Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengapa Meskipun Punya Banyak Dana, tetapi 21 Ribu Desa Masih Tertinggal?

17 Agustus 2020   23:36 Diperbarui: 17 Agustus 2020   23:54 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dana desa. (Gambar: republika.co.id).

Pada bulan Juni 2020, Kemendes PDTT RI catat 21. 173 desa di Indonesia masih tertinggal. Bukan merupakah hal aneh jika desa-desa di Indonesia masih tetap belum disebut maju meskipun miliaran rupiah dana desa setiap tahun telah mengalir ke desa-desa melalui bank-bank pembangunan daerah. 

Dana desa ternyata bukan menguntungkan orang desa, tetapi orang ibukota. Dana desa mengalir kembali ke ibukota. Mengapa hal itu dapat terjadi? Karena faktor penentu kemajuan dalam pembangunan bukan faktor biaya atau uang, tetapi pada faktor manusia. 

Dari segi SDM, orang-orang kota banyak yang menjadi ahli dengan kemampuan kompetitit secara global. Sedangkan SDM  dari orang-orang yang bekerja di desa-desa pada umumnya memiliki pendidikan rendah dan tidak memiliki daya saing secara global.

Faktor SDM merupakan faktor utama penentu kemajuan desa-desa. Unsur utama dari SDM adalah akal manusia. Akal manusia dalam SDM yang handal dan berkualitas adalah faktor utama penentu kemajuan. 

Dengan akalnya yang tinggi, manusia dapat menciptakan pelbagai teknologi, yang mengarahkan hidup manusia menuju kemajuan hidup. Manusia memiliki nilai tambah  karena teknologi dan kerena kekayaan aspek dan dimensi. Dimensi-dimensi manusia yang kaya itu amatlah menarik untuk dipelajari dan dipahami.

Inilah potret desa tertinggal di Indonesia. (Foto: CNN.com).
Inilah potret desa tertinggal di Indonesia. (Foto: CNN.com).
Dalam konteks pembangunan yang ditekankan ialah Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam proses pendidikan berjenjang, pusat perhatian kita adalah pembentukkan SDM yang handal. Sehingga para peserta didik diberikan keterampilan untuk menguasai teknologi canggih.

Hasilnya ialah bahwa para peserta didik yang berhasil menamatkan pendidikan tinggi akan menjadi SDM handal. SDM handal memberikan nilai tambah pada suatu produk teknologi. Sebaliknya SDM yang rendah tidak memberikan nilai tambah (added value) pada suatu produk teknologi.

Konsekuensi pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) ialah kebijaksanaan pemberian prioritas subsidi dan proteksi kepada SDM. Strategi pembangunan harus bersifat competitive advantage. Konsep industri yang berorientasi pada eksprot disebut comparative advantage. 

Dalam konsep eksport sudah terbukti bahwa ada tendensi agar Indonesia tetap pasrah pada pembagian internasional. Indonesia harus tetap bersikap konsisten kepada ekonomi yang rendah nilai tambahnya. Sehingga Indonesia masih selalu kecipratan pembagian ekonomi internasional, meskipun kecil jumlahnya.

Pelbagai bantuan internasional dipandangan terlalu sedikit. Seorang menteri senior Indonesia mengatakan bahwa Indonesia pernah menolak bantuan dari Belanda karena jumlah bantuan itu dikategorikan sangat sedikit, kurang dari setengah anggaran belanja satu kabupaten di Indonesia.

Meskipun demikian, dalam solidaritas internasional, SDM Indonesia harus pasrah kepada pelbagai kebijakan IMF. Tetapi tetap berkreasi di tengah keterbatasan-keterbatasan. Pengalaman keterpurukan ekonomi tahun 1998 telah mengakibatkan krisis multidimensi. Menurut analisis komparatif internasional, krisis ekonomi tahun 1998 adalah bukti bahwa Indonesia terpuruk karena tidak ada adanya fondasi ekonomi yang kuat dan SDM yang berdaya saing internasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun