Mohon tunggu...
Alvian Rifki
Alvian Rifki Mohon Tunggu... -

mahasiswa UIN SUNAN KALIJAGA jurusan KPI 2012\r\n\r\n\r\n\r\nalamat fb: https://www.facebook.com/alvian.r.hbbhbybk?ref=tn_tnmn\r\n \r\n\r\n alamat situs: http://alvianricie.blogspot.com/\r\n http://motivasibelajar.co.cc\r\n http://tentaralangitbrg.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Segores Mimpi

8 April 2013   09:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:32 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menatap mentari seorang remaja berdiri, bertanya-tanya akan jati diri. Merancangkan sejuta keinginan suatu hari nanti. Semua mimpi di tuliskan dengan penuh harapan. Vian namanya, dia pun melangkah ke sekolah belajar dengan penuh keseriusan. Karena dia seorang pelupa  semua ucapan guru yang menginspirasi selalu di tuliskan oleh nya. Banyak orang-orang yang hebat di matanya.
Dia mempunyai teman yang pernah menjadi juara  perlombaan silat saat istirahat ia bertemu seorang temannya itu  namanya  Rizki.
“ hey Rizki kamu ikut extrakulikuler apa aja di sini ?”. vian bertanya
“ hmm,, saya ikut extrakulikuler silat, memangnya kenapa ?” rizki terheran sambil bertanya.
“ boleh gx saya bergabung ?.. hehehe ” dengan sedikit canggung vian bertanya.
“ iya, coba nanti saya konfirmasi pada guru silat saya dahulu” jawab Rizki sambil berjalan
“Oke deh, saya tunggu konfirmasinya”.  (Dengan penuh harap)
Bel  sekolah  berbunyi  pertanda waktu istirahat usai, mereka pun masuk ke kelasnya masing-masing. Kebetulan di kelas  guru sejarah bercerita  kisah seorang pahlawan-pahlawan terdahulu di Indonesia yang berani dan bisa bertarung melawan penjajah dengan ilmu bela diri mereka. Dia mendengarkan cerita tersebut dengan serius semakin minat pula dia menjadi seorang pesilat. Tidak terasa bel berbunyi menunjukkan usainya jam sekolah. Dia pun pulang.
Sesampai di rumah dia istirahat, terlelaplah ia sampai sore. Seperti biyasa di sore harinya dia bermain ke lapangan , dia melihat Ridho seorang temannya  yang sedang duduk di pinggir persawahan.
“ Hey teman jangan lama-lama di situ nanti kesambet lhooo...hehe” dengan penuh canda vian menyapa.
“Wah ..kamu tow yan saya kirain siapa” terkaget pula si ridho kemudian tersenyum.
“Ngapain kamu di sini sendirian ?” tanya vian seraya memandang wajah Ridho.
“Sedang merenung sambil nunggu teman-teman”.jawab Ridho sambil berdiri
“Ada masalah kah?” vian bertanya.
“Gak kok, cuma bayangin aja kalau aku nanti menjadi pemain sepak bola yang handal seperti Lionel Messi pasti Indonesia menjadi terkenal di dunia”. Jawab ridho sambil berkhayal
“kalau kamu pingin jadi seperti Lionel Messi harus terus latihan  yang sungguh-sungguh” vian memberi saran sambil tersenyum.
“Siap mas brow” tanggapan ridho dengan tegas dan semangat.
Teman-teman yang lainya sudah datang. Bergegaslah mereka kelapangan  untuk bermain sepak bola. Dengan penuh semangat Ridho pun memasukkan bola 3 goal.
Salah satu temannya mendekati Ridho sambil berbicara.
“Wah tambah pandai saja kamu bermain sepak bolanya” Akbar memuji sambil menepuk bahunya.
“ Masak sie, aku gak nyangka entah kenapa hari ini bisa sebaik itu mungkin karena hari ini saya semangat” jawab Ridho tersipu malu.
Tak terasa langit semakin petang  mereka pun bergegas untuk pulang. Seperti biyasa setiba di rumah vian mandi, makan malam dan belajar. Setelah belajar ia tiba-tiba ingat kata-kata Ridho tadi yang ingin sehebat Lionel Messi. Dia pun mendapat kesimpulan bahwa ternyata setiap manusia itu mempunyai mimpi dan dengan semangat mimpi itu pun akan semakin dekat.  Malam mulai larut vian menguap sambil memejamkan mata ia pun terlelap.
suara-suara ayam jantan berkokok  sebagai pertanda pagi kembali,  bersamaan itu pula ia terbangun, kembali beraktivitas belajar ke sekolah. Setelah sampai sekolah ia bertemu Rizki di depan kelas sambil berbincang-bincang.
“eh vian kemarin saya sudah bicarakan kepada guru silat katanya boleh” Rizki mengawali pembicaraan.
“asik,,,terus mulai latihanya kapan ?” dengan semangat vian bertanya.
“setiap hari senin, rabu dan sabtu” Jawab Rizki
“oke deh” vian tersenyum.

Mendapat kabar tersebut ia merasa gembira. Di kemudian harinya yaitu hari rabu pertama ia ikud silat. Dia merasa senang karena banyak teman. mulai saat itu ia tekun dan semangat dan tak pernah absen mengikuti extra silat.  Setelah beberapa lama mengikuti silat, pada waktunya tiba ia berlatih sabung atau bertarung satu lawan satu. Terjadi kejadian yang tak di sangka-sangka, ia terjungkal kemudian salah jatuhan yang seharusnya bila saat terjatuh tanganya tidak boleh menjadi tumpuan. Setelah terjatuh kemudian ia melihat tangan kirinya bentuknya jadi aneh belok-belok tidak karuan dalam batinnya ia berkata.
“tangan saya kok bentuknya jadi kayak gini kenapa ini” lemaslah ia.
Para guru dan teman-teman menyaksikan kejadian tersebut mereka  panik langsung di bawa ia ke rumah sakit terdekat. Setelah sampai, kemudian langsung di tangani oleh dokter dan di rongen. Beberapa lama ia menunggu akhirnya hasil rongennya sudah jadi, di lihat pula olehnya. Kemudian dokter menerangkan hasil rongen tersebut bahwa kedua tulang ulnanya patah. Dengan sabar ia menghelakan nafas.
Di hari berikutnya ia di operasi. Sebelumnya ia di bius sampai tak sadarkan diri. Setelah operasi selesai ia langsung mutah-mutah tanpa di rasa bahwa tanganya sudah di gip.
Setiap harinya ia istirahat di kamar sambil merenungi nasib. karena ia sudah tidak di perbolehkan orang tuanya belajar silat lagi, sehingga ia marancang langkah yang baru untuk menentukan mimpi yang baru. Setelah beberapa bulan ia sedikit pulih. Ia melihat ada lomba membuat cerpen di media cetak. Melangkahlah ia untuk menuliskan sebuah cerpen tentang kisahnya. Setelah menunggu satu bulan akhirnya cerpennya di muat di media cetak tersebut. Ia senang karena mendapatkan bingkisan dan sertifikat sebagai hadiah dari media cetak tersebut. Seperti biyasa ia merenung dan mendapatkan kesimpulan bahwa kegagalan yang pahit justru akhirnya membuat seseorang mengenal dirinya sendiri. Dia sekarang kuliah di perguruan tinggi islam di Indonesia untuk menuju mimpi selanjutnya.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun