Mohon tunggu...
Hilman Fadil
Hilman Fadil Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Mahasiswa Universitas Komputer Indonesia Yang menempuh program studi Ilmukomunikasi , Senang Berorganisasi dan Berkegiatan serta suka Mencoba hal hal baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Awas! Jangan Gegabah, Sosial Media Bisa Menghilangkan Saldo Anda!

15 Februari 2024   23:57 Diperbarui: 16 Februari 2024   00:01 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bandung -- Perkembangan pesat dalam dunia teknologi menjadi pilar kemudahan bagi kita yang menggunakan teknologi -- teknologi yang semakin canggih dan mudah diakses siapapun. 

Banyak hal positif yang bisa membuat banyak orang bersyukur telah berada di era revolusi industry 4.0 di mana semuanya bisa mempermudah kehidupan kita. 

Sebenarnya, campur tangan komputer sudah ikut dalam Industry 3.0. Kala itu, komputer dinilai sebagai 'disruptive', atau bisa diartikan sesuatu yang mampu menciptakan peluang pasar baru. Setelah dapat diterima, saat ini machine learning dan AI ada di tahap tersebut.

Ketika ada positif tentu saja ada negatif membersamai nya, maka tidak bisa dihindari bahwa ada saja

hal negatif dalam salah satu kemajuan teknologi di mana kini marak sekali kejahatan yang bisa juga
dikatakan dipermudah oleh teknologi yang semakin canggih. Cyber crime banyak dijumpai dan tidak
mengenal siapapun korbannya bahkan pelaku cyber crime bisa melakukan aksinya walaupun ia berada di rumahnya walaupun pemerintah sudah banyak melakukan kampanye untuk meminimalisir hal yang dapat merugikan masyrakat namun banyak juga yang masih belum meningkatkan awarness
terhadap kejahatan yang satu ini.

Korban salah satu kejahatan di media sosial adalah mahasiswi tingkat akhir di salah satu perguruan

tinggi swasta yang sedang mengisi waktu luangnya selain dengan berkuliah dan menjadi guru les, ia juga ingin menambah lagi penghasilannya dan tergiur dengan penawaran yang banyak berlalu lalang di salah satu aplikasi chat yaitu telegram. Ia 

memperkenalkan diri sebagai LL (23) dan dengan sangat

amat berbaik hati ia membagikan kisahnya yang ia sebut ceroboh namun bisa dijadikan pembelajaran
untuk kita semua.
LL mencari pekerjaan yang bisa mengisi waktu luangnya kala di kost nya maka dari itu ia akhirnya mencari -- cari lowongan pekerjaan yang memungkinkan ia bisa mengerjakannya jarak jauh. Pada saat itu dengan kebetulan LL mendapat pesan spam di telegram nya yang menawarkan pekerjaan sebagai freelancer dan tanpa berfikir panjang ia berminat dengan pekerjaan itu.

"Aku langsung chat kontak yang tertera dan gak banyak nanya juga. Intinya itu kita ngerjain fake orders gitu katanya di shopee dan aku di kasih link juga kan pas udah masuk ke link itu diarahin buat bikin akun, website nya kayak shopee tapi kalau aku lihat sekarang ternyata cuma mirip." 

Cerita awal mula LL yang pada saat itu merasa seperti pekerjaan yang normal.
Tepatnya 10 Februari 2023, LL di transfer uang jajan selama sebulan kedepan oleh ibunda nya
namun itu justru membuat LL berfikir jika ia bisa melakukan tugas -- tugas yang diarahkan oleh penipu di mana ia harus check out beberapa barang yang ada di website dengan modal yang diberikan sebesar Rp. 30.000 dan dengan nominal itu ia harus check out 20 barang yang dijadikan tugas itu diiming -- imingi komisi 20% dari harga barang yang ia beli. LL juga mengatakan pencairan dana komisi akan ada di barang kesepuluh yang ia check out dan semakin banyak barang yang ia check out semakin besar juga nominal yang harus dikeluarkan. "Pada saat barang keempat aku kehabisan saldo dan terpaksa juga tanpa berfikir panjang aku top up saldo itu dengan dibantu si penipu itu, aku pada saat itu kan berfikir biar cepet kelar ini misi nya dan aku bisa cepat dapat komisi dan pasti duit aku balik lagi." Tutut LL menjelaskan saat ia mengerjakan misi bodong itu.
LL mengaku percaya karena kontak yang tertera sudah ada verified di mana ia berfikir berarti sudah resmi dan admin nya pun bisa membuat korban percaya begitu saja. Pada saat itu pun LL sadar bahwa ia top up ke rekening pribadi bukan ke sebuah instansi di mana ketika ia menyadari sekarang kalau itu sudah menjadi tanda ia tertipu namun balik lagi karena penipu ini dengan pendekatan
persuasif membuat LL tanpa curiga membiarkan uangnya itu pindah rekening.
Saat pengerjaan ke-7 saldo LL habis lagi dan nominal barang sudah mencapai Rp. 750.000 di mana
LL malah semakin termotivasi untuk mengerjakan misi yang nominal nya semakin membesar karena
ia berfikir semakin besar nominal barang semakin besar pula ia akan mendapatkan komisinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun