Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Sumpah Cinta untuk Garuda Muda

28 Oktober 2018   23:19 Diperbarui: 29 Oktober 2018   17:21 1259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hingga jadi debu, Nacional, saya akan tetap mencintaimu. Saya tidak akan pernah lupa bagaimana saya mencintaimu." ~ Abdon Porte, Kapten Klub Nacional Uruguay

Kesatria Garuda Muda yang militan. Pesan yang amat melankolis di atas tertulis dalam secarik kertas yang ditemukan di saku Porte. Kapten Nacional berjuluk Si Indian alias El Indio itu meninggalkan dua pucak surat. Surat pertama berupa wasiat agar jasadnya dimakamkan di sisi legenda Nacional, surat kedua berupa permintaan supaya Presiden Nacional, Jose Maria Delgado, sudi merawat ibu dan keluarganya.

Witan yang militan. Surat itu ditemukan bersama jenazah Porte di titik sepak mula di markas Nacional, Estadio Gran Parque Central, Montevideo. Pukul satu dini hari pada 5 Maret 1918, Porte mengakhiri hidupnya dengan sebuah tembakan tepat di kepalanya.

Saddil yang terampil. Porte depresi. Tekanan bertubi-tubi menindih batinnya. Padahal, sehari sebelum ia mengakhiri hidup dan karier sepak bolanya, klub Nacional yang dicintainya justru berpesta gol di kandang Charley FC, dengan skor 3-1.

Hanis yang manis. Saya ceritakan kepadamu kisah Porte biar kamu tahu bahwa depresi selalu membayangi pemain sepak bola. Carrick bahkan mengaku bahwa ia sangat tertekan setelah klubnya, Manchester United, kalah di final Liga Champions Eropa melawan Barcelona.

Luthfi yang kalem. Jangan berkecil hati, apalagi sampai depresi. Kamu dan kawan-kawanmu sudah mengukir sejarah. Pada 1978, 40 tahun lalu, terakhir kali Garuda Muda lolos ke babak perempat final. Saat itu, timnas kita kalah dari Korea Utara dengan skor 0-2, persis seperti skor malam ini melawan Jepang. Bisa bertahan hingga perempat final itu sudah kado yang indah.

Syahrian yang trengginas. Tidak perlu terlalu berduka. Ingatlah baik-baik capaianmu hari ini. Sejak 1978 sudah lima kali Garuda Muda lolos ke Piala AFC U-19, masing-masing pada 1986, 1990, 1994, 2004, dan 2014. Pada lima kesempatan itu, kita selalu tersungkur sebelum masuk babak gugur. Jadi, tegakkan kepalamu.

Firza yang budiman. Kamu sudah tampil menawan. Lawan yang engkau jaga sepanjang laga bukanlah lawan yang enteng. Takefusa Kubo selama tiga tahun menimba ilmu di La Mesia, akademi sepak bola Barcelona. Setidaknya kamu mampu meredamnya, sekalipun sebuah umpan matang Kubo berbuah gol pada menit 70. Maka, tersenyumlah.

Asnawi yang bertenaga kuda. Jepang adalah juara bertahan. Sepanjang gelaran Piala AFC U-19 merupakan tim paling subur. Berhasil menerobos hingga kotak penalti, meliuk-liuk hingga ditebas lawan, menahan gempuran dari sisi kanan pertahanan sudah kamu lakukan dengan baik. Jangan berkecil hati, apalagi sampai depresi.

Kadek yang tangguh. Lupakan gol pertama yang bersarang di gawang sahabatmu, Riyandi. Kamu sudah tampil apik sepanjang berada di atas lapangan. Hujan tidak menyurutkan semangatmu untuk memberikan yang terbaik. Tetap tabah, tetap tangguh.

Indra yang perkasa. Semua orang pernah kalah, semua orang pernah jatuh, semua orang pernah berduka. Kekalahan hari ini adalah batu sandungan agar kamu makin paham bahwa tiada jalan mulus menuju menang. Selalu ada aral merintang, jadi berusahalah tetap tenang.

Irianto yang kokoh. Kalah itu biasa. Memang menyakitkan, namun ada hikmah yang bisa dipetik dari kekalahan itu. Sebagai Kapten, kamu telah memberikan segalanya di atas lapangan. Hasil akhir berupa kekalahan bukan kemalangan pling memalukan. Tenangkan hati teman-temanmu.

Riyandi yang gagah. Mungkin kamulah yang paling berduka di antara penggawa Garuda muda lainnya. Kiper selalu merana setiap ada gol bersarang di gawangnya. Tetapi, ingatlah bagaimana kamu melakukan beberapa kali penyelamatan gemilang. Jadi, tegaklah!

Rivaldo yang lincah. Barangkali kamu kecewa karena kali ini tidak bisa menyuguhkan keajaiban. Tidak bisa pula mencetak gol pelecut semangat. Tidak bisa juga berbuat banyak setiba di atas lapangan. Tidak apa-apa. Roda selalu berputar. Jangan siksa dirimu dengan penyesalan, tetapi bahagiakan dirimu dengan ketabahan.

Rafli yang tenang. Jangan sesali mengapa tidak sebiji gol pun kamu cetak pada helat akbar ini. Itu biasa bagi striker. Ada waktunya moncer, ada waktunya tumpul. Ada saatnya tokcer, ada saatnya mandul. Yyang lalu biarlah berlalu. Ada yang perlu kamu sambut: masa depan.

Kesatria Garuda Muda yang perkasa. Bermimpilah setinggi-tingginya. Bersyukurlah dengan mengejar mimpi itu sekuat-kuatnya. Berilah cinta sebanyak-banyaknya dan tertawalah sebahagia-bahagianya. Kekalahan bukan akhir karier kalian. Jalan masih panjang, bentangkan sayap kalian!

Baca juga: Soekarno, Kenangan, dan Garuda Muda

Saya ceritakan kepada kalian tentang kisah Porte supaya kalian tangguh menghadapi cibiran. Memang banyak suporter sepak bola yang menderita depresi akibat klub atau timnas yang mereka dukung menderita kekalahan. Macam-macam perangai mereka. Akan tetapi, tabiat suporter kebanyakan adalah tidak mampu menerima kekalahan tim dukungannya.

Jika tim dukungan kalah, alamat kiamat sudah dekat. Yang semula mendukung seketika berbalik mencerca. Yang awalnya memuja mendadak menghina. Pendek kata, menang dipuja kalah dicerca. Begitulah suratan tangan para pesepak bola.

Malahan ada segelintir penggemar yang benar-benar tidak bisa menerima kekalahan dukungannya. Mereka bisa marah dan merusak apa saja. Bangku penonton, pagar pembatas, fasilitas stadion, bahkan segala-gala yang mereka temui sepanjang perjalanan pulang.

Ada pula yang setia bertahan pada cinta. Suporter bertabiat seperti ini lazimnya tahu bahwa mencintai adalah pekerjaan mulia, sedangkan bertahan mencintai adalah pekerjaan luhur. Bagi mereka, cinta tidak memandang kalah atau menang. Kalah tetap sayang, menang makin sayang.

Saya berdiri di barisan suporter penuh cinta. Selalu penuh cinta. Saya berdiri tegak seraya berikrar akan selalu mendukung kalian dalam sehat dan sakit, dalam tawa dan tangis, dalam menang dan kalah. 

Doa saya bagi kalian. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun