Di antara rasa mengerti dan tidak percaya, gadis kecil berlari ke dapur.
"Bapak sudah tidak ada...." Kalimatnya bergetar. Kedua kakak perempuannya termanggu, air mata menggenang. Ibu terisak-isak. Kakak laki-laki berlari keluar, mencari adik kecilnya yang sedang bermain entah dimana.
Gadis kecil berlari, sedih yang tak tertanggungkan, kemana ia akan mengadu bila merasa rindu, benarkah tak ada lagi kesempatan untuk pergi ke kebun bersama, ke pasar bersama, benarkah bapak tak akan pernah lagi duduk di teras menunggunya pulang mengaji, kalau ia sebegini sedihnya lalu apa jadinya dengan adik kecil? Bagaimana adik kecil bisa melewati saat-saat menyedihkan ini?
Ya Rabb... Masih ada satu lagi gadis kecil yang masih sangat belia, belum puas menikmati kasih sayang bapak, mungkin juga akan kesusahan untuk mengingat wajahnya kelak, ia masih teramat mungil Ya Allah.
Berita duka segera tersiar dari corong masjid, menyentak perempuan paruh baya yang selama ini mengurus kelima anak di rumah yang sekarang sedang berkabung itu, memandikan mereka, menyuapi mereka, dan menemani mereka bermain saat ibu bapak mereka sibuk bekerja. Perempuan paruh baya segera bergegas mengunci pintu yang terbuat dari bambu, duduk sebentar di atas lincak untuk menenangkan hati. Ia terbayang kelima anak-anak kecil yang ia asuh, bagaimana jadinya mereka tanpa ayah?
Gadis kecil seperti muncul begitu saja di depannya dengan napas tersenggal, menubruknya dan menangis...
***
Hari ini, ahad 11 November 2012
Malam ini ku untai doa, ku larungkan bersama rindu yang tak pernah pupus. Â Semoga doa kami menjadi amalmu yang tak pernah terputus. Allohuma Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H