Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Salam Kenal dari Si Gagal, Garuda Muda

25 Agustus 2018   00:49 Diperbarui: 25 Agustus 2018   09:33 1416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: lipsus.kompas.com

Di atas lapangan, pemain terus berlari. Berlari, berlari mencari peluang. Walaupun hasil akhirnya masih "opera air mata".

Kemenangan dan kekalahan adalah dua hal yang tidak dapat saling dibandingkan. ~ Boris Pasternak, Novelis

Memang, untuk mengukur keberhasilan sebuah timnas, berdiri di podium juara dan mengangkat piala merupakan syarat yang tidak dapat ditawar. Apalagi bagi kesebelasan berjuluk Garuda, baik senior maupun junior, yang minim prestasi di level internasional. 

Itu sebabnya pendukung Garuda Muda berharap banyak pada tim besutan Milla di Asian Games 2018. Modal "plus" sebagai tuan rumah menambah tebal harapan itu.

Dengan kata lain, pada Asian Games kali ini, kita berharap Garuda Muda mampu memetik tuah sebagai tuan rumah. Namun, semangat pantang menyerah yang dipertunjukkan oleh Lilipaly dan kolega sepanjang laga perdelapan final tidaklah mengecewakan.

Evan Dimas menari tanpa lelah di lapangan tengah. Sesekali melepas umpan terobosan, sesekali mengetes keberuntungan dengan sepakan keras dari luar kotak penalti. Beto tidak sekadar menunggu bola datang. Ia turun hingga ke tengah lapangan demi mencari bola. Begitu peluang datang, ia mengolah umpan dan menjadikannya gol penyeimbang.

Penalti kedua bagi lawan pun tiba. Zayed lagi-lagi mengecoh Adritany. Namun David Maulana dan Saddil Ramdani menyebar semangat baru. Kehadiran mereka mengalirkan napas segar. Sebuah sodoran cantik dari sisi kanan Uni Emirat Arab berhasil dicocor dengan baik oleh Lilipaly. Tertinggal dua gol tapi pemain kita tidak menyerah. Gol yang lahir pada detik-detik akhir babak kedua adalah bukti determinasi.

Maka, kegagalan algojo kita pada episode adu penalti tidak perlu ditangisi. Memang Garuda Muda kalah, namun tetap mencuri hati suporter. Kekalahan, seperti petuah Pasternak, memang tidak dapat dibanding-bandingkan dengan kemenangan.

Adu penalti memang sering menghadirkan mimpi buruk. Belanda tampil memukau hingga semifinal di Piala Dunia 1998 di Prancis, tetapi mereka kalah adu penalti melawan Brasil.

Luis Milla juga sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Hampir seluruh pergantian pemain yang dia lakukan sangat efektif. Hargianto yang menggantikan Evan Dimas, misalnya. Belum lagi kehadiran Saddil Ramdani, David Maulana, dan Ilham Udin.

Bahkan Milla pun sudah mempersiapkan Hansamu dkk. untuk menghadapi adegan adu penalti. Kalaupun hasil akhir adalah terhenti hingga perdelapan final, setidaknya kita sudah menyaksikan para pemain Garuda Muda tidak kehabisan napas atau keteteran diserang lawan hingga pertandingan usai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun