Saya sudah menggunakan pelbagai produk perbankan, mulai dari Butab, ATM, SMS Banking, Internet Banking BRI hingga Payoneer Card. Semuanya baik adanya. Layanan produk-produk bank BRI itu tampak sempurna. Namun hal yang kurang sempurna ialah penghasilan saya kerap kali jatuh-bangun. Pekerjaan saya bersifat kontrak sehingga hanya sedikit uang bisa ditabung di bank.
Ketika uang sudah mendarat di bank saya, saya ingin membiarkan uang itu mendarat lebih lama. Namun penghasilan saya yang tidak mencukupi membuat saya menguras lagi uang-uang itu, ditambah dengan beban cicilan kredit motor dan pelbagai kebutuhan hidup yang cukup tinggi.
Saya harus membayar ongkos kredit sekaligus membayar pelbagai pembelian suku cadang motor yang baru dengan pelbagai perlengkapan motor dari uang hasil kiriman gaji dan tabungan saya di bank. Banyak kemalangan muncul. Terakhir ialah badai Pandemi Covid-19 yang memaksa saya beristirahat di rumah dan menguras banyak pengeluaran dengan hanya sedikit pemasukan. Kondisi saya dengan uang adalah seperti dilukiskan dalam uangkapan: "banyak uang, banyak keinginan".
Ya, saya merasakan kondisi seperti dalam ungkapan di atas. Ketika uang saya banyak, apapun yang saya inginkan saya penuhi. Ketika uang sedikit, hanya ada sedikit keinginan. Sampai saya pikir sebaiknya saya memiliki uang sedikit saja agar keinginan juga sedikit. Jika kita punya banyak uang, kita sering jarang berada di rumah sendiri. Kita jarang makan di rumah. Kita selalu ingin makan di luar rumah. Akibatnya relasi kekeluargaan dengan keluarga di rumah sering renggang.
Kesimpulan
Semua pilihan untuk menabung baik di bank maupun di koperasi adalah pilihan-pilihan produktif. Semua pilihan itu tergantung dari pilihan hati para nasabah. Jika pilihan menabung di bank itu tidak produktif sebaiknya jangan memilih. Jika pilihan menabung di koperasi adalah pilihan produktif, maka sebaiknya memilih koperasi. Di koperasi, banyak orang telah sukses menjadi orang berkecukupan dengan kebutuhan pokok terpenuhi: rumah, makanan dan pakaian, terlebih lagi kebutuhan akan sosialisasi. Dengan budaya menabung, banyak Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di NTT masih punya masa depan.