Gua Maria di Timor-NTT pada umumnya terbagi atas 2 jenis yakni gua Maria alamiah dan gua Maria buatan. Gua Maria buatan dibuatkan oleh para arsitek dengan bahan dasar berupa susunan batu dan semen, sedangkan gua Maria alamiah sebagian besar susunan gua merupakan susunan dari alam. Selama ini, saya baru saja mengunjungi 4 buah gua yang benar-benar sungguh alamiah dan asli. Keempat gua Maria itu yakni: sebuah gua Maria sebelum memasuki paroki Manufui (hanya sayang ketika itu, saya tidak sempat memotretnya), gua Maria desa Dubesi-paroki Laktutus, gua Maria Siti Bitauni dan gua Maria Bibin di paroki Nurobo-NTT.
Gua-gua Maria alamiah pada umumnya memiliki sejarah tersendiri. Mula-mula gua itu sebetulnya merupakan sebuah lokasi di mana terdapat altar tempat persembahan sesajen kepada leluhur dari subbangsa setempat, lalu gua itu melalui proses penerimaan iman Katolik telah digunakan sebagai ibadah doa rosario dan peringatan jalan salib agung Kristus.
Bahkan gua Maria Dubesi di paroki Lakututus memiliki sejarah yang panjang yakni mula-mula sebagai tempat di mana diadakan pengorbanan hewan untuk sesajen kepada leluhur, sempat juga menjadi tempat berlindung beberapa misionaris Belanda pada zaman perang sekutu-Jepang, lalu melalui proses yang panjang pula gua Maria di desa Dubesi, paroki Laktutus (Belu-NTT) kini dianggap mampu menjadi tempat ziarah, meskipun lokasi itu tersembunyi dari umum karena letaknya yang rahasia dan sulit dikunjungi. Sebaliknya gua Maria Bitauni begitu populer dan sangat mudah dikunjungi. Hingga menjadi sebuah tempat ziarah yang populer di kalangan umat kristen Katolik, gua Maria Bitauni tampaknya melewati proses panjang dan lama hingga saat ini.
Gua Maria Bitauni berbentuk menyerupai benteng kuno dan penuh pepohonan rindang. Pepohonan itu ada yang sudah berusia lama dan tampaknya mulai mati sendiri dalam usia yang sedemikian tua. Bentuk gua menyerupai benteng kuno disebabkan karena gua ini pernah menjadi benteng pertahanan sebuah subsuku Dawan ketika terjadi pertempuran antar subsuku Dawan di TTU. Pada tahun 1913, P. Petrus Noyen, SVD dan P. Arnoldus Verstraellen, SVD dua orang misionaris Belanda menemukan gua Bitauni. Namun keduanya belum bisa berbuat banyak disebabkan keadaan masih alamiah dan asli dengan religiositas adatnya.
Peletakan patung Bunda Maria di gua Bitauni baru dilakukan oleh P. J. Smith, SVD. Ini disebabkan karena gua Bitauni dengan wadas-wadas batunya terkesan angker. Masih ada beberapa kuburan penduduk asli dan tempat sesajen kepada leluhur. Selain menjadi tempat ibadah doa rosario, gua-gua Maria juga menjadi tempat dilaksanakan jalan salib agung setiap hari Jumat Agung. Ini terjadi karena di sekitar kawasan gua Maria, juga dibangun 12 perhentian jalan salib Kristus.
Boleh dikatakan iman kristen Katolik dan Protestan sungguh berakar di Timor-NTT. Akar iman kristen tertancap begitu kokoh mulai dari zaman dahulu (prasejarah), zaman sejarah termasuk zaman kolonial hingga zaman kini. Kini semua kehidupan iman asli umat dikuasai oleh adat istiadat yang kini bergerak bersamaan dan saling melengkapi dengan  iman Kristen.
Gua Maria asli dan alamiah di desa Dubesi, kini paroki Laktutus memiliki sejarah panjang (Foto: Dokpri)