Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kemarau Akan Tiba, Sepertinya Siaga Air!

12 Juni 2017   15:22 Diperbarui: 13 Juni 2017   15:53 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kalau ada krisis moneter, air di NTT seperti uang, akan mengalami krisis air fatal selama musim kemarau karena sebagian besar sungai dan sumur menjadi kering. Musim kemarau tinggal berapa bulan lagi. Pada bulan Agustus musim kemarau yang terik akan datang. Bahkan sekitar bulan Oktober setiap tahun, pohon-pohon dan dedaunan di Timor-NTT gugur dan menghitam. Ada orang meyakini bahwa sudah ada musim gugur. 

Boleh dikatakan bahwa saat musim kemarau ialah saat-saat manusia seperti merasa diri di neraka atau api penyucian dalam kehidupan. Mulut dan kerongkongan tampak kering. Kehausan menyesak dada manusia. Kulit terkelupas akibat pancaran terik mentari ditambah dengan hempasan angin yang terus memancar dengan keras. Angin dan panas berpadu. Ketika api sedang disulut maka neraka kebakaran dengan kepulan asap putih pekat mengancam untuk hanguskan alam. Hal yang mungkin bakal terjadi lagi tahun ini. Kalau terjadi kebakaran, hutan dan savana di musim kemarau berubah seolah-olah jadi neraka kebinasaan. Hal yang sering terjadi di depan mata kehidupan manusia saat musim kemarau. Dalam situasi seperti ini, kita hanya mengharapkan air. Bahwa air ialah unsur dasar dalam hidup. Air ialah unsur yang menghidupkan baik sumber rohani maupun sumber jasmanih. Air adalah unsur pemberi kesejukan dan kesegaran. Air ialah unsur yang menjadi sumber berkat Tuhan yang melimpah bagi dunia.

Ya, di NTT, air memang menjadi kebutuhan sangat penting baik di rumah maupun di sekolah. Namun setiap tahun selalu mengalami krisis air parah, teristimewa di daerah-daerah kering dan dataran tinggi di Flores dan Lembata. Kalau air tidak tersedia maka kebutuhan MCK akan menjadi sulit. Untung bahwa di daerah perkotaan, air leding dan sumur gali rumahan yang dibangun atas swadaya masyarakat dan misi masih menjadi andalan utama warga, masih keluar sedikit-sedikit meskipun banyak mengandung kapur. Sedangkan di sekolah, air disuplay dari PD PAM menjadi salah satu andalan.

Embung adalah salah satu alternatif bank air raksasa. Air yang ditampung dalam embung dalam bentuk air mentah yang baru datang atau turun dari alam. Air embung belum diolah dengan baik. Air yang belum diolah ini hanya bisa digunakan untuk irigasi persawahan, peternakan, perikanan air tawar dan perkebunan. Sedangkan air embung yang digunakan untuk MCK dialirkan melalui sistem perpipaan untuk kepentingan rumah tangga oleh PAM. Tentu jenis air MCK saluran PD PAM telah melalui tahap-tahap pengolahan. Jelas, sumber-sumber daya air dikuasai oleh negara lalu dilaksanakan oleh PD PAM. Selain PAM sebagai distributor air utama pada setiap daerah kabupaten, terdapat begitu beberapa perusahaan swasta yang mengoperasikan mobil tengki air sebesar 5000 liter. Harga 5000 liter tengki air dipatok sekitar Rp 200.000. Padahal untuk suplay air pada tengki air, perusahaan itu memanfaatkan sumur-sumur bor milik pemerintah yang tersebar di berbagai titik.

Sumur bor selama ini memiliki debit air selalu mengalir tumpah ruah setiap detik. Hasil tumpahan sumur bor itu hanya sebagian kecil dimanfaatkan masyarakat untuk irigasi, usaha sayuran, perikanan dan air minum atau MCK dari warga sekitar. Sedangkan sebagian besarnya kembali meresak ke dalam tanah dan hilang. Untuk itulah sebaiknya perlu dipikirkan adanya bank-bank air untuk menampung aliran air irigasi untuk dipakai lagi. Tentu perlu melibatkan PAM sebagai sebuah institusi perusahaan daerah yang selain melayani suplay air untuk masyarakat pelanggan, mereka menekankan keuntungan.

Di NTT, ada kelompok masyarakat, khususnya di daerah sulit  yang membangun bak-bak penampung air hujan di rumah-rumah mereka. Air itu berasal dari air hujan yang ditadah dari atap rumah mereka sendiri. Selama musim hujan, air hujan masuk ke dalam bak itu, nantinya persediaan air hujan dalam bak itu untuk kebutuhan selama musim kemarau atau musim panas. Hanya sayangnya pembangunan bak-bak tadah hujan itu amat mahal dan melewati proses yang rumit akibat kurang baiknya sistem transportasi. Hanya perlu banyak kesabaran untuk membiarkan air hujan selama musim hujan mengalir masuk ke dalam bak penampung dan hanya baru dibuka atau dipakai saat musim kemarau. Dengan cara itu, manusia dapat menahan air hujan lebih lama untuk kebutuhan hidup mereka selama musim kemarau di daerah-daerah yang kekurangan air yang terletak di dataran tinggi.

Baca artikel-artikel lainnya:

1. Embung Sirani di Belu

2. Benua Asia Terancam Krisis Air Parah Tahun 2050

3. Dua Gadis Kecil di Sukabitetek-Belu

4. Embung Haekrit-Belu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun