Menjelang Valentine’s Days 14 Februari 2015masyarakat kembali dikejutkan dengan kemunculan buku yang dianggap Kontroversial“Saatnya Aku Belajar Pacaran”yang ditulis oleh Toge Aprilianto dan diterbitkan penerbit Brillian Internasional.
BahkaKomisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menanggaapi dengan serius buku tersebut dengan mengambil langka hukum memperkarakan penulis serta penerbit “saatnya aku belajar pacaran” kemabes Polri melalui ketua KPAI Asrorun Ni’am
Buku tersebut memang sangat controversial dimana isi buku tersebut mencoba mengangkat sebuah masalah pacarandan menganggap hubungan seks yg dilakukan pada saat pacaran adalah hal yang wajar, akibatnya reaksi masyarakat cukup keras menentang peredaran buku ini karena dianggap menyesatkan dan mengandung pornografi.
Bahkan penulisnya Toge sudah mengajukan permohonan maaf atas kesalahannya dalam menulis buku tersebut kepada publik.
Saatnya Aku Belajar Pacaran.
Pacaran memang kata yg sudah tidak asing lagi terdengar ditelingah,bahkan ABG atau remaja saat ini sudah menganggap bahwa pacaran adalah sebuah style dan gaya pergaulan .ditambah lagi gaya tomtonan sinetron yang ditayangkanStasion Tv Sawasta di indonesia semuanya bertemakan cinta yang dibumbui pacaraan
Bahkan film atau sinetron yang paling tinggi ratingnya adalah film atau sinetron yg bertemakan cinta atau pacaran,akibatnya maka dapat dipastikan semua TV swasta berusaha dan berlomba-lomba menayangkan sinetron yg bertemakan cinta.
Dan tak bisa dipungkiri perkembangan psikologis dari anak menjadi dewasa biasanya ditandai ketika anak tersebut mulai baliq atau sebaliknya mengalami masa puberitas, masa puberitas ini sendiri adalah masa dimanaa seorang anak atau remaja mulai mengalami ketertarikan kepada lawan jenisnya .
Dari ketertarikan inilah akhirnya mereka mulai merasakan yg namanya jatuh cinta sebuah perasaan yg sulit didefenisikan dan hanya difahami ketika kita meresapinya dan menyatu dengan cinta itu sendiri.
Dari sinilah lahir komitmen antara pasangan yg berlainan jenis unuk mengikatkan diri dalam bingkai pacaran, disinilah pentingya peranan orang tua, agama dan norma moral yang harus dipatuhi dan menjadi rambu-rambu yang mampu menyadarkan ketika gaya pacaran mulai terlalu jauh.
Disinilah peranan orang tua dan pendidik jika seorang anak mulai mersakan indahnya berpacaran maka pemberian pemahaman bahwa pacaran memiliki rambu-rambuh dimana sala satu komitmen yg harus dibangun adalah No Sex Before Merriage karena seks hanya bisa dilakukan melalui hubungan resmi yaitu pernikahan .inilah gaya pacaran yg sehat Saling melindungi dan menjaga kehormatan pasangan khususnya sang wanita.