Mohon tunggu...
13_Kadek Indah Pratiwi Sari
13_Kadek Indah Pratiwi Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi membaca dan suka memasak makanan baru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Implementasi Ajaran Hindu dalam Perayaan Nyepi , Sloka Suci , dan Tempat Suci Di Bali

26 September 2025   08:44 Diperbarui: 26 September 2025   08:44 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Agama Hindu mengajarkan umatnya tentang keseimbangan hidup melalui konsep dharma, dharma mengajarkan kebijakan dan kebenaran. Nilai- nilai tersebut tidak hanya hadir dalam kitab suci, tetapi di wujudkan dalam bentuk tindakan sehari-hari, terutama praktik ini di laksanakan pada hari-hari besar umat Hindu, salah satunya perayaan hari raya Nyepi. Selain itu, ajaran agama Hindu tercermin dalam berbagai sloka suci dan keberadaan pura sebagai pusat persembahyangan bagi umat Hindu. Pada artikel ini akan membahas implementasi dari catur marga dalam perayaan hari raya Nyepi dan Ngembak Geni, contoh sloka Bhagavaan Gita ,makna Sarasamusccaya, hingga alasan mengapa tempat suci Hindu banyak terletak di alam yang asri.

  Catur Marga merupakan empat jalan utama menuju kebahagiaan rohani. Catur Marga terdiri dari, Bhakti Marga ( jalan bhakti), Karma Marga ( jalan kerja ), Jnana Marga ( jalan pengetahuan) , dan yang terakhir ada Raja Marga ( jalan pengendalian diri). Pengimplementasian Catur Marga saat perayaan Nyepi dan Ngembak Geni adalah hal yang sangat penting kita laksanakan untuk kehidupan kita yang lebih bahagia dan harmoni. Contoh pelaksanaan Catur Marga saat nyepi, yakni: Bhakti Marga , dengan kita melakukan persembahyangan di rumah masing-masing maupun di merajan masing-masing , dan memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan ketulusan. Karma Marga, umat Hindu menaati catur brata penyepian ( amati geni, amati karya, amati lelungan, amati lelanguan) sebagai bentuk pelayanan terhadap dharma. Jnana Marga, menggunakan waktu yang hening pada saat perayaan hari raya nyepi dengan menambah ilmu pengetahuan  melalui membaca pustaka suci atau merenungkan makna hidup. Raja Marga, umat Hindu mengendalikan pikiran, perkataan, dan tindakannya pada saat perayaan hari raya nyepi agar selaras dengan nilai spiritual. Tidak hanya saat Nyepi, tetapi saat ngembak geni pun Catur Marga harus di terapkan , yaitu seperti: Bhakti Marga, saling memaafkan , menjalin hu


Sumber gambar dari pinterest ( pura ulun danu beratan)

 

bungan harmonis, memohon restu dengan sesama anggota keluarga maupun tetangga kita. Karma Marga : dengan melaksanakan gotong royong, saling membantu, dan melakukan bakti sosial. Jnana Marga : memperkuat pemahaman bahwa hidup harus dijalani dengan keseimbangan lahir dan batin. Raja Marga : melatih kesabaran kita dan pengendalian emosi saat kita berinteraksi. Maka dari itu , Nyepi bukan lah sekedar ritual keheningan, melainkan juga praktik nyata ajaran Hindu yang menuntun umat menuju penyucian diri.

    "Yo yo yam yam tanum bhaktah śraddhayārcitum icchati, tasya tasyācalām śraddhām tām eva vidadhāmy aham."

Artinya: "Kepercayaan apa pun yang ingin dipeluk seseorang, Aku perlakukan mereka sama dan Kuberikan berkah yang setimpal supaya ia lebih mantap."

Dari sloka di atas saya akan memberikan contoh kongkret dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contohnya adalah ketika seseorang memuja atau berbhakti kepada Dewi Saraswati dengan tulus maka akan mendapat kecerdasan sebagai anugerahnya. Pada sloka ini juga mengajarkan bahwa Tuhan bersifat universal. Walau manusia memuja kepada manifestasinya yang berbeda, semua itu tetap menuju pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

“Apan iking dadi wwang, utama juga ya, nimitaning mangkana, wénang ya tumulung awaknya sangkeng sangsāra, makasādhanang ṡubhakarma, hinganing kotamaning dadi wwang.”

Artinya: “Menjelma menjadi manusia itu sungguh-sungguh utama, karena ia dapat menolong dirinya dari penderitaan (samsara) dengan jalan berbuat baik. Itulah keuntungan menjadi manusia.”  Implementasi dalam Kehidupan Beragama:

  • Menjalani hidup dengan penuh syukur, karena kesempatan lahir sebagai manusia sangat berharga.
  • Memanfaatkan kehidupan untuk subhakarma (berbuat baik) seperti menolong orang lain, menjaga lingkungan, dan menghormati sesama.
  • Menghindari perbuatan adharma yang membawa penderitaan.
  • Rajin melaksanakan yadnya (persembahan) untuk menjaga keseimbangan dengan Tuhan, manusia, dan alam.

Dengan memahami sloka ini, umat Hindu diingatkan untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan hidup, tetapi mengisinya dengan perbuatan yang bermanfaat.

   Dalam agama Hindu juga terdapat tempat-tempat suci. Dalam tradisi Hindu di Bali, pura bukan hanya tempat pemujaan Dewa-Dewi, tetapi juga roh leluhur atau orang suci yang dihormati. Misalnya:

  • Pelinggih Ratu Dukuh → pemujaan leluhur suci.
  • Pura Panti → sebagai tempat memuja roh para leluhur atau rsi yang telah menyucikan diri.
  • Merajan (Sanggah Kemulan) di rumah tangga Hindu → pemujaan roh leluhur keluarga.

Hal ini menunjukkan penghormatan Hindu terhadap leluhur sebagai bagian dari perjalanan spiritual menuju Brahman.

Pura di Bali untuk Pemujaan Dewa-Dewi Hindu dan Awatara

Beberapa contoh pura di Bali dan fungsinya:

  • Pura Besakih (Karangasem) → disebut Pura Agung, pusat pemujaan semua manifestasi Ida Sang Hyang Widhi.
  • Pura Penataran Agung Besakih → memuja Brahma, Wisnu, dan Siwa.
  • Pura Desa → pemujaan Dewa Wisnu sebagai pemelihara.
  • Pura Puseh → pemujaan Dewa Brahma sebagai pencipta.
  • Pura Dalem → pemujaan Dewa Siwa sebagai pelebur.

Awatara Wisnu:

  • Rama (kisah Ramayana) → simbol kebenaran, kesetiaan, dan dharma.
  • Kresna (kisah Mahabharata) → simbol kebijaksanaan, pengayom, dan guru sejati.

Dengan demikian, pura tidak hanya sebagai tempat bersembahyang, tetapi juga pusat spiritual untuk memahami inkarnasi Tuhan di dunia.

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa hampir semua pura besar di Bali berada di alam terbuka, misalnya di gunung, pantai, atau hutan. Hal ini memiliki makna, Alam adalah manifestasi Brahman (Tri Hita Karana), sehingga pemujaan dilakukan dekat dengan alam. Tempat yang asri memberikan suasana hening dan khusyuk, mendukung konsentrasi spiritual. Laut, gunung, dan hutan dianggap tempat bersemayamnya para dewa. Misalnya, Gunung Agung sebagai tempat suci pemujaan Siwa. Menunjukkan kewajiban umat Hindu untuk menjaga kelestarian lingkungan, karena alam dan manusia tidak bisa dipisahkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun