"Daratan, daratan, daratan."
Teriakan juru batu dari atas tiang utama, membuat gaduh seluruh kapal. Sawerigading ikut terusik dari lamunannya. Iapun keluar dari bilik.
"Ada apa nahkoda."
"Kita sudah mencapai daratan puang."
"Ya, berlabuhlah nahkoda."
Saat kapal sudah merapat, nahkoda perintahkan buang jangkar. Lalu laporkan ke Sawerigading kalau mereka telah mencapai daratan. Ia menunggu perintah selanjutnya.
"Di tempat kita berlabuh ini  kuberi nama Langgalopi."
Lalu Sawerigading kemudian perintahkan nahkoda bersama sejumlah prajurit untuk cari tahu apa nama tempat itu. Sekaligus mencari tahu dimana keberadaan perempuan yang bernama Ratu Ngilinayo.
Bagaikan pucuk dicinta, ulam tiba, nahkoda melaporkan. Kalau tempat adalah sebuah kerajaan besar bernama Donggala. Rajanya bernama Ratu Ngilinayo.
Sawerigadingpun hendak temui sang ratu dan menyampaikan lamarannya. Namun sebelum itu ia perintahkan dulu nahkoda bersama pengawalnya untuk menghadap ratu, sampaikan keinginannya. Â Tak lupa pula mereka juga membawa sejumlah barang perhiasan dan pakaian. Itu sebagai tanda persahabatan yang akan diserahkan ke ratu.
//