Jatuh cinta itu mudah, yang sulit justru merawat cinta agar senantiasa subur di dada.
SETELAH BERPAKAIAN RAPI, aku ke beranda. Sam sudah siap dengan beberapa karton yang dipenuhi tulisan: Jangan Gusur Kami, Yang Miskin Dipreteli yang Kaya Dilindungi, Kereta Api Indonesia Merampas Hak Kami, Lawan Ketidakadilan, Kami Ingin Dialog, dan lain-lain.
Kubantu Sam merapikan karton-karton seraya bertanya, "Shafwa tidak ikut?"
Sam menggeleng-geleng. "Tidak tahu."
"Kamu mencintainya, tetapi tidak tahu apa-apa tentang dia!"
"Aku bukan pengasuhnya!"
"Tapi dia kekasihmu...."
"Jangan mengajariku sesuatu yang kamu tidak tahu!" Sam mendengus. Matanya berkilat-kilat. "Kamu tidak tahu apa-apa soal cinta. Kamu buta soal perasaan wanita, tidak tahu bagaimana menghadapi mereka, dan tidak paham apa yang mereka inginkan. Di matamu, kata-kata jauh lebih menarik buat dipahami dibanding perempuan!"
Aku bersikap seolah-olah ucapan Sam tidak menyinggung perasaannya.
"Tidak usah berkhotbah tentang cinta karena kamu tidak pernah merasakan getir mencintai," tuding Sam sambil menyeringai. "Isi otakmu itu cuma teori!"
"Apa yang kamu tahu tentang perempuan?" tanyaku.