Mohon tunggu...
SYAHIRUL ALEM
SYAHIRUL ALEM Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

hobi Menulis dan Berkebun Profesi Pustakawan dan wirausaha

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenal Penerapan Literasi Hijau

10 Februari 2024   07:31 Diperbarui: 10 Februari 2024   07:46 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hijau Daun dan Cat Gedung SPEMUKU yang Serasi Sebagai Simbol Literasi Hijau (Dokpri)

Ide tentang penerapan Literasi Hijau berawal dari sebuah keterancaman lingkungan secara nyata yang berakibat keterpurukan aspek sosial ekonomi maupan ekosistem setempat sehingga literasi hijau dibutuhkan sebagai aksi nyata untuk mengatasi keterpurukan lingkungan. Berliterasi bukan hanya sekedar membaca dan mengamatinya saja ataupun bahkan menganalisanya walaupun analisa itu penting tapi kalau tidak disertai tindakan nyata bisa juga dampaknya melebihi apa yang dianalisannya. Literasi Hijau bisa dijabarkan  dalam konteks yang lebih luas terkait dengan aksi dan dinamika lingkungan yang menuntut manusia harus selalu eksis dalam berbagai bentuk kecakapan dan kompetensi sosial. Sebenarnya literasi hijau lahir sebagai bentuk kepedulian bukan karena ketidakcakapan literasi secara umum dalam menghadapi tantangan perubahan lingkungan yang begitu drastis akibat tangan-tangan jahil manusia.

Sebagai gambaran agar literasi umum dan literasi hijau tidak saling menafikan ada benang merah yang harus dipahami terlebih dahulu.  Bahwa pada awalnya dunia tercerahkan berawal dari budaya membaca dan menulis  yang mengilhami lahirnya para ilmuwan hebat. Itulah mengapa Membaca dan menulis selalu identik dengan literasi. Sampai saat ini penekanan dalam berliterasipun adalah kecakapan dalam membaca buku dan kemudian bagaimana mencerna kemampuan membaca tersebut dalam bentuk sebuah tulisan entah itu dalam bentuk artikel, makalah ataupun skripsi atau tugas akhir bagi yang menempuh pendidikan tinggi.

Dalam Prakteknya Dunia akademis juga dilakukan dalam bentuk Kuliah Kerja Nyata ataupun bagi Diploma adalah dalam bentuk Praktek Kerja Lapangan. Pengenalan dunia kampus dalam berbagai kegiatan masyarakat bisa juga dikategorikan sesuai dengan konsep literasi hijau karena ada muatan aksi. Sebenarnya kemampuan membaca dan menulis adalah modal awal dalam kompetensi berliterasi. Terdapat suatu kesalahan persepsi bila fokus utama literasi adalah membaca dan menulis tanpa harus dilengkapi dengan kegiatan praktek sehingga muncul ide literasi hijau. Kegiatan membaca maupun menulis bagi para peneliti maupun akademisi juga merupakan modal utama untuk mengadakan berbagai riset untuk menunjang berbagai inovasi dan penemuan baru sekaligus sebagai bahan pustaka untuk penelitian selanjutnya.

Penerapan konsep literasi hijau dalam lingkungan pendidikan dasar dan menengah juga sudah diajarkan dalam lingkungan PAUD atau Pendidikan anak usia dini dimana dalam pendikan usia dini juga diajarkan konsep keseimbangan antara aspek kognitif, aspek motorik sehingga dalam pembelajarannya antara aspek kognitik dan motorik cenderung  lebih dominan aspek motoriknya. Kenapa demikian supaya ketika memasuki jenjang sekolah lanjutan seperti SD,maupun SMP dan seterusnya, anak-anak usia dini sudah mempunyai kecakapan dalam menerapkan wawasannya di lingkungan sekitar. Saat ini juga dalam penerapan kurikulum merdeka di setiap jenjang pendidikan juga diterapkan P5 sebagai bahan praktek lingkungan sehingga anak-anak pada jenjang SD sampai sekolah menengah tidak melulu kegaiatan pembelajaran classical. Apalagi dalam jenjang selanjutnya seperti SMK maupun Sekolah Vokasi yang praktek dalam berliterasi hijau sudah mengarah pada penerapan skill dunia kerja. Harus ada pemahaman yang luwes terkait dengan literasi hijau karena jangan sampai ada semacam sikap sinis memahami dunia literasi hanya sebatas menekankan mambaca dan menulis saja.

Ketika literasi dipandang hanya sebatas membaca dan menulis itu juga sudah memiliki basis keilmuan yang mapan Karena aspek fundamental dari keilmuan itu adalah membaca dan menulis, tapi terkadang kondisi lingkungan dalam menyikapinya selalu berbeda-beda. Bagi lingkungan yang menyukai suatu pekerjaan, bagaimana literasinya adalah kerja sehingga fokusnya adalah bagaimana menguasai pekerjaan yang diberikan dengan hasil yang sebaik-baiknya atau dalam kerja-kerja organisasi yang harus terkoordinasi dengan baik.

Orang yang terlalu banyak membaca juga memiliki ego tersendiri sehingga dari aspek tersebutlah seringkali timbul konflik pengertian dalam menyikapi suatu persolan. Maka dari itu perlunya disudahi adanya image atau kesan literasi selalu identik dengan teori. Karena dalam kegiatan profesi atau pekerjaan juga membutuhkan pelatihan ataupun workshop yang sebenarnya termasuk kategori literasi untuk meningkatkan kompetensi pekerjaan. Pemahaman tentang literasi hijau tidak bisa dipahami secara sempit dimana aspek kognitif yang biasanya dominan dalam literasi harus juga diimbangi dengan aspek afektif maupun aspek motorik. Dunia sudah makin  mengglobal tingkat persaingan juga makin ketat tidak hanya persaingan dengan sesama manusia tapi juga dengan mesin mesin robot karena saat ini sudah memasuki era industri 5.0.

Dinamisasi Literasi Hijau

Persaingan global selalu identik dengan era persaingan dan tuntutan sehingga aspek efisiensi dan ektifitas selalu menjadi pertimbangan utamanya. Penting untuk diperhatikan juga dalam penerapan literasi hijau juga mempertimbangkan aspek tersebut sejak dini supaya berbagai konsep dan tindakan dalam berliterasi hijau agar tekesan tidak gagap karena dalam penerapannya di lingkungan sekolah kurang memperhatikan aspek tersebut. Karena kegiatan berliterasi hijau yang dikenalkan di lingkungan sekolah hanya sebatas apa yang terdapat pada lingkungannya seperti bagaimana praktek memilah dan mengkalsifikasikan berbaggai jenis tumbuhan apakah kategori monokotil ataupun dikotil serta aspek manfaatnya juga harus disentuh.

Artinya dalam aspek pengetahuan juga sudah diberitahukan seperti apa dan bagaimana bentuk tumbuhan monokotil dan dikotil dengan berbagai ciri-cirinya namun juga harus dipraktekan dari sisi ketrampilannya sekiranya apa saja yang bisa dikembangkan dari aspek tumbuhan tersebut itulah yang dinamakan dinamisasi literasi hijau. Apalagi untuk tanaman berjenis obat-obatan juga bisa diberikan daya manfaatnya pada saat pengenalan dan praktek dalam berliterasi hijau.

Dalam Prakteknya pengenalan literasi hijau masih pada seputar mengatasi berbagai kerusakan iklim, anomali cuaca dsbnya. Tindakan tersebut bisa dibenarkan adanya karena ancaman yang paling mengerikan dalam kehidupan ini adalah kerusakan lingkungan bagaimana bisa dibayangkan bila permukaan air terus mengalami kenaikan, suhu di muka bumi juga makin meningkat, es di kutub utara juga makin mencair dibutuhkan suatu kesadaran yang massif untuk mengatasi berbagai dampak lingkungan tersebut. Kesadaran yang baik bukan timbul pasca kejadian namun kesadaran yang baik adalah kesadaran yang teredukasi dan terlatih untuk mengamankan lingkungannya dari ancaman bencana itulah tujuan dari literasi hijau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun