Mohon tunggu...
Taufik AAS P
Taufik AAS P Mohon Tunggu... Penulis - jurnalis dan pernah menulis

menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sarung Donggala

7 Januari 2018   17:28 Diperbarui: 8 Januari 2018   00:42 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sawerigading bangun kesiangan, ia terlambat keluar dari bilik untuk melihat apa yang diperbuat para pengikutnya. Semalam ia bermimpi ditagih oleh seorang perempuan cantik berpakaian sangat indah.

"Aku Ratu Ngilinayo. Kembalikan sarungku."

Bagitu kata wanita itu sambil mengulurkan tangannya hendak mengabil sarung dalam pelukan Sawerigading. Namun Sawerigading tidak memberikannya.  Ia cukup sibuk memandang kecantikan wanita dan jatuh cinta. Ia lupakan pelayaran ke negeri Cina, ia lupakan We Cudai. Senyum wanita bekulit putih membuatnya pening. Rambut indah wanita itu terjuntai sepanjang badan yang menawan.

//

"Pengawal. Panggil Nahkoda kemari."

Saat Sang Nahkoda telah di hadapan Sawerigading, pangeran tampan ini, ceritakan mimpinya. Pemilik sarung itu ternyata wanita cantik bernama Ratu Ngilinayo.

"Nahkoda, arahkan kapalmu ke daratan terdekat. Cari tahu, siapa Ratu Ngilinayo. Saya, Sawerigading pangeran dari Tana Luwu inginkan wanita itu. Kalau ia masih gadis, lamar untuk kejadikan permaisuriku. Kalau ia telah bersuami, jangan peduli. Kita perang."

Perintah Sawerigading dengan nada tinggi membuat sang nahkoda bagaikan disambar petir di siang bolong. Ia membayankan betapa sulit menjalankan perintah tuannya itu. Tetapi, ia tidak boleh menyanggah. Itu harga mati yang harus dilaksanakannya.

Seketika itu sang nahkoda perintah juru batu untuk memanjat dan meneropong dimana ada tanda-tanda daratan. Benar saja, juru batu menemukan sebuah nokta hitam di sebelah barat.

Kapal Sawerigading pun berlayar ke barat menuju titik hitam yang ditunjuk juru batu. Ketika itu, Sawerigading hanya mengurung diri dalam bilik bersama sarung merah jambu temuannya. Seolah sakit karena putau, sang pangeran melamun.  

Ratu Ngilinayo, sedang tidur terlentang dengan pakaian yang luar biasa seksi. Saking tipisnya baju tidur yang dikenakan, tarikan napas sang ratu seolah nampak di tenggorokan. Jangan ditanya, seperti apa indahnya, betis-betis ratu yang hanya dibalut dreas panjang dan setipis kulit bawang yang bening. Makin ke atas, makin membuat, jantung berdetak kecang. Semakin terus ke atas, napas Sawerigading berhenti berdetak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun