Nietzsche menciptakan gagasan Overman sebagai tujuan kemanusiaan. "Overman" melampaui batas biologis eksistensi manusia melalui perfeksionisme budaya.Â
Nietzsche memikirkan perfeksionisme budaya terutama dalam hal mahakarya seni, dengan teknik spesifiknya untuk melampaui persepsi sehari-hari. Sebuah teknologi interpretasi "Overman" adalah transhuman abadi.
3. Stoicisme modern
Kaum Stoa menyatakan bahwa rasionalitas itu sendiri memiliki asal ilahi. Dalam zaman akal, pandangan dunia panteistik ditantang oleh bentuk transendensi sekuler. Spinoza dan Kant keduanya menyatakan bahwa hukum moral memiliki karakter kebenaran dan dapat ditemukan dengan pemikiran rasional.Â
Tetapi sementara Spinoza masih menganut pandangan dunia panteistik, Kant tidak memandangnya dengan baik (Quora). Makam Kant di kota Knigsberg (sekarang Kaliningrad) adalah metafora yang mengesankan untuk transendensi dalam sains dan etika, yaitu metafora yang juga berlaku untuk Stoicisme modern.
4. Buddhisme Sekuler
"Orang biasa" menganggap pertapa Buddha pengembara adalah bodoh. Namun para petapa pengembara itu memandang masyarakat dari luar, mereka menemukan titik-titik lemah dari "perilaku normal".
Para pertapa Buddha membalikan keadaan. Dari pandangan mereka, "orang biasa" adalah orang bodoh, karena mereka terikat pada ego dan semua jenis benda material, terlepas dari kenyataan bahwa hidup ini singkat dan dunia hanya sementara seperti mimpi. Umat Buddha berusaha keras untuk hidup tanpa rasa sakit dengan melakukan olah tapa.
Teknik meditasi Buddha sekuler tidak bergantung pada kepercayaan metafisik. Pengalaman positif dari tidak adanya (ego) dalam mediasi (Nirwana) adalah kunci untuk mengatasi kefanaan dan kematian. Â Â
Transendensi Dalam Bahasa
Filsuf Wittgenstein mengatakan bahwa bahasa berakar pada "bentuk-bentuk kehidupan", yang merupakan cara bertindak di dunia. Dalam setiap filsafat dibahas transendensi dalam aspek spesifik bahasa: