Mohon tunggu...
azzahraangguni
azzahraangguni Mohon Tunggu... Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Mendalami dan Memahami Problematika Dakwah secara Kompleks", Klik untuk baca: https://www.kompasiana.com/regainaem0861/667935d2ed64152a4c71d052/mendalami-dan-memahami-problematika-dakwah-secara-kompleks?utm_source=Whatsapp&utm_medium=Refferal&utm_campaign=Sharing_Mobile Kreator: Regaina Eka Martasari Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com

Hallo, saya Azzahra Angguni saya lebih suka menonton dan mendengar, tetapi saya sedang mencoba hal baru untuk lebih suka menulis ^^

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Idul Qurban: Ketulusan Hati dan Kemurahan Tangan

12 Juni 2025   08:18 Diperbarui: 12 Juni 2025   08:18 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh: Syamsul Yakin
(Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
dan Azzahra Angguni
(Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Idul Kurban lebih dari sekadar penyembelihan hewan; ia adalah ajakan untuk menyembelih sifat-sifat negatif dalam diri, seperti ego, keserakahan, dan rasa kepemilikan berlebihan. Momen ini mengajak umat Muslim untuk mendalami makna pengorbanan sejati, yang tak hanya mencakup materi, tetapi juga ketulusan hati dalam memberi dan berbagi.

Di balik hiruk pikuk perayaan Idul Adha, tersimpan pesan spiritual mendalam. Kisah Nabi Ibrahim yang rela mengorbankan putranya demi ketaatan penuh kepada Allah mengajarkan bahwa yang terpenting bukanlah tindakan itu sendiri, melainkan ketulusan niat dan keikhlasan hati. Ini menunjukkan bahwa kesadaran dan ketulusan batin adalah inti dari setiap ibadah.

Idul Kurban juga membawa pesan sosial yang kuat. Pembagian daging kurban kepada yang membutuhkan merupakan aksi nyata pembangunan jembatan kemanusiaan. Mengingat tidak semua orang mampu mengonsumsi daging setiap hari, momen ini menjadi simbol nyata solidaritas, kepedulian, dan keadilan sosial, yang membawa harapan dan kebahagiaan bagi banyak keluarga.

Di era modern yang serba cepat dan individualistis, semangat kurban menjadi pengingat penting bahwa hidup ini bukan hanya tentang diri sendiri. Kita diajak untuk mengendalikan keinginan, menyisihkan sebagian rezeki, dan menunjukkan kepedulian terhadap sesama. Penting untuk diingat bahwa memberi dan berbagi tidak harus menunggu kondisi sempurna atau kaya raya; yang terpenting adalah hati yang tulus dan kesediaan untuk bertindak.

Nilai-nilai Idul Kurban seharusnya tidak terbatas pada perayaan tahunan, melainkan menjadi bagian dari keseharian kita. Kita bisa "berkurban" setiap hari dengan meluangkan waktu untuk orang lain, meredam ego dalam perbedaan pendapat, atau mengutamakan kepentingan bersama di atas kenyamanan pribadi.

Pada akhirnya, Idul Kurban bukan sekadar tentang hewan yang dikurbankan, melainkan tentang transformasi diri menjadi individu yang lebih ikhlas, peduli, dan bertakwa. Sebab, pengorbanan yang diterima Allah adalah yang berasal dari hati yang tulus dan tangan yang lapang memberi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun