Mohon tunggu...
Muhammad Diptya Atma Azizan
Muhammad Diptya Atma Azizan Mohon Tunggu... Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota

manusia biasa yang sedang mencari jati diri

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Jember dan Dinamika Ekonominya

18 September 2025   03:18 Diperbarui: 18 September 2025   03:18 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kita berbicara tentang kota, gedung tinggi, lalu lintas padat, dan pusat belanja yang ramai biasanya menjadi hal pertama yang terlintas di benak kita. Namun, ekonomi kota adalah "mesin" di balik keramaian itu. Studi ini menyelidiki bagaimana interaksi antara manusia, lahan, industri, dan kebijakan membentuk wajah sebuah kota.
Menariknya, Jember menunjukkan banyak konsep ekonomi kota. Kabupaten ini bukan metropolitan seperti Surabaya atau Jakarta, tetapi memiliki dinamika unik yang mencerminkan upaya daerah agraris untuk menjadi pusat pertumbuhan.

Kota, Penduduk, dan Aglomerasi
Menurut BPS 2025, populasi Jember pada tahun 2024 mencapai 2,6 juta orang. Jelbuk memiliki populasi terkecil, sementara Sumbersari memiliki populasi tertinggi.  Fenomena ini menunjukkan hukum aglomerasi yaitu orang lebih cenderung pindah ke daerah dengan layanan publik, pendidikan, dan pekerjaan yang lebih mudah diakses.
Selain itu, pusat ekonomi muncul sebagai akibat dari konsentrasi ini.  Contoh sederhananya adalah bahwa di Sumbersari ada banyak restoran, toko, dan toko kebutuhan mahasiswa.  Universitas Jember, yang menjadi magnet wilayah, "menarik" aktivitas ini.  Inilah ilustrasi nyata dari teori amenities, unsur kenyamanan kota yang membuat orang tertarik pindah.

Ekonomi yang Masih Agraris
Menurut PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), sektor pertanian akan tetap menjadi bagian terbesar dari ekonomi Jember pada tahun 2024, dengan industri pengolahan di posisi kedua (21,01 %), dan perdagangan besar dan eceran di posisi ketiga (14,82 %). Dengan kata lain, "sawah" dan kebun masih merupakan wajah dari ekonomi Jember. Karena mayoritas penduduk Jember hidup dari bertani, berkebun, atau bekerja di rantai pasok agribisnis seperti tembakau, kopi, kakao, dan padi, sektor ini merupakan bagian penting dari masyarakat.
Tetapi ada cerita lain di balik angka itu.  Pabrik dan jasa mulai menunjukkan kegembiraan mereka secara bertahap.  Misalnya, industri pengolahan telah berkembang dari industri rokok dan penggilingan padi ke industri makanan, minuman, dan produk olahan lokal yang lebih menguntungkan.  Dengan cara yang sama, perdagangan semakin berkembang berkat munculnya pusat perbelanjaan baru, pasar kontemporer, dan perdagangan digital yang secara bertahap masuk ke pedesaan.
Dalam teori kota, keadaan ini disebut urbanisasi primer.  Selama fase ini, kota atau kabupaten biasanya bergantung pada sektor primer pertanian, perkebunan, dan hasil bumi; namun, mereka secara bertahap beralih ke sektor sekunder (industri) dan tersier (jasa).  Karena memerlukan dukungan infrastruktur, tenaga kerja yang terampil, dan kebijakan pemerintah yang tepat, pergeseran ini tidak selalu mudah.
Kerentanan adalah masalah utama.  Ekonomi Jember akan sangat tergantung pada sektor pertanian jika harga komoditas anjlok di pasar global atau cuaca ekstrem merusak hasil panen.  Misalnya, tembakau, yang telah menjadi komoditas utama di Jember selama bertahun-tahun, sekarang menghadapi tantangan akibat regulasi kesehatan global dan perubahan iklim.  Produksi kopi dan kakao juga dapat meningkat atau menurun drastis tergantung pada musim.
Kondisi seperti ini membuat diversifikasi ekonomi sangat penting.  Untuk memastikan bahwa hasil pertanian tidak hanya dibeli sebagai bahan mentah tetapi juga diproses menjadi produk bernilai tinggi, industri pengolahan harus ditingkatkan.  Perdagangan dan jasa harus diperluas dengan memanfaatkan potensi digital, logistik, dan pariwisata Jember.  Jika tidak, Jember akan tetap berada dalam lingkaran ekonomi yang bergantung pada sawah dan cuaca dan tidak akan memiliki bantalan yang kuat saat ekonomi runtuh.

Kemiskinan: PR Abadi
Kemiskinan adalah masalah lama bagi banyak kota di Indonesia, termasuk Jember.  Tahun 2024, sekitar 224 ribu orang, atau 9,01% dari populasi, masih tergolong miskin.  Meskipun angka ini menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, ini masih merupakan masalah besar.
Menurut teori ekonomi perkotaan, kemiskinan bukanlah hanya pendapatan rendah.  Selain itu, ia berkaitan dengan akses. Siapa yang dapat menikmati transportasi yang murah, rumah yang aman, atau listrik yang stabil?  Oleh karena itu, kantong kemiskinan masih ada, terutama di daerah pinggiran, meskipun ada pertumbuhan ekonomi, jika tidak merata.

Transportasi: Nadi Pergerakan Kota
Jaringan jalan di Jember sepanjang 2.823.051 km, sebagian besar sudah beraspal, tetapi kualitas dan keselarasan masih kurang. Sebaliknya, transportasi kereta api sangat penting bagi masyarakat. Pada tahun 2024, lebih dari 1,3 juta orang akan melewati stasiun Jember. Dari perspektif ekonomi kota, transportasi bukan sekadar jalan yang macet atau lancar. Ia menghitung biaya logistik, kemudahan distribusi barang, dan lokasi bisnis.  Potensi ekonomi dapat terhambat jika tidak ada transportasi yang baik.

Energi dan Utilitas
Hidup di kota tanpa air bersih dan listrik?  Tidak mungkin.  Dengan demikian, sampai 2024, jumlah pelanggan listrik PLN di Jember akan mencapai 818 ribu dan penjualan energi mencapai 1,39 miliar kilowatt jam. PDAM juga menyediakan air bersih untuk sekitar 45 ribu pelanggan, yang sebagian besar adalah rumah tangga.
Utilitas ini harus tersedia.  Investor pasti lebih tertarik ke daerah yang memiliki listrik dan air bersih yang memadai.  Jika tidak, mereka dapat memilih lokasi lain yang memiliki infrastruktur yang lebih siap.

Pertumbuhan Ekonomi: Ada Harapan
Di tengah semua kesulitan itu, ada berita baik: ekonomi Jember akan tumbuh 4,86% pada tahun 2024, naik dari tahun sebelumnya. Angka-angka ini menunjukkan bahwa ekonomi Jember tetap stabil meskipun tekanan dari faktor global dan iklim.  Menariknya, sektor-sektor kontemporer daripada pertanian menjadi bintang utama.
Sektor yang paling cepat berkembang adalah transportasi dan pergudangan, dengan pertumbuhan 10,41%, diikuti oleh jasa perusahaan dengan pertumbuhan 6,77%. Lompatan ini menunjukkan pergeseran arah ekonomi, yang sebelumnya bergantung pada hasil bumi dan beralih ke ekonomi yang bergantung pada jasa, distribusi, dan manajemen logistik.  Selain itu, Jember berada di lokasi yang sangat strategis di wilayah tapal kuda Jawa Timur, yang memungkinkannya menjadi pusat transportasi barang dan orang antara Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo, dan Lumajang.
Dengan kata lain, Jember mulai mengalami transformasi.  Jika tren ini dapat dipertahankan, mungkin dalam sepuluh hingga lima belas tahun mendatang Jember akan dikenal bukan hanya sebagai penghasil tembakau dan kopi tetapi juga sebagai pusat logistik dan layanan penting di wilayah timur Jawa. Tentu saja, ini akan membutuhkan investasi besar dalam infrastruktur transportasi, digitalisasi layanan, dan peningkatan kualitas tenaga kerja.  Itu sangat penting untuk kemajuan.

Menatap ke Masa Depan
Apa yang dapat kita ambil dari semua ini? Pertama, Jember masih agraris, tetapi memiliki banyak peluang di bidang jasa dan industri. Kedua, kemiskinan masih sangat tinggi, sehingga pertumbuhan ekonomi harus dibarengi dengan pemerataan.  Ketiga, daya saing kota tidak dapat dibicarakan tanpa infrastruktur seperti transportasi, listrik, dan air.
Menurut teori ekonomi kota, sebuah kota dapat maju hanya jika dapat mengelola ruang, populasi, dan aktivitas ekonomi secara efisien.  Meskipun Jember telah melakukan kemajuan yang signifikan, diperlukan keberanian untuk melakukan transformasi.  Jika itu dapat dilakukan, itu akan lebih dari sekadar kabupaten yang terkenal dengan tembakau, kopi, atau kakao tetapi jember akan menjadi pusat ekonomi kreatif, layanan dan inovasi di bagian timur Jawa Timur.

Sumber:

Kabupaten Jember Dalam Angka 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun