Mohon tunggu...
193_Maretha Dwi
193_Maretha Dwi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sukses Tidak Merubah Diri

23 Januari 2021   15:03 Diperbarui: 23 Januari 2021   15:06 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul asli         :The Subtle Art Not Giving F*ck
Judul               :Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodoamat
Penulis            :Mark manson
Penerjemah     :F.wicaksono
Tahun terbit    :2018
Kota penerbit :Jakarta

            Buku ini merupakan karya terjemahan Mark Manson dari "The Subtle Art of Not Giving F*ck". Gaya bahasa yang digunakan Manson pada buku bergenre pengembangan diri atau self-motivation ini terbilang cukup di luar nalar. Bagaimana tidak, sang penulis asli mampu memberikan "motivasi" mengenai cara pandang kita dalam melihat kelemahan, makna kebahagiaan, cara bangkit dari kegagalan, dan sebagainya dengan diksi yang menyebalkan dan menyakitkan namun tepat sasaran. Ditambah lagi versi terjemahan ini sangat dapat menyampaikan pesan yang sama dengan versi bahasa inggrisnya.

Buku ini mengisahkan tentang cerita sukses Charles Bukowski yakni seorang yang awalnya hidup dengan sangat buruk, pecandu alcohol, senang main perempuan, penjudi kronis dan tukang utang namun diakhir menjelang wafatnya justru ia menjadi sukses. Novelnya yang awalnya sering ditolak mendadak sukses. Berawal dari karya pertamanya "Post Office" ia bangkit dan menemukan kesuksesannya. Apakah ia bekerja keras ? Apa yang dilakukan Charles sehingga ia bisa bangkit dan sukses? kalimatnya cukup lucu "Jangan Berusaha" tertulis diatas batu nisannya. Ada apa dengan kata "Jangan Berusaha"? kalimat tersebut ditulis karena Charles merasa ia tidak berusaha, ia mengakui keburukan dan kepecundangannya tetapi ia terus melangkah dengan jujur.

"Tidak semua orang bisa menjadi luar biasa, ada para pemenang dan pecundang di masyarakat, dan beberapa diantaranya tidak adil dan bukan akibat kesalahan anda."

Beberapa hal yang membuat saya tertarik dengan buku ini yaitu pesan moralnya yang ringan tapi sesuai dengan kehidupan yang saya alami. Misalnya, kita sebagai manusia harus mampu untuk mengakui kekurangan. Ada kalanya kita mengalami kegagalan dalam mencoba sesuatu, bisa jadi karena kurangnya usaha atau skill kita dalam menjalaninya. Akan tetapi, dengan mengakui kekurangan dan berdamai dengan diri sendiri lah cara kita untuk dapat selangkah lebih maju dan meraih kesuksesan itu.

Lalu, bersikap positif. Mungkin kita sudah tidak asing dengan frasa "positive thinking". Tapi, apakah kita mengetahui apa itu berpikir positif? Atau mampukah kita berpikir positif? tulisan Mark Manson juga mengajak para pembaca untuk mengenali dan memulai berpikir positif, karena menyalurkan emosi negatif dengan berperilaku negatif justru tidak akan menyelesaikan masalah.

Manson menciptakan perbincangan yang serius dan mendalam dibuku ini dengan cerita-cerita yang menurut saya cukup menghibur serta humor yang cerdas, itu sudah terasa saat saya membaca beberapa lembar bab pertama yang berjudul "Jangan Berusaha". Bab ini menjelaskan tentang lingkaran setan atau kesesatan yang mewakili rasa kecemasan setiap manusia akan ketidak puasan kita dalam menjalani hidup, mudah membenci hal-hal bodoh yang muncul tanpa kita inginkan yang berakumulasi menjadi perasaan terlalu tertekan terhadap sesuatu, terlalu gusar, dan terlalu membenci diri sendiri.

 Inilah mengapa, bersikap masa bodoh adalah kuncinya, begitu tulisnya, yang kemudian di bab-bab selanjutnya dijabarkan bagaimana bersikap masa bodoh ini benar-benar sebuah kunci emas untuk kita agar bisa menerima bahwa dunia ini benar-benar kejam, karena memang seperti itu, dan akan seperti itu adanya.

Mark Manson mengajak kita untuk mengerti batasan-batasan diri, baginya inilah sumber kekuatan yang paling nyata. Saat kita mampu berdamai dengan ketakutan, kegagalan, dan ketidak pastian tepat saat itu juga kita harus berhenti melarikan diri, mengelak, dan mulai menghadapi kenyataan-kenyataan yang menyakitkan. Mulai dari situlah kita menemukan keberanian dan kepercayaan diri yang selama ini kita cari dengan sekuat tenaga.

Keinginan untuk mengejar semakin banyak pengalaman positif sesungguhnya adalah sebuah pengalaman negatif. Sebaliknya, secara paradoksal, penerimaan seseorang terhadap pengalaman negatif justru merupakan sebuah pengalaman positif.

Pernyataan diatas memang terlihat rumit, namun rasional dan bisa diterima dengan akal sehat yang bermuara pada keputusan; 'jangan berusaha, untuk apapun kecuali untuk dirimu sendiri dan hal-hal yang kamu anggap penting bagi dirimu'. Selaras dengan pandangan anarkisme egois milik Stirner. itu alasan mengapa saya semakin nyaman untuk tenggelam pada buku ini di bab-bab berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun