D-IV Teknologi Radiologi Pencitraan Universitas AirlanggaÂ
Oleh Arlyn Nabila Asher (413241118)
Dosen Pengampu : Alifatus Wahyu Nur Ma'rifah S.Tr. Kes., M.T
Radiologi diagnostik merupakan cabang kedokteran yang menggunakan teknologi pencitraan untuk membantu proses identifikasi penyakit. Di era modern ini, pada bidang ini memiliki peran yang semakin besar, khususnya dalam memperbaiki ketepatan diagnosis medis. Seiring kemajuan teknologi berbagai teknik seperti sinar-X, CT scan, MRI dan Ultrasonografi kini menjadi bagian penting dari praktis medis harian. Keunggulan utama pada radiologi diagnostik terletak pada kemampuannya menyajikan visualisasi yang jelas dan terperinci mengenai kondisi internal tubuh. Sebagai contoh CT scan dan MRI mampu memberikan data menyeluruh tentang struktur organ dan jaringan, sehingga memudahkan dokter dalam mengenali kelainan atau penyakit secara akurat. Hal ini sangat krusial terutama dalam menangani penyakit kompleks seperti kanker, karena deteksi dini berperan penting dalam menentukan keberhasilan pengobatan.
Radiologi memainkan peran yang sangat signifikan tidak hanya dalam proses penegakan diagnosis, tetapi juga dalam pemantauan perkembangan penyakit dan penilaian efektivitas terapi. Pemeriksaan pencitraan yang dilakukan secara berkala memberikan kesempatan bagi tenaga medis untuk menilai sejauh mana pengobatan memberikan respons terhadap kondisi pasien. Misalnya, dalam penanganan kanker, pencitraan medis berfungsi untuk mengamati perubahan ukuran tumor, apakah mengalami penurunan atau justru meningkat setelah menjalani terapi. Informasi semacam ini sangat penting untuk menentukan atau menyesuaikan pendekatan terapeutik berikutnya. Meski demikian, hasil pencitraan tidak boleh ditafsirkan secara sembarangan. Diperlukan keahlian khusus untuk menganalisis gambar medis secara akurat, dan inilah yang menjadi tanggung jawab utama seorang radiolog. Kesalahan dalam interpretasi citra medis bisa berujung pada diagnosis yang keliru dan pengambilan tindakan yang tidak tepat, sehingga berpotensi membahayakan pasien.
Oleh sebab itu, kolaborasi yang baik antara dokter pengirim dan radiolog sangat diperlukan. Dokter yang merujuk pasien untuk menjalani pemeriksaan radiologi sebaiknya memberikan informasi klinis yang lengkap, termasuk gejala yang dialami dan riwayat kesehatan pasien. Informasi tersebut sangat membantu radiolog dalam memberikan interpretasi yang akurat dan kontekstual. Komunikasi yang efektif antar profesi ini berkontribusi terhadap peningkatan mutu pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Di sisi lain, dalam pelaksanaan radiologi diagnostik, khususnya yang melibatkan penggunaan radiasi pengion seperti sinar-X dan CT scan, aspek perlindungan terhadap paparan radiasi menjadi sangat vital. Meskipun teknologi ini sangat berharga dalam mendukung proses diagnostik, paparan radiasi yang berlebihan tetap membawa risiko terhadap kesehatan, termasuk kerusakan jaringan dan peningkatan kemungkinan terjadinya kanker, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu, prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable) harus diterapkan secara konsisten, guna meminimalkan dosis radiasi tanpa mengorbankan kualitas gambar yang diperoleh. Tanggung jawab atas keselamatan radiasi tidak hanya dibebankan kepada radiolog semata, melainkan merupakan tanggung jawab bersama seluruh tim medis, termasuk teknologi radiologi dan dokter perujuk. Beberapa langkah penting dalam upaya proteksi ini meliputi penggunaan alat pelindung radiasi seperti celemek timbal (lead apron), penyesuaian parameter mesin berdasarkan kebutuhan klinis, serta pelaksanaan pelatihan rutin bagi tenaga kesehatan terkait. Di samping itu, pasien juga perlu diberi edukasi yang memadai mengenai manfaat dan risiko dari prosedur pencitraan yang akan dijalani. Dengan manajemen proteksi radiasi yang optimal, layanan radiologi diagnostik dapat tetap memberikan hasil yang maksimal dengan tingkat risiko yang rendah (ICRP, 2007).
Radiologi diagnostik berkontribusi besar dalam memperbaiki ketepatan diagnosis medis. Dukungan teknologi mutakhir serta kerja sama antar disiplin dalam dunia medis menjadi kunci dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Untuk itu, investasi dalam pengembangan teknologi dan peningkatan kompetensi tenaga medis perlu menjadi prioritas dalam membangun sistem kesehatan yang lebih baik.
REFERENSI
Lubis, E. (2020). Peran Radiologi dalam Diagnosis dan Pengobatan Penyakit Dalam Berbagai Bidang Medis. Kompasiana.Â
Vano, E., Gonzlez, L., Fernndez, J.M. and Haskal, Z.J., 2008. Eye lens exposure to radiation in interventional suites: caution is warranted. Radiology, 248(3), pp.945--953. doi:10.1148/radiol.2483072021.
International Commission on Radiological Protection (ICRP), 2007. The 2007 Recommendations of the International Commission on Radiological Protection. ICRP Publication 103. Annals of the ICRP, 37(2-4), pp.1--332. doi:10.1016/j.icrp.2007.10.003.