengaku di dalam hati. Tidak banyak orang yang berani mengakui kekurangannya secara terang-terangan atau terbuka.

Dulu tidak banyak orang yang merasa wajib menggunakan PowerPoint saat presentasi. Pembicara, peneliti, dan pebisnis kerap memakai PowerPoint. Sekarang tidak lagi. Guru juga sudah banyak yang mengulik PowerPoint.

Meski begitu, tidak sedikit pula pengguna yang membuat "slide" asal jadi. Prinsip yang dianut amat diyakini kesaktiannya adalah "yang penting ada" atau "yang penting jadi". Biasanya penganut prinsip sedemikian tidak peduli pada esensi auditori, kinestetik, dan visual.

Itu dulu. Sekarang masih sama. Eh, maksud saya, masih ada yang berprinsip begitu sekalipun tidak sebanyak dulu. Nah, kali ini saya akan berkoar-koar tenang bagaimana merancang salindia atau slide agar lebih mengesankan dan menyenangkan.

Biar terkesan pintar, berikut saya pajangkan sebuah infografis.

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi

Merujuk pada infografis di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa slide, selanjutnya saya gunakan salindia, sebenarnya kurang elok jika diperlakukan asal-asalan. Selain tidak sedap dipandang, juga tidak memikat hati. Akhirnya, kesan hambar akan muncul di benak pembaca.

Rahasia pertama adalah memastikan tujuan. 

Apa sebenarnya yang ingin Anda sampaikan? Itulah intinya. Ingat, PowerPoint berarti "poin kuat" dari apa yang hendak Anda paparkan. Dengan begitu, tidak usah seperti menulis prosa pada selembar salindia.

Saya sendiri apabila mengisi pelatihan selalu mempertanyakan dua hal berikut.

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi
Apa yang akan saya sampaikan berhubungan erat dengan bagaimana saya menyampaikannya. Jadi, pokok-pokok ulasan saya cantumkan dalam salindia. Cukup yang penting saja. Kalaupun ada poin tertentu yang mesti dijabarkan, biasanya saya memakai dua hingga delapan kata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun