Mohon tunggu...
Agung Widodo
Agung Widodo Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seorang mahasiswa biasa yang meyakini bahwa belajar bukan hanya terbatas di dalam kelas, tetapi juga melalui setiap momen, tantangan, dan pengalaman hidup yang saya jalani. Saya memiliki ketertarikan yang besar terhadap dunia IT, di mana setiap inovasi dan perkembangan teknologi selalu memicu rasa ingin tahu dan semangat saya untuk terus menggali lebih dalam.

Selanjutnya

Tutup

Politik

"The New Rulers of the World : Mengungkap Sisi Gelap Globalisasi dan Eksploitasi Negara Berkembang"

24 Maret 2025   10:01 Diperbarui: 24 Maret 2025   10:01 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rangkuman Film

John Pilger, seorang jurnalis dan pembuat film terkemuka, merilis film dokumenter The New Rulers of the World pada tahun 2001.  Film ini merupakan dakwaan pedas terhadap fenomena globalisasi dan bagaimana bisnis multinasional, yang didukung oleh organisasi keuangan internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, telah menguasai ekonomi dunia.  Pilger menunjukkan bagaimana globalisasi, yang sering digaungkan sebagai metode untuk meningkatkan kemakmuran global, telah mengakibatkan ketidakadilan sosial, eksploitasi sumber daya alam, dan dominasi ekonomi oleh kekuatan-kekuatan asing, terutama di negara-negara miskin.

The New Rulers of the World merupakan komentar kritis terhadap sistem ekonomi global yang tidak adil dan juga merupakan suara bagi negara berkembang yang sering kali dieksploitasi dan didominasi oleh kekuatan asing.  Film dokumenter ini menantang narasi arus utama globalisasi, yang sering digambarkan sebagai proses yang saling menguntungkan.  Pilger mengklaim bahwa globalisasi, dalam praktiknya, memperdalam jurang pemisah antara negara maju dan negara  berkembang serta menimbulkan ketergantungan ekonomi yang merugikan negara berkembang.

Film ini menggambarkan dengan jelas bagaimana globalisasi yang biasanya digambarkan sebagai proses yang memberikan pembangunan dan kemakmuran bagi seluruh dunia nyatanya telah menghasilkan sistem yang tidak adil di mana uang dan kekuasaan terkonsentrasi di tangan sekelompok kecil elit global.  Sementara itu, sebagian besar penduduk dunia, terutama di negara-negara berkembang, menghadapi kemiskinan dan ketidaksetaraan yang meningkat.  Film dokumenter karya John Pilger ini mengajak penonton untuk melihat lebih dalam bagaimana mekanisme globalisasi bekerja, dengan menggunakan Indonesia sebagai studi kasus.  Indonesia dipilih karena Indonesia menyaksikan secara langsung konsekuensi negatif dari kebijakan ekonomi yang didorong oleh lembaga-lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia, terutama selama krisis ekonomi Asia pada tahun 1997-1998.

Film ini juga menyoroti bagaimana perusahaan global seperti Nike memanfaatkan tenaga kerja murah di Indonesia.  Pilger mengekspos bagaimana perusahaan besar ini mengeksploitasi upah rendah dan kondisi kerja yang tidak menguntungkan di negara berkembang untuk meningkatkan keuntungan mereka.  Sementara perusahaan-perusahaan ini meraup keuntungan miliaran dolar, para pekerja - khususnya perempuan yang dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah yang sangat minim.  Pilger menunjukkan melalui penelitian mendalam bagaimana praktik-praktik eksploitasi ini tidak hanya menyebabkan kerugian langsung pada pekerja, tetapi juga memperkuat ketergantungan negara-negara berkembang pada perusahaan multinasional.

Pilger menunjukkan bagaimana kebijakan IMF dan Bank Dunia seperti pemotongan subsidi, privatisasi aset-aset negara, dan liberalisasi pasar telah memperparah masalah ekonomi dan sosial di Indonesia.  Alih-alih membantu pemulihan ekonomi, kebijakan-kebijakan tersebut justru mengakibatkan meluasnya pengangguran, kemiskinan, dan ketidakstabilan politik.  Film ini mengungkapkan bagaimana lembaga keuangan internasional mengambil keuntungan dari krisis untuk memaksakan agenda neoliberal mereka yang menguntungkan perusahaan-perusahaan multinasional dan investor asing, sementara rakyat Indonesia menanggung beban berat dari kebijakan-kebijakan tersebut.

Globalisasi: Janji Kemakmuran yang Palsu

Globalisasi sering digemakan sebagai proses yang menguntungkan semua orang, memungkinkan lebih banyak kemakmuran, peningkatan teknis, dan pertumbuhan ekonomi dalam skala global.  Namun, John Pilger meruntuhkan narasi penuh harapan ini dalam film dokumenternya dengan menunjukkan bagaimana globalisasi benar-benar memperlebar jurang pemisah antara negara-negara makmur dan negara-negara terbelakang.  Pilger menunjukkan bagaimana sejumlah kecil elit global telah menggunakan mekanisme globalisasi-yang dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan yang inklusif-untuk mengkonsolidasikan kekayaan dan kekuasaan mereka.

Film ini menunjukkan dengan jelas bagaimana organisasi keuangan internasional seperti Bank Dunia dan IMF serta perusahaan-perusahaan multinasional yang seringkali memberlakukan kebijakan yang melayani kepentingan mereka sendiri dengan mengorbankan rakyat di negara-negara berkembang.  Kemiskinan dan ketidaksetaraan diperparah oleh kebijakan-kebijakan seperti liberalisasi pasar, privatisasi, dan pengurangan bantuan sosial.  Akibatnya, hak-hak dasar masyarakat diabaikan, upah buruh diturunkan, dan sumber daya alam dieksploitasi secara besar-besaran.

Mayoritas penduduk di negara berkembang hidup dalam kondisi yang semakin sulit. Mereka terjebak dalam kemiskinan struktural, dengan akses yang terbatas terhadap pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan yang layak. Sementara itu, segelintir elit global menikmati kekayaan yang melimpah, menguasai pasar global, dan mempengaruhi kebijakan politik di berbagai negara. Pilger menegaskan bahwa globalisasi dalam praktiknya bukanlah alat untuk pemerataan, melainkan sebuah sistem yang mengukuhkan dominasi negara-negara kaya atas negara-negara miskin.

Indonesia sebagai Studi Kasus

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun