Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lali'an: Tungku Masak Kuno

11 Maret 2014   07:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:04 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Lali'an kuno sebagai salah satu wujud peradaban subbangsa tetum Kurang lebih 20 meter jaraknya dari pohon Beringin (Hali) dari arah jalan masuk ke pohon Beringin sebagai tempat di mana kami bermalam, melakukan musyawarah adat dan makan bersama, saya menemukan sebuah tungku kuno orang tetum yang disebut Lali'an. Lali'an merupakan tungku masak kuno bagi orang tetum yang tersusun dari 3 batu alam kokoh. Di atas ketiga bongkah batu kokoh itu, orang tetum melakukan aktivitas masak-memasak. Lali'an kuno yang tersusun dari 3 batuan kokoh ini lebih kuat dan bertahan lama dari pada Lali'an yang terbuat dari bongkahan batu bata, 2 tonggak kayu tegak atau Lali'an yang digali dalam tanah. Dengan adanya penemuan Lali'an yang tersusun dari 3 bongkah batu kokoh ini dapat diperkirakan bahwa peradaban Lali'an ini merupakan hasil asimilasi antara peradaban tetum berupa sastera, hukum dan tata organisasi dengan peradaban Hindu-Budha di mana sejak masa ini kebiasaan melakukan ritual adat-spritual orang tetum selalu dibarengi dengan acara makan bersama. Acara makan bersama disuguhkan oleh para lelaki pembawa acara adat untuk masyarakat suku atau pengikutnya. Makan bersama bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan demi kelangsungan hidup manusia melainkan makan bersama demi keharmonisan relasi antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan Dewata. Lali'an yang saya temukan ini berada terpisah dari Lali'an-Lali'an yang didirikan di dalam naungan pohon Beringin. Hal ini menimbulkan penafsiran bahwa markas aktivitas adat di Situs Lo'okeu-Fatumea rupanya mengambil tempat yang berbeda-beda.Peradaban besar subbangsa Tetum sebenarnya bermula dari peradaban membuat dan beraktivitas di Lali'an. Lali'an merupakan sumber dari mana masyarakat tetum mendapatkan energi untuk memenuhi kebutuhannya akan makan dan minum yang dimasak dengan perapian. Peradaban mendirikan Lali'an menunjukkan kemajuan peradaban beberapa langkah lebih maju dari peradaban manusia sebelumnya yang menghuni kawasan yang sekarang ini didiami oleh orang tetum dan terus berlangsung selama berabad-abad bahkan hingga saat ini sebab di sekitar tungku kuno ini biasanya dibentangkan tikar sebagai tempat orang tetum bermusyawarah, mengambil keputusan, makan bersama dan merajut ikatan kekeluargaan yang kokoh. Menurut penelitian bahwa sebelum orang Tetum tiba, telah lebih dahulu tinggal masyarakat atoni yang kemudian terdesak ke arah bagian barat pulau Timor. Oleh kemajuan peradaban orang tetum, Masyarakat tetum lalu mengambil alih daerah tetum yang sekarang ini, mendirikan tata pemerintahan yang meliputi wilayah seluruh Timor dan menganggap bahwa wilayah yang membentang dari daerah tetum Belu Selatan dan wilayah Tetum Tasifeto merupakan tanah air, tanah hak ulayat dan tanah terjanjian yang diberikan Dewata bagi orang tetum. Pendirian Lalian dibarengi dengan mulainya seni pembuatan alat-alat dapur yang terbuat dari tanah liat, kerajinan membuat logam tuangan. Singkatnya aktivitas masak-memasak menuntut orang tetum harus bekerja untuk membuat peralatan memasak baik dari tanah liat maupun dari logam. Realitas pendirian Lali'an menunjukkan rasa kebanggaan orang tetum sebagai penemu api untuk kehidupannya. Api didapatkan melalui gesekan batu-batu api yang diperoleh manusia di sekitar Situs, juga melalui hasil gesekan 2 buah ruas bambu yang menghasilkan api untuk kebutuhan masak-memasak.Lali'an boleh dianggap merupakan pusat kehidupan masyarakat tetum, bukan hanya untuk kebutuhan hidup, kebutuhan berorganisasi, bertemu dan menjalin kekeluargaan namun merupakan pusat religi-spritual orang tetum baik dengan sesamanya, dengan alam dan dengan Sang Dewata Yang Maha Agung. ________________________________________________

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun