Pada hari Kamis, 8 Februari 2024 Kelompok Pengabdian kepada Masyarakat oleh Mahasiswa 75 Gelombang 3 Universitas Muhammadiyah Malang mengadakan program kerja yaitu Inovasi Hidroponik Berbasis Sistem Wick. Dengan narasumber dari salah satu anggota kelompok bernama Aura Febiola Afi Putri selaku koordinator dari Kelompok PMM tersebut. Tujuan diadakannya program kerja ini berlatarbelakang adanya hidroponik yang ada pada Desa Andonosari masih menggunakan sistem teknologi elektronik yang cenderung menghabiskan biaya terlalu besar dan tidak efisien.
Dalam pertemuan tersebut, terdapat partisipan yakni Ibu-Ibu PKK dan KWT (Kumpulan Wanita Tani) yang sangat antusias menerima pemaparan materi dan ide yang disampaikan tersebut. Sistem Wick dipilih untuk dipaparkan karena merupakan sistem budidaya hidroponik sederhana dengan hanya mengandalkan sumbu untuk mengalirkan nutrisi ke akar tanaman.Â
Alat dan bahan yang dibutuhkan juga mudah ditemui dan murah, meliputi botol plastik bekas berukuran 600 ml, cutter, rockwoll (media tanam), bibit tanaman, nutrisi AB mix, dan kain flanel yang berfungsi sebagai penghantar nutrisi. Cara pembuatannya juga sangat sederhana, yaitu dengan memotong botol menjadi dua bagian, membuat lubang ditutup botolnya guna menempatkan sumbu flanel, lalu mempersiapkan media tanam dan bibit, dan isi bagian bawah botol dengan air nutrisi.
Adapun inovasi packaging untuk pemasaran sayuran hasil hidroponik Desa Andonosari yang pada awalnya memiliki permasalahan pada harga penjualan yang tidak sepadan dengan harga produksi sayuran dikarenakan sebaran lokasi pemasaran yang tidak begitu luas sehingga hanya dipasarkan pada lokasi sekitaran Desa Andonosari dan Nongkojajar saja yakni pasar tradisional.Â
Hal tersebut diketahui berdasarkan pernyataan salah satu partisipan yakni Ibu Zulaika selaku Ketua dari pelaksanaan Hidroponik mengatakan "Kami mendirikan dan memproduksi hidroponik ini pada awalnya berhasil dan sukses dilakukan serta tumbuh dengan subur. Setiap bulannya kami bisa memanen sayuran segar seperti pakcoy, kangkung, selada air, dan sayur lainnya, namun harga penjualan tidak sepadan dengan harga kami produksi dikarenakan penjualan sayuran yang hanya di pasar tradisional Desa saja".
Mengetahui hal tersebut, narasumber kami memberikan inovasi pemasaran sayuran hasil hidroponik berbasis milenial yang dimana mengikuti kemajuan zaman saat ini. Inovasi pemasaran yang diberikan diantaranya seperti pengubahan packaging produk sayuran berupa kemasan seperti supermarket Kota-Kota besar, lalu inovasi yang kedua yakni mengubah pemodelan penjualan dalam satu kemasan mika styrofoam terdapat 1 macam bahan baku masakan yang sudah siap masak yang berbeda-beda dalam setiap kemasannya. Serta ide terakhir yaitu memberikan masukan untuk penyebaran lokasi pemasaran sayuran hasil hidroponik seperti pada kota-kota besar dengan sasaran lokasi diantaranya supermarket, mall, dan tempat perbelanjaan besar lainnya.
Dari semua penyampaian inovasi tersebut, narasumber berharap seluruh inovasi dan masukannya dapat memberikan gambaran kepada Ibu-Ibu PKK dan KWT untuk pemasaran sayuran hasil hidroponik serta meningkatnya hasil penjualan yang berpengaruh pada biaya produksi sayuran kembali. (Rilis : PMM DESA ANDONOSARI KELOMPOK 75 GELOMBANG 3).