Rasanya waktu begitu cepat berlalu. Sadar atau tidak, pada 8 Agustus 2017 yang lalu, aku sudah 4 tahun berkiprah sebagai penulis di Kompasiana ini. Sampai karya-karya tulisku di Kompasiana ini dapat dibaca orang di seluruh dunia tak terlepas dari aku memanfaatkan uang kecil di saku untuk membeli pulsa data. Setelah internetku on, aku memindahkan karya-karyaku itu dari dokumen notebook ke lapak Kompasianaku.
Seringkali aku tak menggunakan banyak uang untuk pulsa data, bahkan sering hanya kuota internet sebesar 30 MB seharga Rp 7 ribu. Aku memanfaatkan sisa uang transportasi atau uang belanja sayur. Kekuatan internet demikian ialah kekuatan internet terkecil namun dengan cara ini aku melaksanakan satu strategiku memanfaatkan uang kecilku untuk berguna di Kompasiana. Uang recehan itu tersedia saat aku turun dari angkutan desa, angkutan kota dan ojek, seribu dua kukumpulkan hingga sampai Rp 7 ribu.
Aku tak merasa malu saat membeli pulsa data internet terkecil sebesar hanya 30 MB selama beberapa hari berturut-turut dalam seminggu. "Tidak efektif, Â kataku suatu saat pada diriku sendiri suatu saat ketika kau bolak-balik membeli pulsa 30 MB berturut-turut selama seminggu, "kalau saja aku beli 600 MB tentu aman untuk sebulan". Tapi itu semua kembali ke uangku. Jujur, uang kecilku menyelamatkan saya untuk terus memposting. Dan sejak lama aku telah berkomitment untuk tidak membuang banyak uang untuk keperluan internet, sering-sering 30 MB tak salah, yang jelas aku telah membuat semuanya menjadi bermakna.
Dengan kekuatan 30 MB, aku bisa posting hanya sampai 3 artikel saja, posting satu artikel aku mencabut modemku untuk menghemat pulsa data. Tindakan rasional ini mengindikasikan aku telah mencapai tahap akhir dari sebuah penghematan kuota internet. Semua artikel aku siap dahulu di MS Word sebelum kupindahkan ke Kompasiana. Sampai kalau aku punya uang banyak di tangan, aku bisa membeli pulsa data banyak untuk kembali membaca dan membalas komentar-komentar dan email. Strategiku ternyata tak sia-sia. Ya tak sia-sia pula saya menghabiskan waktu menyusun artikel saat waktu luang sendiri dalam hening di depan notebook.
Mungkin dahulu aku memandang remeh uang kecilku. Paling-paling untuk belanja 3 batang rokok atau korek api di dapur. Karenanya uang kecil itu ketika itu tidak membuatku dikenal sebagai penulis.
Memang dahulu, saat aku sekolah, aku pernah berkutat pada lama di penerbitan buletin sekolah, namun uang untuk biaya penerbitan buletinnya diberikan lembaga sekolah itu, uang besar. Dan hasil penjualan buletin tentu diserahkan buat lembaga juga. Meskipun aku tak mendapatkan honor, namun aku diberikan kredit dari lembaga itu untuk lulus dalam pendidikan.
Sekarang aku menjadi penulis sendiri, penulis media online dan penulis buku. Beruntung aku bisa terkenal bahkan jadi salah satu Kompasianer centang biru hanya dengan aku memanfaatkan uang kecilku membeli pulsa data 30 MB. Penulis seperti aku yang hidup di bagian daerah terjauh dari Republik Indonesia ini, masih beruntung bisa memposting sesuatu melalui media seterkenal Kompasiana. Beruntung notebook sekarang tidak lagi mengalami rusak besar. Keruwetan mengurusi notebook yang rewel karena telah termakan usia, listrik, modem dan peralatan cas sering menjadi kendala untuk online tepat waktu.
Melalui media Kompasiana yang canggih dan bersahabat, aku telah belajar banyak hal, termasuk belajar untuk tak sia-siakan uang kecil untuk belanja kuota internet terkecil. Suatu kali, aku mengira 2 recehan uang logam seribuan jatuh di bawah tempat tidur, mengingat postingan yang segera saya buat di media Kompasiana, aku berjuang mencari-cari sampai keringat bercucuran dan bertiarap di lantai kamar yang mulai terkelupas semennya dalam gelapnya kamar. Sayang, aku tak menemukan uang recehan itu. Meski aku telah menelitinya baik-baik. Padahal aku telah gunakan tadi membeli pulsa data di kota. Wah, aku mulai bingung. Lain kali aku harap aku lebih teliti mengingat.
Suatu kali aku harus membatalkan undangan gara-gara aku telah menghabiskan uang kecilku untuk membeli pulsa besar. Jadi aku tak bisa pergi ke tempat undangan gara-gara ingin menulis dan memposting ide-ideku yang tiba-tiba datang membara dalam benak tak peduli saat aku sedang memegang setir motor di jalanan.
Menjadi penulis di Kompasiana mengajarkan aku agar menghargai uang kecilku sendiri. Membuat aku menghargai apa yang dinamakan ketelitian, kecepatan berpikir dan bertindak dan sikap-sikap profesionalisme lainnya. Aku telah menjelma menjadi warga negara yang berpikir kritis. Sedikit-sedikit peristiwa sosial politik bergerak, aku lakukan analisis mendalam.
Aku juga mengambil hikmah bahwa dengan manfaatkannya baik-baik uang kecil dapat menampilkan ke publik karya-karya besar dan terkenal untuk dibaca banyak orang. Jadi dengan kuota internet terkecil, aku menjadi orang yang berguna bagi sesamaku, aku membuka cakrawala dunia pemikiran dan menjadi suluh bagi sesamaku dengan karya-karyaku, dengannya hidupku kurasakan makin bernilai bagi diri dan sesama. Terima kasih Indonesiaku, terima kasih Kompasianaku!