Mohon tunggu...
Azhar Zahira Ramadhan
Azhar Zahira Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi berenang, suka foto"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesejalanan Islam dan Pancasila

25 September 2022   17:10 Diperbarui: 25 September 2022   17:14 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Yang ketiga, sila ketiga Pancasila. Yang berbunyi "Persatuan Indonesia", Persatuan Indonesia mengandung makna sebuah persatuan berbagai ragam bahasa budaya suku dan beragam kehidupan manusia Indonesia. Itulah semangat nasionalisme Indonesia yang beragama. Persatuan dalam Islam tercantum dalam firman Allah SWT sebagai berikut, "wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal" (QS.Al-Hujuurat:13), ayat tersebut menggambarkan bagaimana Tuhan menciptakan manusia dalam beragam budaya. 

Bangsa Indonesia dibangun atas keberagaman suku dan agama, dan tentunya setiap suku mempunyai alat komunikasi berupa bahasa yang berbeda-beda. Keberagaman suku bangsa ciptaan tuhan menyadarkan kita bahwa kita hidup bersama orang-orang dari suku bangsa yang berbeda. Konsep nasionalisme dalam Islam juga diwujudkan oleh nabi Muhammad Saw ketika mengadakan sebuah perjanjian perdamaian dalam sebuah piagam yang dikenal dengan nama Piagam Madinah. Piagam Madinah menetapkan persaudaraan antara kaum Muslimin dengan kaum Yahudi yang tinggal bersama di Madinah. Sumber dari LexJurnalica.volume9.nomor3.Fokky Fuad.2012.IslamdanIdeologiPancasila,SebuahDialektika.

Yang keempat, sila keempat Pancasila. Yang berbunyi "Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan", Bagaimana dalam Islam tercantum pada Quran surat Ali Imran, "dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu" (QS.Ali Imran:159), SMA agama yang mengutamakan kemasyarakatan umat dengan demikian menjadi logis bahwa Islam mengutamakan musyawarah dan kerja sama konstruktif untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan.

 Kerja sama dan sikap saling menolong begitu utama dalam Islam sehingga Rasulullah Saw dalam menghadapi berbagai peperangan perlu mengundang para sahabat untuk bermusyawarah. Kata "mereka" dalam ayat musyawarah tersebut dapat ditafsirkan bahwa musyawarah dapat dilakukan dengan sesama kaum muslim, maupun dengan kaum non muslim. Begitu agungnya cara musyawarah untuk mencapai sebuah tujuan sehingga musyawarah merupakan bagian dari perintah Allah SWT. Sumber dari LexJurnalica.volume9.nomor3.Fokky Fuad.2012.IslamdanIdeologiPancasila,SebuahDialektika.

Yang kelima, sila kelima Pancasila yang berbunyi "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia", Keadaan sosial berkaitan dengan pemerataan kesejahteraan bagi seluruh rakyat yang ada di Indonesia, dan Islam telah menggambarkan bentuk masyarakat yang berkeadilan. Allah SWT berfirman dalam surah Az-Dzariyat, "dan pada harta-harta mereka, ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian"(QS.Az-Dzariyat:19), berdasarkan ayat tersebut harta yang kita miliki bukanlah milik diri kita saja, melainkan ada hak orang lain di dalam harta kita. 

Sehingga di dalam Islam ada yang namanya zakat untuk menyalurkan sebagian harta kita kepada orang-orang yang tidak mampu atau orang miskin, sehingga terciptanya keadilan. Bukan ketimpangan ekonomi si kaya dan si miskin. Islam menolak konsep kapitalisme yang memusatkan harta hanya ditangan para pemilik modal. Penerapan keadilan sosial haruslah dimaknai, bukan hanya sekedar membangun lembaga-lembaga keuangan yang berbasis Islam, akan tetapi keadilan sosial adalah pendistribusian kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Sumber dari LexJurnalica.volume9.nomor3.Fokky Fuad.2012.IslamdanIdeologiPancasila,SebuahDialektika.

Dari keterkaitan ayat-ayat Quran diatas dengan pancasila menandakan bahwa Pancasila dan Islam tidak saling bertolak belakang. Dan seharunya kita sebagai umat muslim lebih memahami bahwasannya Islam bukanlah agama yang radikal atau menolak keberagaman yang ada disekitarnya, jusrtu adanya keberagaman ini menjadi bukti bahwa kita dituntut untuk saling memahamai dan mengerti bahwa segala perbedaan yang ada dalam kehidupan kita adalah fitrah dari sang kuasa dan merupakan tanda kebesarannya, maka dari itu kita sebagai umat muslim serta warga Indonesia. Sehingga tidak mudah terpengaruh dengan paham-paham radikalisme yang saat ini merajalela menyerang keintelektualan para mahasiswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun