Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Cinta Butuh Cemburu, Kalimat Butuh Konjungsi

28 Juli 2020   15:02 Diperbarui: 31 Juli 2020   15:02 1262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Khrisna Pabichara

Selanjutnya, ejalah kalimat berikut. 

(3) Relung, Kidung meratap. Ayahnya meninggal. 

(4) Relung dan Kidung meratap karena ayahnya meninggal. 

Tentu saja kita bisa meraba-raba bahwa Kidung dan Relung dalam contoh (3) meratap karena ayahnya meninggal. Namun, ketiadaan konjungsi memicu ketaksaan atau ambiguitas. Bisa saja yang dimaksud kidung adalah 'lagu atau tembang'. Sementara itu, kehadiran konjungsi koordinatif dan pada kalimat (4) membuat makna mengalir lebih lancar.

Keempat kalimat di atas memperjelas betapa kalimat membutuhkan kehadiran konjungsi, termasuk konjungsi koordinatif. Ya, mirip dengan cinta. Harus ada "jembatan perekat" agar cinta berakar kuat di dasar sanubari. Boleh rindu, boleh cemburu. Apabila konjungsi koordinatif kita buang maka alir makna akan tersendat. Bahkan, macet!

Ilustrasi: Khrisna Pabichara
Ilustrasi: Khrisna Pabichara

Pernak-pernik Konjungsi Koordinatif

Barangkali sempat terbetik pertanyaan di benak kalian tentang jenis-jenis konjungsi koordinatif dan kapan kita harus menggunakannya. Baiklah, seruput minuman kalian dulu. Rileks saja, Sobat. Konjungsi koordinatif berfungsi sebagai kata penghubung untuk dua unsur atau lebih yang memiliki status sintaksis yang sama.

Bagaimana dengan posisi atau letak konjungsi koordinatif? Ada beberapa alternatif posisi, yakni (a) di dalam kalimat dengan posisi setelah tanda koma, (b) di dalam kalimat tanpa didahului tanda koma, (c) di awal kalimat yang diikuti tanda koma, dan (d) di awal kalimat tanpa diikuti tanda koma.

Lantas, bagaimana dengan faedahnya? Tenang, Sob. Supaya lebih akrab, berikut ini saya babar faedah konjungsi koordinatif.

Pertama, menandai hubungan penambahan. Kata sambung yang tergolong penanda hubungan penambahan adalah dan, dengan, serta. Contoh: (5) Dia mencintai aku dan kamu; (6) Mantanku dengan anaknya sedang bermain di taman; dan (7) Kakek serta nenek menceramahi aku tentang cinta segitiga.

Konjungsi koordinatif dengan dan serta merupakan varian konjungsi dan, tetapi tidak serta-merta dapat dipertukarkan. Sobat, konjungsi dan digunakan (a) di antara dua kata benda, (b) di antara dua kata kerja, serta (c) di antara dua kata sifat yang tidak bertentangan.

Perhatikan contoh kalimat berikut: 

(8) Kamu dan dia telah menyakiti hatiku; 

(9) Kalian makan dan minum di kafe, sedangkan aku makan hati dan minum air mata di kamarku; serta 

(10) Kamu cantik dan anggun.

Bagaimana jika dua kata sifat yang dihubungkan itu bertentangan? Jika hal itu terjadi, kata atau frasa yang dihubungkan harus berfungsi sebagai subjek. Contoh: (11) Kaya dan miskin sama saja di hadapan Tuhan.

Apa yang mesti kita lakukan apabila kata atau frasa yang dihubungkan lebih dari dua? Mudah. Letakkan dan atau serta di antara kata atau frasa kedua dengan didahului tanda koma. Perhatikan: (12) Aku, kamu, dan dia sama-sama punya harapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun