Mohon tunggu...
Nur Mayni Haniyah
Nur Mayni Haniyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Surabaya

I'm a learner.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kohesivitas sebagai Pelindung Kelompok

25 Desember 2022   11:42 Diperbarui: 25 Desember 2022   11:44 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pengalaman saat di dunia pendidikan atau sekolah mungkin identik dengan kata belajar. Dalam kegiatan belajar tersebut sering juga ditemui guru-guru yang mengarahkan anak didiknya untuk membentuk kelompok, baik untuk mengerjakan tugas maupun sebagai kelompok belajar. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, individu sering mengidentifikasikan diri ke dalam suatu kelompok pertemanan, misalnya. Artinya, dalam perjalanan di fase-fase kehidupannya seorang manusia pasti pernah terlibat atau menjadi bagian dari suatu kelompok. Definisi dari kelompok sendiri itu apa?

Kelompok

Secara sederhana, Forsyth (2010) menyatakan adanya dua individu yang saling memiliki interaksi dan koneksi dalam hubungan sosial sudah dapat disebut sebagai kelompok (group). Dari pengertian tersebut dapat ditarik beberapa kunci yang dapat mendefinisikan sebuah kelompok. Pertama, setidaknya ada dua atau lebih individu yang tergabung. Adanya dua anggota di dalamnya bisa disebut dengan dyads yang berarti terdiri dari dua orang. Selain itu, kelompok orang yang terdiri dari lebih dari dua individu dengan pengertian di atas dapat diidentifikasikan sebagai sebuah kelompok.

Kedua, adanya koneksi atau ikatan seperti sekelompok teman dekat. Ketiga, hubungan sosial. Seluruh individu yang tergabung dalam kelompok saling terhubung melalui status keanggotaan yang menunjukkan bahwa orang tersebut bagian dari suatu kelompok. Dalam keanggotaanya, individu dalam grup saling terkoneksi di mana adanya koneksi tersebut memerlukan tali hubungan yang perlu dikembangkan. Selain itu hal paling penting dalam definisi kelompok adalah identitas sosial yang dibentuk, yaitu persepsi individu bahwa mereka bagian dari kelompok tertentu.

Keluarga merupakan salah satu kelompok yang sering lupa untuk diidentifikasi sebagai kelompok, padahal anggota keluarga yang berada di dalamnya pasti akan mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga. Kelompok yang relatif kecil dan memiliki makna pribadi yang kuat dapat disebut kelompok primer. Dalam kelompok ini tingkat identifikasi diri dan perasaan saling bergantung kuat, seperti keluarga, teman dekat, teman rumah, dan sebagainya. Sedangkan kelompok yang biasanya terbentuk dengan orientasi tujuan seperti kelompok belajar, tim olahraga, dan sebagainya dapat digolongkan dalam kelompok sosial.

Kualitas Kelompok

Selain itu, dalam mempelajari kelompok, perlu penggalian lebih dalam terkait karakteristik yang konsisten dalam menentukan kualitas suatu kelompok. Karakteristiknya sebagai berikut:

  • Interaksi. Manusia dapat berhubungan dengan manusia lain melalui interaksi. Dalam suatu kelompok, interaksi yang melibatkan emosi, seperti memberi dukungan, kritik, dan sejenisnya kepada anggota kelompoknya disebut dengan interaksi hubungan. Sedangkan interaksi yang fokusnya pada tugas, rencana, ataupun tujuan kelompok dinamakan interaksi tugas. Sehingga dalam kelompok interaksi yang terjadi dapat meliputi bertukar informasi melalui komunikasi verbal dan nonverbal, menyampaikan argumen, membahas suatu isu, membuat keputusan, dan sebagainya.
  • Tujuan. Suatu kelompok terbentuk karena berbagai alasan tertentu. Kelompok pertemanan, kelompok gembar membaca, tim kerja, masing-masing berdiri karena alasan yang berbeda. Dalam kelompok pasti terdapat kesamaan tujuan bagi seluruh anggota. Adanya lebih dari satu anggota dalam kelompok dapat menjadi keunggulan untuk memudahkan suatu kelompok bergerak mencapai tujuannya.
  • Interdependensi. Sikap saling bergantung pada anggota menunjukan bahwa mereka berada di kelompok yang sama. Secara tidak langsung para anggota bertanggung jawab atas satu sama lain mulai dari pikiran, tindakan, perasaan. Sehingga pergerakan dari anggota dapat saling mempengaruhi.
  • Struktur. Struktur dalam kelompok merupakan kombinasi kompleks dari peran, norma, dan hubungan antar anggota kelompok. Melalui konsistensi interaksi dengan anggota kelompok, peran dan norma dapat terbentuk secara natural. Dalam kelompok yang formal, norma kelompok dapat tertulis dan peran dapat berganti sesuai dengan kemampuan individu dalam memenuhi peran tersebut.
  • Kesatuan. Bahwa suatu kelompok merupakan kesatuan dari masing-masing individu yang berada di dalamnya, bukan dari pelopor kelompok tersebut. Sehingga terdapat kesatuan saat menyebutkan suatu kelompok maka yang jelas dimaksud adalah keseluruhan kelompok tersebut.

Dinamika Kelompok

Berasal dari bahasa Yunani yaitu kata dynamics yang memiliki makna "kekuatan." Dari kata tersebut dinamika mengacu pada adanya perubahan karena kekuatan. Dalam kelompok terdapat interaksi yang mempengaruhi masing-masing anggota. Adanya pergerakan dalam kelompok yang dapat mempengaruhi perkembangan kelompok itu sendiri.

Berdasarkan perspektif kognitif, terdapat proses individu mengumpulkan informasi, memahami, kemudian berperilaku dari hasil proses kognitif. Melalui proses memahami, menilai, mengingat, dan proses kognitif lainnya dapat mempengaruhi pemahaman individu terhadap anggota lain, keseluruhan kelompok, dan juga diri sendiri. Hal ini dapat mendorong kualitas yang baik bagi dinamika dalam kelompok.

Kohesivitas dalam Menghadapi Konflik

Meskipun kelompok umumnya terbentuk dari sejumlah orang yang memiliki kepentingan atau tujuan yang sama, namun tidak dipungkiri latar belakang dari masing-masing individu yang tergabung dapat berbeda-beda bahkan kontras. Perbedaan perspektif, hambatan komunikasi, dan masalah lain dapat memunculkan konflik-konflik antar anggota.

Kualitas dalam suatu kelompok dapat dikuatkan melalui kohesi kelompok. Kohesivitas merupakan integritas, solidaritas, dan kesatuan dalam kelompok. Adanya kohesi (kekompakan) dalam kelompok dapat menjadi tolak ukur kualitas dan kesehatan suatu kelompok. Kohesivitas merupakan alat dalam mengurangi resiko kelompok untuk terpecah. Berdasarkan kompenen dalam kohesi, berikut kekuatan kelompok dalam menghadapi konflik.

  • Kohesi sosial. Komponen ini berkaitan dengan ketertarikan terhadap sesama anggota kelompok. Tanpa sadar, individu yang tergabung dalam kelompok lebih tertarik pada individu-individu yang berada dalam kelompoknya, termasuk ketertarikan kuat pada kelompoknya sendiri daripada kelompok di luar. Lingkup daya tarik sosial ini berdasar pada kualitas individu yang melambangkan kelompok. Adanya kohesi sosial ini dapat membuat penyelesaian konflik lebih mudah karena adanya kefokusan pada anggota kelompok yang saling memiliki daya tarik sehingga ketertarikan pada kelompok secara keseluruhan lebih mudah dirasakan. Hal ini bisa membantu memunculkan rasa untuk mempertahankan kualitas kelompok.
  • Kohesi tugas. Konflik dapat memiliki titik terang dengan adanya kemauan atau usaha dari kelompok untuk menangani masalah. Maka, kualitas kerja tim dan kepercayaan yang sama untuk menyelesaikan konflik berperan sangat besar. Dapat dikatakan kapasitas setiap anggota sebagai kelompok untuk menyelesaikan konflik membawa dampak positif bagi penyelesaiannya.
  • Kohesi yang dirasakan. Perasaan yang dimaksud disini adalah perasaan sebagai bagian dan satu kesatuan dalam suatu kelompok, yang menunjukkan keunikan kelompok. Identifikasi diri sebagai "Kita" menunjukkan bahwa individu merasa bagian dari kelompok tersebut. Adanya perasaan bersama dapat meminimalisir berkembangnya konflik karena adanya perasaan bahwa kelompok tersebut merupakan bagian dari mereka sehingga dapat muncul kekuatan untuk menjaga kelompok.
  • Kohesi emosional. Kebersamaan dan interaksi yang terjadi di suatu kelompok dapat memunculkan pengalaman emosional yang intens. Adanya reaksi emosional yang terekspresikan dalam kelompok dapat membangkitkan semangat atau emosi positif yang kolektif dalam kelompok. Konflik yang melanda dalam kelompok akan berbeda penyelesaiannya jika terdapat perasaan satu, komitmen, semangat, dan sebagainya pada setiap anggota kelompok. Emosi positif yang terbangun dalam kelompok dapat mengarahkan pada hasil penyelesaian masalah yang positif pula.

Dalam mempertahankan kelompok, diperlukan banyak usaha dari masing-masing anggota yang terlibat. Dengan adanya solidaritas yang tinggi dan kemauan untuk berkembang, kelompok dapat bertahan memiliki kekuatan untuk menyelesaikan berbagai konflik dan mempertahankan keutuhan kelompok menuju pencapaian tujuan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun