Mohon tunggu...
KINESIS
KINESIS Mohon Tunggu... Mahasiswa

PUSAT KUMPULAN DISKUSI, RESUM, PAPER, CERITA DAN FAKTA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"PENGETAHUAN" sebagai "PANGGILAN" atau pengajaran sebagai "PELARIAN"

13 Oktober 2025   01:53 Diperbarui: 13 Oktober 2025   01:53 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto sendiri (sumber; lokal)

Pengetahuan sebagai panggilan atau pengajaran sebagai pelarian, kalimat ini cocok kita ucapkan untuk saat ini begitu banyak orang yang mempunyai beground yang bukan Pendidikan beralih menjadi pengajar. Hal ini bukan sesuatu yang salah tapi hal ini akan berdampak luar biasa untuk literasi Pendidikan kita diindonesia dengan berbagai alasan dan faktor diantaranya.

  • pertama, dengan adanya fenomena ini menjadi gambaran negara tidak mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan keadaan yang semakin banyak sarjana yang memilih berralih profesi dan bersifat egois mengambil pekerjaan yang bukan keahlian mereka dan tidak sedikit pula sarjana yang tidak melakukan apa-apa karena sudah pasrah dengan keadaan negara yang tiap tahun selalu mempunyai problem yang terus menerus datang seakan-akan tidak ada hentinya.
  • Kedua, melihat dari begitu banyak universitas yang membuka jurusan tanpa memperdulikan mahasiswanya setelah selesai mau kerja dimana sehingga tren menjadi sarjana adalah sebuah Tindakan biasa yang tidak ada harganya sehingga kualitas dari sarjana dipertanyakan dari universitas yang satu dengan universitas yang lain, dari universitas negeri hingga swasta oleh masyarakat yang tau fungsi mahasiswa sebagai agent perubahan untuk negeri, begitu banyak universitas yang lalai dan abai dengan hal ini yang penting selalu menjadi top pertama dengan mahasiswa paling banyak. Begitu banyak universitas tidak lagi memperhatikan kualitas dan hanya peduli dengan kuantitas atau banyak-banyakan mahasiswa.
  • Ketiga, ketidak mampuan mahasiswa setelah selesai dan menyandang gelar sarjana untuk bertarung di wilayahnya masing-masing sehingga membuat wilayah orang lain sebagai pelarian walupun tidak ahli dalam bidang tersebut seperti contoh begitu banyak lulusan yang tidak bekerja sesuai dengan program studi yang diambil pada saat kuliah.

Tiga hal tersebut sudah cukup menjadi alasan kenapa begitu banyak sarjana yang berpindah haluan dari yang satu ke yang lain seperti contoh begitu banyak sarjana yang beralih profesi menjadi seorang guru. Hal ini tentu bagus untuk mendorong dan mendukung pertumbuhan literasi di Indonesia namun pernahkah kita berpikir melakukan sesuatu yang tidak ahlinya cendrung hasilnya akan menjadi kurang maksimal. Effek dan dampak yang dihasilkan dari hal ini adalah tidak melahirkan pendidik yang kompeten, tidak melahirkan peserta didik yang faham akan pembelajaran karena diajar oleh seseorang yang tidak pandai dalam hal tersebut ibarat belajar menerbangkan kapal perang namun gurunya hanya seorang teknisi kapal nelayan. Hal ini akan menghasilkan nilai dan moral yang berbeda walupun sama-sama bisa mengendalikan sebuah kapal.

 (sumber foto; yayasan ponpes nurul iman ujan rintis)
 (sumber foto; yayasan ponpes nurul iman ujan rintis)

Hal ini yang menjadi salah satu penyebab tergerusnya moral dan etika pengajar baik yang diajar maupun yang mengajar karena hal tersebut mereka tidak pernah dapatkan sehingga dengan bermodalan tutorial dengan beraninya maju sebagai komando untuk mendidik seorang yang nanti akan menjadi penerus generasi bangsa.

Kita ambil kisah dari amerika dan jerman untuk menjadi tenaga pengajar di universitas atau pusat Pendidikan seperti sekolah harus mempunyai izin resmi dan telah mengikuti berbagai macam pengajar yang nanti akan berguna untuk menghadapi berbagai karakter siswa yang dia ajar seperti metode, Teknik dan pengelolaan emosi. Dalam hal ini bisa kita lihat hasil yang dihasilkan dari tenaga ahli begitu besar dan begitu luar biasa berbeda dengan hasil yang dihasilkan oleh seseorang yang bukan ahlinya.

Penulis menulis essay ini bukan bermaksud untuk tidak mendukung semua orang menjadi guru atau menjelekkan Pendidikan kita saat ini. Tapi ini fakta yang harus disampaikan dan terus disampaikan karena ketika tenaga Pendidikan diberi Batasan, syarat dan seleksi yang ketat maka yang akan menjadi pengajar adalah orang-orrang yang akan menghasilkan orang besar, hebat dan tangguh.

 karena semua hal dimulai dari tenaga pendidik. Contoh lain yang bisa kita ambil ketika bom atom dijatuhkan di jepang hal yang paling utama dikumpulkan adalah guru-guru yang masih tersisa sehingga dari sini bisa kita lihat jepang berkembang pesat dikarena hanya yang kompeten dibidangnya yang melakukan sehingga hasilnya akan maksimal, kenapa jepang tidak membiarkan saja semua orang untuk mengajar padahal mereka punya ilmu dan kemapuan, pembaca bisa renungkan sendiri.

(sumber foto; yayasan ponpes nurul iman ujan rintis)
(sumber foto; yayasan ponpes nurul iman ujan rintis)

Melalui tulisan ini saya mengajak untuk semua elemen dan masyarakat untuk berbenah bahwa tidak semua orang bisa menjadi tenaga pendidik yang profesional dan ketika mau melihat negara ini maju maka benahi sistem pendidkan dan seleksi setiap tenaga pengajar yang akan menjadi tombak penerus generasi bangsa, dan pemerintah batasi univeritas dan jurusan yang tidak berguna untuk menjaga kestabilan keilmuan yang ada sehingga tidak rusak akibat dari banyaknya muncul seseorang yang tidak sungguh-sungguh karena menganggap bahwa ini Cuma sekedar formalitas saja.

Sebenernya dari semua kekecewaan saya ini masih begitu banyak yang pengen penulis sampaikan namun pointnya tetap sama, mari kita sama-sama menjadi ruh dan nilai dari Pendidikan. ketika kawan-kawan tidak sanggup jangan dipaksakan supaya tidak lahir pelajar-pelajar yang tidak kompeten akibat dari guru yang tidak kompeten juga. Kasianilah mereka waktunya terbuang hanya untuk mendengarkan pengajar yang tidak mempunyai ilmu dan tidak siap menjadi tenaga pengajar, selain itu juga perbaiki hak-hak tenaga pengajar sehingga mereka tidak perlu melakukan pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

saya hasil dari pendidikan yang sama dan saya merasakan di 12 tahun ini begitu banyak tenaga pendidik yang tidak kompeten yang ditemukan dan bahkan tidak siap untuk menjadi tenaga pengajar sehingga cuma modal dikasih RPS lalu disuruh mencari sendiri dan dijelaskan sendiri tanpa ada arahan dan koreksi atau pembenaran dari tenaga pengajar sehingga ilmu yang kami dapatkan bias dan tidak tau kepastian benar atau tidak dan kita harus dipaksa untuk mencari sendiri kebeneran yang timbul dari perdebatan di dalam kelas yang pertanyaanya bersumber dari cht GPT

"Apabila suatu urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah terjadinya kehancuran." (HR. Bukhari dan Muslim)

Penulis : Edi Irawan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun