Mohon tunggu...
Timotius Rainaldo Sugandi
Timotius Rainaldo Sugandi Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa Kolose Kanisius

suka batminton, tidak suka kemacetan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jakarta: Juaranya Macet

28 April 2024   18:51 Diperbarui: 28 April 2024   19:00 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Siapa sih yang tidak tahu Jakarta? Ibukota Indonesia ini terkenal dengan berbagai hal, seperti: Monumen Nasional yang sangat tinggi dan besar, Kota Tua yang merupakan tempat bersejarah, Stadion Gelora Bung Karno yang sangat luas, Dan masih banyak lagi. Tapi, jika ditanya apa yang menjadi ciri khas kota Jakarta, pastinya hampir semua orang menjawab "MACET". Karena memang, kemacetan merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jakarta.

Tentu saja kemacetan di Jakarta ini tidak terjadi secara ajaib dan muncul tiba-tiba melainkan disebabkan oleh beberapa faktor. 

Faktor pertama adalah jumlah kendaraan di DKI Jakarta yang terus meningkat. Pada data tahun 2023, diperkirakan terdapat lebih dari 23 juta kendaraan di Jakarta. Jumlah ini tidak akan berhenti pada angka 23 juta, justru diprediksikan akan terjadi kenaikan 2-3 persen setiap tahunnya. Hal ini berbanding lurus dengan ekonomi negara yang membaik dan daya beli masyarakat yang meningkat.

 Faktor kedua adalah kurangnya kesadaran dari masyarakat. Banyak sekali masyarakat Jakarta yang melakukan perilaku buruk seperti menerobos lampu merah, parkir liar, melewati jalan trotoar, dan tidak mau mengalah antar sesama. Perilaku-perilaku inilah yang memperparah terjadinya kemacetan di Jakarta. Tidak hanya itu, perilaku buruk saat berkendara juga membahayakan orang lain karena dapat mengakibatkan kecelakaan.

Kemacetan di Jakarta ini tidak hanya mengakibatkan kemarahan di jalan karena takut terlambat mencapai tujuan, tetapi juga menimbulkan dampak negatif yang membahayakan kesehatan masyarakat sekitar. 

Akibat kemacetan, kendaraan akan mencapai tujuan lebih lama, sehingga pembakaran bahan bakar pun semakin banyak dan polusi udara semakin parah dan menumpuk. Hal ini dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner, serangan jantung, dan stroke. Udara yang terkontaminasi partikel berbahaya ini juga dapat merusak sistem peredaran darah dan memicu peradangan pada dinding pembuluh darah.

Pemerintah pun sudah berperan dan berupaya dalam mengatasi kemacetan yang ekstrim di Jakarta ini. Salah satu contohnya adalah menerapkan kebijakan ganjil-genap. 

Dengan adanya ganjil-genap di jalan-jalan yang ditentukan pemerintah, pengoperasian kendaraan mobil dan motor dapat dibatasi sehingga dapat menghindari kemacetan di jalan. Hal ini dikarenakan kendaraan yang dapat melewati jalan tersebut hanyalah kendaraan yang nomor plat akhirnya sesuai dengan tanggal pada hari tersebut.

Menurut saya, solusi paling baik untuk mengatasi kemacetan di Jakarta adalah dengan adanya penegasan hukum terhadap pelanggar lalu lintas oleh pemerintah. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan pemerintah adalah dengan meningkatkan jumlah patroli, memasang lebih banyak kamera pengawas, menerapkan sanksi yang lebih tegas bagi pelanggar, dan memberikan edukasi kepada masyarakat Jakarta tentang pentingnya mematuhi peraturan dan etika saat berkendara. Apabila semua hal ini dapat diberlakukan, setidaknya kemacetan Jakarta dapat berkurang dan polusi yang dihasilkan pun bisa diminimalisir.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun