Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Maromak Oan: Hierarki Tertinggi Timor, Partisipasi dan Keabadian

15 Agustus 2015   19:01 Diperbarui: 8 Januari 2017   20:09 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kaisar Maromak Oan Hendricus Nahak Seran v Wewiku Wehale. Sumber: Jan Geerdink. Maromak Oan merupakan hierarki kekuasaan tertinggi Timor.

 Gelar Yang Mendidik

     Sejak iman kristen mulai mengakar di bumi Timor telah diimani bahwa hanya Yesus Kristus merupakan Putera Allah, Sang Almasih. Yesus sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Ia lahir sebagai manusia, merasakan seperti apa yang manusia rasakan. Sementara ketika bangkit dari antara orang mati, Yesus menjadi putera Allah.  Yesus ialah Almasih yang dijanjikan. Allah sendiri memberikan kesaksian dalam peristiwa pembabtisan Yesus di sungai Yordan dalam Mat.3:17: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, Kepada-Nyalah Aku berkenan”. Selanjutnya iman akan Kristus berjalan berbarengan dengan pengetahuan ilmu dan teknologi. Keduanya yakni iman dan ilmu serta teknologi berjalan berdampingan dan saling mendukung.

     Ternyata sebutan gelar  Maromak Oan bagi penguasa pasif, merupakan penamaan gelar intelektual yang bersifat mendidik selama berabad-abad. Yang namanya mendidik tentu sering perlu dengan paksaan. Oleh karena itu harus tetap dilihat sebagai penyebutan gelar tertinggi berdasarkan kaidah-kaidah moral dan religius. 

Gelar Tertinggi Yang Menyatakan Adanya Masyarakat Subbangsa Untuk Abadi

    Gelar bagi kepemimimpinan tradisional Belu-Malaka merupakan kepemimpinan tata adat istiadat dengan bahasa tradisional dan kebiasaan dan tindakan ritual bermuara pada kesimpulan akan adanya keabadian manusia (dengan kebudayaannya) dan serentak menuju keyakinan akan adanya keabadian Tuhan yang terus berlangsung baik di dunia bahkan terus berlangsung abadi.

     Gelar itu hanya mau mengatakan bahwa manusia dan kebudayaan daerahnya dengan corak dan ragam khasnya akan terus ada untuk abadi. Dia bisa sama seperti Tuhan yang ada untuk abadi, keyakinan tentang Tuhan diwariskan melalui belajar di mana nama Tuhan menyatu erat dengan adat kebudayaan dan kebiasaan manusia yang abadi. Artinya bahwa hanya manusia yang berbudaya dengan bahasa daerah dengan berbagai presepsi dan filsafat daerah yang khas daerah bersangkutan sajalah merupakan manusia yang ber-Tuhan dan menyembah Tuhan. Pada tingkat yang lebih tinggi manusia dimampukan untuk berpartisipasi dalam keabadian Tuhan. 

Upaya Manusia Beriman Untuk Ciptakan Surga di Dunia Ini

     Nama menggambarkan kaidah religius manusia yang tampaknya padan dengan teologi, bahwa oleh karena kaidah religius dan kaidah moralitas itu dihidupkan secara sempurna di dunia ini, maka manusia ingin menciptakan gambaran surga, tempat penyucian dan neraka di dunia ini, meskipun surga, tempat penyucian dan neraka di dunia ini hanya bersifat sementara namun hal-hal itu bisa dilihat sebagai gambaran tentang surga, tempat penyucian dan neraka di alam sana.

     Di mana manusia menciptakan dialog penuh cinta persaudaraan di mana manusia mentaati norma-norma, teristimewa norma religius manusia bisa memperoleh kebahagiaan (meskipun sementara) di dunia ini. Dan akan berharap lagi bahwa manusia nanti bisa mendapatkan kebahagiaan yang abadi kelak di surga.

     Pada titik inilah manusia perlu berpartisipasi untuk rencana Tuhan. Manusia yang ikut berpartisipasi dengan keberadaan Tuhan digambarkan merupakan manusia yang ber-Tuhan, berbudi, bermoral, bertata susila, bernorma dan berorganisasi melalui agama, masyarakat dan negara. 

Hierarki Struktural Kekuasaan Tertinggi  Timor

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun