Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ibarat Bunga-Bunga, Biarkan Media-Media Tumbuh, Berkembang dan Mekar

18 Januari 2019   14:43 Diperbarui: 18 Januari 2019   17:02 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berita online (Gambar: Makasarnews)

Sejalan dengan makin intensnya penyelenggaraan kampanye Pemilu di Indonesia, media-media di Indonesia kini memasuki babak baru dalam zaman internet. Karena media-media punya peranan penting dalam menyebarluaskan informasi. Sehingga media-media diharapkan berperanan sebagai pihak yang netral. Artinya media-media diharapkan tidak memihak salah satu konstentan dalam kampanye politik dengan berita yang imbang, itulah ideal bagi sebuah berita media. Pada kenyataannya merupakan sebuah peziarahan yang sulit.

Mungkin salah satu faktor penyebabnya ialah media-media besar sering dimiliki oleh para pengusaha yang pada gilirannya ikut serta berpolitik praktis. Karena para politikus bersaing untuk mendapatkan kekuasaan. Inilah kesulitan media terbesar mengolah berita-berita. Media-media bisa jadi akan berada di tangan para politikus. Politikus bisa menggunakannya sebagai alat meraih dukungan. Sebab image yang terbentuk di masyarakat sebagian besar dibuat oleh opini, berita, gambar, dll dalam media.

Pada titik ini kita patut mempertanyakan posisi media dalam kampanye politik. Para politikus dan penguasa sering bersaing pengaruh. Gilirannya penguasa sering membredel media hanya karena sebuah pemberitaan yang melawannya. Demi meraih kekuasaan mungkin penguasa memberangus saingan dan mengamankan kekuasaan. Media-media yang hidup dalam kondisi demikian membuat kebudayaan sulit berkembang.

Berbagai jenis Medsos (Gambar: geotimes)
Berbagai jenis Medsos (Gambar: geotimes)
Karena peranannya yang vital dalam politik, media-media umumnya mungkin dipisahkan dengan kekuasaan dan politik. Agar bisa netral mengelaborasi pemberitaan dan opini. Tidak bisa dipungkiri, bahwa pada titik tertentu sikap media tidak bisa berjalan dalam koridor ideal, kadang-kadang beraroma konservatif dan demokratis, tetapi juga dikira dapat memihak salah satu konstentan.

Hal ini terlihat dalam kampanye Pilpres di AS yang melahirkan Presiden Donald Trump. Saat kampanye Pilpres di AS, sebagaimana budaya Amerika, media-media bersifat menyerang kelemahan lawan secara ofensif. Hal ini dibenarkan. Karena budaya AS mengutamakan debat dan opini-opini yang rasional. Meskipun memihak haluan kiri, tetapi sejauh rasional, toh gagasan politikus kiri, termasuk penguasa garis keras kiri tetap didukung.

Tetapi Indonesia bukan AS sebab media-media di Indonesia bagaikan bunga yang baru berkembang untuk mekar. Ketika ada pemikiran dan tindakan kiri dan dianggap tidak sopan, media-media menyerang dengan alasan tindakan itu kurang beretika dan melawan kesopanan. Yang rasional adalah yang sopan dan patut sesuai dengan kaidah-kaidah yang belaku. Bunga yang baru berkembang tidak boleh diberikan beban-beban yang tidak perlu. Patut diberikan tanah subur, pupuk dan obatan serta perawatan memadai.

Salahnya ialah pada para penulis media. Sebab sulit memang media-media menahan diri terhadap publik figur. Maka dalam kondisi dan era keterbukaan dan demokrasi yang berkembang saat ini, jika tokoh itu memang tidak ingin disoroti, lebih baik tidak usah tampil dalam debat terbuka dalam ruang publik.

Ibarat Bunga, Biarkan Media Bermekar

Dalam masa kini, mengikuti alur perkembangan demokrasi di Indonesia yang kian subur, biarkan media-media tumbuh, berkembang dan mekar di taman bunga Nusantara. Agar semua kita dapat menikmati keindahan taman bunga yang bernama Nusantara. Agar kita nyaman hidup di dalam taman itu. Taman harus penuh bunga-bunga berwarna-warni, ada yang baru mulai di tanam, ada yang sudah lama berbunga. Taman harus tetap disirami dan diberikan pupuk serta dirawat dan dibersihkan.

Jelas bahawa kita perlu menjaga baik-baik agar kebebasan media tetap lestari. Jadi apapun juga, entah baik atau buruk pemberitaan semuanya perlu ditampung, dibenahi dan dibiarkan bermekaran juga. Mungkin ada yang berbunga dengan warna gelap yakni warna dukacita dan kemarahan. Tetapi ada yang berwarna cerah yakni warna kegembiraan dan sukacita. Semua warna-warni itu akan memperkaya kita dalam taman bunga yang berada di Nusantara ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun