"Aku sekarang orangnya bisa tahan/ sudah beberapa waktu bukan kanak lagi/ tapi dulu memang ada suatu bahan/ yang bukan dasar perhitungan kini."
~ Chairil Anwar, Derai-derai Cemara
Chairil Anwar memang tidak ada matinya. Tiba-tiba saja sepenggal puisinya bernyawa dan bernyanyi di benakku. Betapa tidak, kalimat aku sekarang orangnya bisa tahan begitu jleb di dada. Kata anak-anak Generasi Y, nancep! Atau, berasa kalimat itu terdengar dari bibir lelaki muda yang kering dan retak setelah ditolak oleh gebetannya.
Lantas apa hubungan petikan sajak Chairil itu dengan Timnas Spanyol?
Tenang, Sobat. Jangan terburu-buru. Ada kalanya kita butuh lebih cepat lebih baik. Sekadar menyitir slogan kampanye Jusuf Kalla. Tetapi, sekali-sekali kita perlu mengamini pepatah biar lambat asal selamat. Jadi, sejenak kita lupakan dulu pertanyaan itu.
Di sinilah drama bermula.Â
Adalah Luis Rubiales, Presiden Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF), selaku aktor utamanya. Mendadak namanya semasyhur Gong Yo--aktor dari Korea yang bermata teduh. Ah, maaf, tiba-tiba aku melantur ke mana-mana. Dari Chairil ke Timnas Spanyol. Dari Rubiales ke Gong Yo. Daebak!Â
"Kami memutuskan untuk memecat pelatih tim nasional. Apa yang kami capai hingga Piala Dunia 2018 ini adalah hasil kerja keras semua orang, kami juga harus berterima kasih kepadanya."Â
~ Luis Rubiales, Presiden RFEF
Itulah korelasi antara sajak Chairil dengan La Furia Roja, julukan Timnas Spanyol. Entah siapakah yang sekarang dapat dinobatkan sebagai yang orangnya bisa lebih tahan.Â
Mungkin Rubiales dan koleganya di federasi yang orangnya bisa lebih tahan. Tersiar kabar, ia baru dikabari lima menit sebelum pengumuman penunjukan Lopetegui sebagai pelatih Real Madrid. Tambahan kabar, Lopetegui setuju menangani Los Blancos pasca pesta bal-balan di Rusia. Sebagai tokoh nomor satu di federasi, Rubiales tidak siap menerima kenyataan. Sedang sayang-sayangnya, Lopetegui malah mendua. Ia tidak sanggup melihat fakta betapa timnas akan dimadu.
Jawabannya bisa ya dan bisa tidak. Terpujilah apabila mereka bisa tahan menghadapi gempa bumi menjelang laga sengit melawan tetangga, Portugal. Berbahagialah apabila mereka bisa tahan menanggung beban pergantian panglima menjelang Perang Semenanjung Iberia. Jika jawabannya tidak, ini yang mengerikan.Â
Ada lima dampak sepele bagi Timnas Spanyol akibat pemecatan Lopetegui.Â
Pertama, harus mulai dari nol. Semboyan yang ramah di telinga ini memungkinkan keruntuhan mental. Komunikasi kental antara pelatih dan pemain harus benar-benar baru. Ibarat sitir pepatah, lain lubuk lain ikan. Artinya, pola pendekatan Fernando Hierro, legenda Real Madrid yang ditunjuk selaku pelatih pengganti, tentu berbeda dengan model komunikasi ala Lopetegui.
Harus diingat, setidaknya ada 11 pemain yang paling sering diturunkan ke lapangan hijau oleh Lopetegui. De Gea, Ramos, Pique, Alba, Koke, David Silva, Isco, Iniesta, dan lain-lain. Pola pendekatan dan model komunikasi tidak semata-mata buat mengakrabkan, tetapi sekaligus mentransfer taktik dan mental juara kepada pemain.Â
Meski begitu, Ramos dkk. sudah beberapa waktu bukan kanak lagi. Mereka sudah punya mental juara.Â
Kedua, harmoni tim berantakan. Rubiales ada benarnya. Timnas berperingkat empat FIFA tersebut bukan dihuni penggawa Real Madrid saja. Hanya Carvajal, Nacho, Asensio, dan Isco dari kubu Los Blancos. Tentu ditambah Sang Kapten, Ramos. Selebihnya dari Atletico, Athletic Bilbao, Valencia, Celta Vigo, Sociedad, Napoli, MU, Manchester City, Arsenal, Chelsea, dan Muenchen. Jangan lupa empat pemain Barca.
Lopetegui dipecat gara-gara didaulat Perez, Presiden Real Madrid, menjadi suksesor Zidane. Parahnya, menurut Rubiales, diumumkan menjelang laga awal. Persis seperti ditabok kekasih gara-gara kedapatan berduaan dengan orang lain. Suasana tim yang sudah adem bisa kocar-kacir. Belum lagi ledek-ledekan Ramos dan Pique yang tak selesai-selesai.
Meski begitu, Ramos dan Pique sudah beberapa waktu bukan kanak lagi. Mereka akur setiap membela negara.Â
Hanya saja, ini menyangkut transfer ide bermain, penularan mental, pengaliran daya juang, dan ketaatan pemain pada strategi racikan pelatih. Mampukah Hierro mengatasi "hawa panas" ruang ganti dalam tempo sebegitu singkat? Jika ia sanggup meraih kepercayaan pemain, rasanya tidak akan sulit. Lain hal apabila ia gagal.
Dengan demikian, muncul satu kecemasan. Memang ada satu bahan yang bukan dasar perhitungan kini. Perhitungan itu adalah laga pertama melawan La Seleccao.
Keempat, kemampuan pelatih mengenal luar-dalam potensi pemain. Tentu saja pemain yang sekarang dibawa ke Rusia adalah pilihan Lopetegui. Hierro tinggal menerima waris. Ia harus waras menilik kebutuhan tim, kepentingan strategi, dan kebugaran pemain. Ia harus waswas jika tidak menemukan cara "mematikan" Ronaldo. Begitu ia gagal, cermin akan retak. Sekali cermin retak, mustahil rekat seperti sediakala.
Dengan demikian, muncul satu kekhawatiran. Memang ada satu bahan yang bukan dasar perhitungan kini. Perhitungan itu adalah kesiapan Hierro memimpin pasukan dari pinggir lapangan.
Kelima, hanya tersisa beberapa jam. Ini yang paling pelik. Walau bagaimanapun, lawan pertama Spanyol tidak bisa dianggap remeh. Ronaldo (Real Madrid) dan Guedes (Valencia) tahu sisik-melik penggawa Spanyol. Selain mereka ada Pepe, Beto, Quaresma, Mario Rui, dan Fernandes yang lama bertungkus lumus di La Liga. Pendek kata, Portugal bukan lawan receh.
Hierro jelas bukan Lopetegui yang sudah bersentuhan dengan Koke, Thiago, Isco, Carvajal, atau De Gea semenjak mereka masih di level timnas junior. Inilah episode awal drama Rubiales: Hierro melawan La Seleccao. Jika ditekuk Portugal, lalu keok pula di hadapan Maroko atau Iran, perih Piala Dunia 2014 kembali berasa. Atau, pedih akibat cepat tersungkur pada Piala Eropa 2016 tersaji lagi.
Dengan demikian, memang ada satu bahan yang bukan dasar perhitungan kini. Perhitungan tentang kemungkinan mengulang prestasi Piala Eropa 2008, Piala Dunia 2010, dan Piala Eropa 2012.
Jika itu terjadi, kita akan jadi saksi sejarah. Tunggu saja partai awal di Grup B. Spanyol versus Portugal. Hierro melawan Santos. Dan, duel antara Ramos dan Ronaldo. Agar lidah tidak kelu, jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda. Agar mata melek pada Sabtu (16/6/2018) pukul 01.00 WIB, siapkan kopi.Â
Andaikan Spanyol menang melawan Portugal, Hierro akan dielu-elukan. Kalaupun kalah tetap akan dielu-elukan: elu sih mau aje jadi ban serep.Â
Saya berharap Hierro akan mencecap akhir yang manis. Meskipun hidup pada akhirnya hanya menunda kekalahan, yang penting Hierro berjuang. Hingga seperti fatwa Chairil, sebelum pada akhirnya kita menyerah.Â
Kota Hujan, 2018