Bunda Cimot memulai aktivitasnya pada pukul 3 dini hari dengan merebus daging ayam untuk sarapan para kucingnya, sembari menunggu ayam nya dingin, bunda Cimot akan membersihkan kotoran kucingnya dari ujung hingga ujung lain kompleknya. Pukul 7 pagi, saat kucing nya diberi sarapan, bunda Cimot akan bersih-bersih rumah.
Hidup tidak memiliki penghasilan lagi setelah pensiun, selalu mengandalkan barang yang dia miliki untuk dijual agar bisa melangsungkan hidupnya, lambat laun seluruh aset habis untuk kebutuhan sehari-harinya, hingga membuat bunda Cimot hidup dengan modal belas kasihan orang lain.
"Ibu gak pernah makan nasi, cuma roti sama susu, kalo masak males harus ada bawang, bahan bahan lainnya harus beli lagi. Masih ada saudara yang suka ngasih (uang), bu RT baik suka ngasih makanan, suka juga ada yang ngasih gojek makanan gitu, ada aja gitu dari orang-orang baik yang suka ngasih. Tuhan bu emang beneran adil," ucapnya
Selain tetangga, banyak juga mahasiswa dari berbagai kampus yang mengunjungi kediaman bunda Cimot untuk melakukan riset tugasnya, beliau juga terkadang datang tidak dengan tangan kosong.
Kondisi Shelter
Hal yang sama dirasakan oleh Hasna (20) salah satu mahasiswa yang sempat berkunjung ke shelter kucing bunda Cimot, Hasna mengaku cukup prihatin dan terkejut dengan keadaan bunda cimot beserta rumah dan kucingnya.
"Jujur cukup prihatin, cukup kaget, kirain shelter kucing pada umumnya, tapi ternyata kondisinya cukup memprihatinkan, dan cukup parah si, tempatnya udah gak keurus banget, dan udah gak layak huni, jadi berempati sama ibunya," ucap hasna
Dengan 200 kucing yang dirawat oleh seorang diri, tentunya membuat bunda cimot kewalahan dalam mengurus kucing-kucingnya, banyak kucing yang sakit bahkan ada yang mati saat Hasna berkunjung.
" Menurut aku beliau (bunda Cimot) butuh perhatian lebih lanjut si, mungkin sebelum dari pemerintah dari tetangga sekitar dulu, walaupun dari cerita ibunya bilang tetangga ada yang bantu, tapi ibunya juga curhat kalo dirumahnya cukup individualis, jadi jujur aku aga prihatin di tengah komplek dan rumah yang sebesar itu merasa sendirian"
Dalam kondisi ini, hasna berpendapat bahwa yang seharusnya didahulukan adalah kondisi bunda Cimot, sebelum kucing-kucingnya.
"Aku pikir bunda cimot ini sangat butuh donasi, karena benar benar sudah tidak layak huni, bahkan bunda Cimot hanya tidur di sofa, aku lebih prihatin ke bundanya si dari pada ke kucingnya, sebelum memberdayakan kucingnya ke bundanya dulu,"