Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ritus Adat Hola We Lulik

7 Maret 2014   02:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:09 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu ritus adat utama yang dilakukan pada Situs Lo'okeu di Fatumea, NTT ialah ritus adat hola we lulik. Secara etimologis, hola we lulik berarti mengambil air suci. Kesucian air yang dimaksudkan ialah kesucian dalam arti realistis yang artinya terletak di tempat yang tidak bisa dijangkaui dan dicemarkan oleh zat-zat, hewan-hewan dan manusia. Selain itu kesucian air yang dimaksudkan juga ialah kesucian sebagai akibat dari permohonan kepada Dewata melalui ritus adat. Maka we lulik secara realistis ialah air alam yang diyakini suci atau bersih secara alamiah dan merupakan pemberian Dewata bagi manusia tetum untuk menyucikan manusia tetum. Dengan kesucian realistis ini, maka kemudian dilanjutkan dengan kesucian secara ritus adat melalui acara persembahan adat kepada Dewata berupa daun sirih segar dan pinang dalam wadah tanasak anyaman kemudian sapaan adat mendahului ritus pengurbanan hewan berupa babi atau kerbau.

Acara adat hola we lulik ini dilakukan pada jam 18.45 Wita, saat mana matahari telah tenggelam. Para tetua adat membawa segala macam perlengkapan menuju ke sumber air suci yang terletak sangat rahasia di balik hutan dan semak-semak. Di sana terdapat sebuah mata air yang diyakini merupakan pemberitan Dewata bagi orang tetum. Terdapat sebuah Situs altar batu di dekat sumber air suci tersebut. Di atas altar batu itulah dilaksanakan ritus adat kepada Dewata sebagai tanda peresmian secara adat bahwa air yang telah melewati ritus adat itu dianggap suci dan pantas digunakan sebagai sarana berkat bagi anggota suku. Itu berarti setelah pengresmian air suci, air yang dianggab suci itu memiliki makna kesucian dalam dirinya sendiri dan kemudian oleh keyakinan maka daya kesuciannya kemudian menyebar ke atas dunia dan manusia sebagai berkat untuk perlindungan, kesejahteraan, kemakmuran, kesegaran bahkan demi kelangsungan kehidupan manusia sendiri.

Oleh karena di sekitar sumber air suci itu terdapat sebuah altar batu sebagai tempat persembahan kepada Dewata dan acara penyembelihan hewan kurban maka dapat diduga bahwa umur acara adat ini sudah diperkirakan telah berlangsung lama dari generasi ke generasi orang tetum. Para tetua adat tetum dan para pemuda putera dari tetua adat tetum membawa juga wadah berupa botol-botol, tabung bambu, jerigen atau ember untuk membawa pulang air suci itu ke rumah suku masing-masing atau ke rumah keluarga besarnya. Air suci yang dibawa pulang itu nantinya akan digunakan sesuai keperluan masing-masing orang, pada umumnya untuk kepentingan perlindungan, berkat, kesegaran, kesucian dan kemakmuran orang tetum.

Oleh karena medan di mana pelaksanaan acara adat hola we lulik ini terbilang berat, maka saya tidak bisa menghadiri acara adat hola we lulik ini, melainkan saya memberikan tustelku untuk Melkior Tefa Moruk, putera dari Bei Rafu yang adalah adik dari nenek buyutku Bei Rosina Aek. Dia berhasil mengambil beberapa foto langsung dari jarak dekat selama ritus adat hola we lulik dan beberapa ritus adat lainnya dilaksanakan. Namun gambaran tentang prosesi adat hola we lulik ini diarahkan melalui markas besar acara adat di bawah pohon Beringin, di mana hadir juga Bapak Hironimus Tita, putera nai Lookeu yang terakhir. Selama ritus adat ini, beliau mengarahkan dari bawah pohon Beringin dan saya selalu meminta beberapa tanggapan dari beliau.

Sumber air suci yang akan diambil itu berupa sebuah sumber air khusus yang diyakini secara bersama oleh orang tetum di mana air suci itu harus mengalir asli dari dalam tanah. Setiap suku dari subbangsa tetum memiliki air sucinya masing-masing. Air suci dari suku bangsa tetum-Lo'okeu berasal dari tanah kemudian air suci itu dipasangi sebuah bambu menjadi sebuah pancuran kecil. Mungkin debit air itu pada awalnya memang besar, namun memasuki musim kemarau, apalagi umur air itu diperkirakan sudah lama maka debitnya menjadi kecil. Melkianus Tefa Moruk berhasil mengambil foto pancuran air kecil yang diyakini sebagai sumber air suci pemberian dan berkat dari Dewata bagi orang tetum melalui ritus adat hola we lulik. Saya akan memposting foto itu juga di artikel ini.

Altar batu tempat melaksanakan persembahan kepada Dewata dan air yang telah diambil dalam wadah diletakkan di sekitar altar batu

Mengambil air suci dari pancuran yang dialirkan dari mata air suci

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun