Mohon tunggu...
Haidar Muhammad Yafi
Haidar Muhammad Yafi Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Pengamat Internet yg hobi berakal sehat untuk kebutuhan iman

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mengapa Gen Z Gampang Tertipu di Internet, Terutama di Instagram?

17 April 2025   08:00 Diperbarui: 17 April 2025   10:00 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshot beberapa konten Folkative (sumber: Doc RadVoice)

Beberapa waktu terakhir, marak beredar jokes di media sosial tentang betapa mudahnya generasi Z tertipu oleh informasi palsu di internet. Rumusnya simpel:

  • Pertama, kasih foto random.
  • Kedua, kasih layout shape kotak berwarna putih.
  • Ketiga, tulis informasi random yang sumbernya ngawur dan kasih nama media di pojok kanan bawah.
  • Terakhir, bikin caption pakai bahasa ala-ala Inggris.

Hasilnya? Banyak pengguna, terutama dari kalangan Gen Z, langsung mempercayai dan menyebarkan ulang informasi tersebut ke berbagai platform media sosial mereka. Dan Ya, ternyata fenomena ini biasa disebut sebagai tren “Homeless Media” (sebuah media yang memang tidak terikat dengan pers dan komunitas jurnalis). Selain itu kenapa sih berita berita begini yang disalahin malah Gen Z?

Homeless Media & Keunggulan

Homeless Media adalah istilah untuk media yang tidak terhubung dengan lembaga resmi seperti Dewan Pers, sehingga tidak memiliki perlindungan hukum dan etika jurnalistik sebagaimana media arus utama seperti Kompas, Tempo, atau TVOne. Berbeda dengan media yang terverifikasi dan dilindungi oleh regulasi seperti Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers serta Peraturan Dewan Pers Nomor 5 Tahun 2008 tentang Standar Perlindungan Profesi Wartawan dan Kode Etik Jurnalistik,

UU Nomor 40 Tahun 1999 & Peraturan Dewan Pers Nomor 5 Tahun 2008 (sumber: Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Kementerian Sektretariat)
UU Nomor 40 Tahun 1999 & Peraturan Dewan Pers Nomor 5 Tahun 2008 (sumber: Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Kementerian Sektretariat)
Homeless Media cenderung bergerak bebas tanpa aturan yang jelas. Media jenis ini umumnya dijalankan secara independen, mirip seperti freelancer, dan sering kali menyebarkan konten berita sesuai keinginan sendiri tanpa pengawasan atau pertanggungjawaban yang resmi.

Contoh homeless media tidak hanya terbatas pada akun-akun seperti Folkative, Ahquote, dan sejenisnya, tetapi juga mencakup berbagai akun media sosial yang menggunakan nama daerah, seperti InfoJakarta, InfoBandung, InfoCirebon, serta akun-akun dengan nama gaul seperti Jakartakeras atau Jogjakeras. Media semacam ini sering muncul di Beranda sosial media dengan konten berita atau informasi yang tidak jelas sumber dan akurasinya, sehingga termasuk dalam kategori homeless media karena tidak memiliki landasan hukum atau perlindungan jurnalistik yang sah.

Homeless media punya beberapa keunggulan dibanding media mainstream. 

  • Pertama, informasi dari homeless media biasanya lebih cepat muncul dibanding media mainstream. Mereka langsung mengunggah kejadian seperti kebakaran, pencurian, atau bencana mikro tanpa menunggu proses verifikasi panjang. Kecepatan ini juga terbantu oleh laporan dari para pengikut yang ada di lokasi kejadian.

  • Kedua, cakupan beritanya sangat spesifik dan lokal. Karena banyak homeless media memakai nama daerah bahkan sampai tingkat kecamatan, mereka cenderung mengangkat isu atau kejadian yang terjadi di wilayah tersebut, sesuatu yang sering terlewatkan oleh media mainstream.

  • Terakhir, jika tidak membahas berita lokal, mereka kerap mengunggah konten unik seperti berita luar negeri yang sedang viral, hasil riset aneh, atau informasi receh yang bersifat menghibur. Hal ini membuat homeless media terasa lebih ringan dan tidak monoton seperti media berita arus utama.

Menariknya, kehadiran homeless media ternyata juga memberi keuntungan bagi jurnalis dari media yang terverifikasi oleh Dewan Pers. Berita-berita viral yang diunggah oleh homeless media di media sosial sering kali menjadi bahan awal bagi media mainstream untuk dikembangkan lebih lanjut. Meski terlihat saling menguntungkan, tetap saja tidak ada sistem yang sempurna. Di balik keunggulan yang ada, tentu homeless media juga menyimpan berbagai kekurangan yang perlu dikritisi.

Kekurangan & Gen Z
Generasi Z (sumber: Pinterest)
Generasi Z (sumber: Pinterest)

Meski homeless media punya keunggulan, ternyata kekurangannya jauh lebih banyak. Salah satu yang paling krusial adalah risiko tinggi terhadap misinformasi dan disinformasi. Berbeda dengan media mainstream yang biasanya mengirim jurnalis langsung ke lokasi dan melakukan riset mendalam, homeless media sering kali hanya mengandalkan sumber abu-abu atau bahkan saling repost antar  akun tanpa verifikasi yang jelas. 

Media seperti ini, karena tidak terhubung dengan Dewan Pers, jadi rawan menyebarkan info yang keliru atau hoaks. Sudah banyak kasus, seperti pada akun Folkative dan sejenisnya, yang terbukti menyajikan berita setengah matang, salah info, bahkan hoaks. Hal ini makin parah karena sebagian masyarakat, terutama yang malas mengecek ulang informasi, langsung percaya begitu saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun