Mohon tunggu...
Agung Setiawan
Agung Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Pengurus Yayasan Mahakarya Bumi Nusantara

Pribadi yang ingin memaknai hidup dan membagikannya. Bersama Yayasan MBN memberi edukasi penulisan dan wawasan kebangsaan. "To love another person, is to see the face of God." http://fransalchemist.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Disebut dalam Debat, Ternyata Hari Ini B100 Diluncurkan untuk Dunia

15 April 2019   19:29 Diperbarui: 5 Maret 2020   16:20 1350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Pertanian RI, Dr. Ir. H. Andi Amran Sulaiman, MP., tengah memperhatikan kemasan yang berisi Biodiesel B100 yang terbuat dari CPO pada kesempatan peluncuran uji coba B100 di Kantor Kemtan, Jakarta (15/4/2019). Dokumentasi pribadi

Istilah Biodiesel B100 akan terus terasa asing jika Capres 01 tidak menyebutnya dalam sesi debat. Apalagi, B100 disebut dalam dua kali kesempatan debat. Saya pikir, bahan bakar murni dari minyak nabati ini hanya "jualan" di masa kampanye. Tetapi, hari ini, B100 itu siap untuk diujicobakan.

"Ini adalah arahan Bapak Presiden, agar B100 bisa kita rebut. Ini adalah salah satu bentuk perlawanan kita untuk melawan black campaign yang dilakukan Eropa terhadap CPO kita. Dan Sekaligus mengangkat kesejahteraan petani-petani kita," kata Dr. Ir. H. Andi Amran Sulaiman, MP, Menteri Pertanian RI saat meluncurkan secara resmi uji coba perdana produk Biodiesel B100 di Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Jakarta, Senin 15 April 2019.

Menurut Arman, uji coba ini adalah yang pertama di dunia. Bahan bakar biodiesel B100 murni menggunakan bahan nabati yakni crude palm oil (CPO). Ada banyak keunggulan B100, salah satunya adalah ramah lingkungan karena kita tidak lagi mengandalkan bahan bakar minyak. Juga tidak mengeluarkan asap. "Ini adalah energi masa depan untuk dunia, tidak hanya Indonesia," ungkap Arman.

Rangkaian acara launching B100 oleh Menteri Pertanian di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta (15/4/2019). Dokumentasi pribadi
Rangkaian acara launching B100 oleh Menteri Pertanian di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta (15/4/2019). Dokumentasi pribadi

B100 diklaim memiliki efisiensi lebih baik dari bahan bakar solar. Kendaraan yang menggunakan B100 akan menempuh sekitar 13,1 km/ liter. Sedangkan menggunakan solar, hanya 9,6 km/ liter. Selain itu, biaya per kilometernya pun lebih rendah. Bahan bakar B100 hanya menghabiskan sekitar Rp700/ km, sedangkan solar Rp1000/ km. "Hemat sekitar 25 persen (jika menggunakan B100)," tutur Arman.

Kehadiran B100 tidak tiba-tiba. Ternyata, sejak diberi perintah Presiden sekitar 2 tahun lalu, Kementerian Pertanian bekerja dalam diam. Selama waktu itu, Badan Litbang Kementerian Pertanian mengadakan penelitian dan uji coba. Ada 10 mobil yang berhasil diujicobakan menggunakan B100. "Ada 10 mobil (yang berhasil) kita uji coba, yang kilometernya (saat ini) mencapai 6000 km. Sehingga hari ini kita mencoba lagi dengan menambah 50 mobil. Ini tahap uji coba," kata Arman.

Rangkaian acara launching B100 oleh Menteri Pertanian di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta (15/4/2019). Dokumentasi pribadi
Rangkaian acara launching B100 oleh Menteri Pertanian di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta (15/4/2019). Dokumentasi pribadi

Kemudian ia menggambarkan bagaimana peran B100 dalam mewujudkan ketahanan energi. Saat ini, kebutuhan solar Indonesia sekitar 16 juta kiloliter. Sekitar 6 juta kiloliternya kita sudah penuhi dari B20, sisanya solar dari impor. Ke depan, Arman berharap impor terhadap solar terus dikurangi secara bertahap seiring dengan kemantapan kita menggunakan B100. "Artinya nantinya akan menghemat devisi kurang lebih 150 triliun rupiah."

Tidak hanya itu, selain ramah lingkungan dan efisien, B100 memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan pendapatan petani sawit kita. Apalagi produksi CPO kita sudah mencapai 41,6 juta ton. Pada kurun waktu 2014 -- 2018, produksi CPO meningkat 29,5 persen setiap tahunnya. "Ke depannya kita sudah tidak akan tergantung lagi dengan BBM impor," terang Amran.

Bagaimana dengan kritik dari pelaku otomotif yang mengatakan bahan bakar biodiesel ini tidak ramah pada gasket karet-karet seal, hose, dan memerlukan teknologi water separator? "Menurut saya, produsen (otomotif) harus menyesuaikannya. Ke depan, kita uji coba, insya Allah khusus untuk traktor, roda 2 maupun 4, kita sudah minta agar produsen traktor harus bersiap dengan B100," ungkap Arman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun